||•29. Mengerjai Zara •||

1.6K 238 36
                                    

"Tak akan kubiarkan satu bulir bening pun kembali terjatuh dari netra indahmu."

~Reyga Adelard

Berhari-hari telah berlalu. Kini, Reyga telah kembali bersekolah selama seminggu menjalani masa skors. Pagi ini, semuanya heboh melihat-lihat dirinya. Mungkin karena sudah agak lama tak terlihat.

Sekarang Reyga tengah bermain basket di lapangan. Banyak sekali siswi-siswi yang menyorakinya. Namun, mata Reyga hanya fokus bermain dan beberapa kali berhasil memasukkan bola.

"Ah, udahlah! Panas banget gila!" ujar Naufal sambil mengipaskan wajahnya yang berkeringat dengan telapak tangan kanannya.

"Bubar aja bubar!" Erik berteriak. Hari makin terik, membuat siapa saja yang berada di lapangan terasa terbakar disitu juga.

Reyga melempar bola ke sembarang tempat. Ia hendak melangkah ke kantin. Tapi, ia menghentikan langkahnya, saat melihat Zara yang berjalan ke arahnya.

Reyga tersenyum. "Baru keluar?" tanyanya.

Zara tersenyum manis, sangat, manis. "Iya, ni gue barusan dari kantin, liat lo main basket, gue beliin air deh." Zara memberikan sebotol minuman dingin dan Reyga menerimanya.

"Sejak kapan lo perhatian gini sama gue," celetuk Reyga sedangkan Zara hanya memutar bola matanya malas. "Hahaha, duduk di bawah pohon sana aja, panas banget disini." Reyga menarik tangan Zara hendak kesana--Lap Biologi, tempat yang menurut mereka paling nyaman. Namun, tidak banyak yang menyadarinya.

Mereka langsung mendudukinya. Dengan posisi berhadapan. Zara sibuk melihat wajah Reyga yang berkeringat karena sehabis bermain basket. Refleks Zara kaget karena Reyga tiba-tiba mencondongkan wajahnya di dekat wajah Zara.

"Ngapain?" tanya Zara.

Reyga hanya tersenyum, lalu tertawa. Kemudian ia hanya menaikkan kedua alisnya dengan gerakan yang seperti menyuruh sesuatu.

Zara terkekeh. Ia mengeluarkan sapu tangan yang berada di sakunya. Perlahan ia mengelap keringat yang berada di wajah laki-laki itu tanpa rasa geli sedikitpun, jujur saja, keringat Reyga tidak bau juga memiliki wangi khas tersendiri, dan Zara suka itu.

Setelah selesai, Reyga kembali memundurkan wajahnya. "Makasih, Sayang."

"Apasih! Alay!" ketus Zara.

"Hahaha. Ra, main tebak-tebakan, yuk," ajak Reyga dengan santai.

"Tebakan gimana?"

"Persamaan dan perbedaan gitu." Reyga menjawab dan Zara langsung mengangguk paham.

"Oke, gue duluan." Zara seperti berpikir sebentar, sedangkan Reyga hanya menunggu. "Tau gak persamaan lo sama ... alarm?" tanya Zara.

Reyga terlihat berpikir. "Sama-sama hal yang buat lo bisa memulai hari baru?" jawab Reyga dengan percaya dirinya.

"Salah."

Reyga berdecak. "Terus?" tanyanya.

"Sama-sama nyebelin, tau, gak?!" jawab Zara langsung membuat Reyga terbahak.

"Kirain mah bakalan romantis jawabannya," celetuk Reyga membuat Zara terkekeh.

"Oke sekarang giliran gue." Hening sejenak. Kemudian Reyga membuka suaranya. "Apa persamaan uang sama bayi?" tanya Reyga.

Zara berpikir. "Engga ada samanya, tuh."

"Pikirin lagi, coba." Reyga tersenyum jahil. Kemudian Zara mengangkat bahunya tanda tak tahu, ia menyerah.

Behind This Happines [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang