Clarity

3.3K 231 5
                                    

Minggu ini aku kembali lagi datang menganggu rumah Carmello. Nelli ga ku bawa karena Kak Wisnu melarang Nelli ikut. Aku juga ga ngerti tapi biarlah.

"Siapa yang nganter kamu tadi?" Tanya Carmello sambil membukakan pintu.

Kok.... Carmello tau? Apa jangan-jangan dia ngeliat Kak Wisnu yang nganterin aku ya? Emang sih tadi Kak Wisnu tuh maksa banget mau nganter. Padahal aku udah bilang kalau aku bisa sendiri! Ck.

Tapi jangan diungkit lagi ah. Ga nyenengin!

Tiba-tiba mataku menangkap benda bewarna cokelat kecil yang ada di sebuah kotak dekat piano. Wow wow wow... Ga percaya!

"Kamu bisa main biola?" Tanyaku takjub.

"Yahhhh... Ya gitu deh.." Jawab Carmello nyengir.

Keren abis deh cowok cakep ini. Bisa main piano, gitar, dan sekarang BIOLA!

"Kamu bisa main?"

Carmello bercanda ya?

"Ya ga mungkin lah! Yang ada tuh ya senarnya putus semua sama aku!" Jawabku sungguhan.

Dulu saja gitarnya Kak Wisnu aku mainin, hasilnya putus semua senarnya. Padahal aku cuma ngejreng sekali loh! Sedih bener kan?

"Mana mungkin..."

Ck. ga percaya amat. Ini kenyataan tau!

"Carmello..."

"Hm?"

"Mau duet?"

Ini ide yang tiba-tiba melintas di kepalaku. Sekalian denger suara permainan biola Carmello yang aku yakin pasti keren banget!

"Duet biola?" Tanya Carmello.

Astaga... Ya mana mungkin! Carmello ini ada-ada aja deh. Masa iya aku duet sama Carmello yang aku yakin udah jago. Itu sih namanya ga tau malu!

"Hahaha... Engga. Aku nyanyi aja gimana?" Tawarku.

Carmello berdecak. "Piano aja kalau gitu. Lebih enak daripada kamu nyanyi diiringin biola."

Ih.. Kok dia yang milih? Kan aku ngajak duetnya tuh dia main biola! Dasar suka seenaknya, bahkan udah duduk di kursi piano lagi. Yah, emang sih ini piano miliknya, tapi aku kan ga mau dia main piano. Aku mau dia main biola! Aku mau denger suara biola Carmello! Susah ya!

Aku langsung menarik tangan Carmello menjauh dari piano, memberikan biola beserta bow kepadanya. Terakhir, aku menatapnya tajam.

"Main biola aja! Ga usah bawel!" Perintahku penuh penekanan.

Carmello diam, dan mengangguk menurut. Mungkin dia kaget aku berubah mengerikan. Hahahaha, yahhh aku memang sedikit mengerikan kalau memaksa. Sifatku yang seperti ini sama seperti Kak Wisnu.

Aku sendiri berjalan ke arah piano. Merenggangkan jari-jari dan menghela nafas dalam. Ini akan jadi pertama kalinya sejak lama... Please jangan bikin malu!

Tak lama, jari-jariku mulai menari-nari di atas tuts piano. Mulai memainkan nada dan melodi. Beberapa kali memejamkan mata dan merasakan getaran-getaran rindu yang ada di dalam hatiku saat menyentuh piano.

Ahhh... Ternyata memang aku kangen piano dan dentingan suaranya. Amazing and undefineable!

Tanpa melihat pun, aku yakin Carmello melotot kaget. Aku bisa merasakannya, tapi aku ga peduli. Aku hanya ingin bermain sebentar saja.

High dive into frozen waves where the past comes back to life
Fight fear for the selfish pain, it was worth it every time
Hold still right before we crash 'cause we both know how this ends
A clock ticks 'til it breaks your glass and I drown in you again

My Love Song StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang