Patah pada pohon adalah aku yang kerap kali betah.
Terbentur tanpa bisa lagi bertutur, tak teratur.
Menyaksikan pinus dengan nada-nada ketus.
Dimana kau menghapus tanpa memutus.
Seolah jejakmu adalah ingatan tanpa lupa
Tertinggal di kala larut yang kunjung bersahut.
Kala kau memuji lain dan berlalu seperti angin.
Masikah janjimu adalah kepastian untuk bertahan?
Kau menyisakan ruang kecil untuk melihat lebih luas
Lebih luas dari jiwa yang sepi tak lagi lurus.
Akankah setiao ucap mampu membuatmu tetap?
Nyatanya kau hanya menatap bukan untuk menetap.
Makassar, November, 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Puisi
RandomBukan sebuah cerita melainkan sebuah kumpulan puisi, hanya sebatas ingin mengekspresikan diri melalu tulisan disetiap baitnya.