Suasana hiruk pikuk kota Bandung dihari ini nampak berbeda dari biasanya, bulan bergilir dari Oktober menuju November tanda musim pun akan ikut berganti. Hujan deras mengguyur kota Bandung lebih deras dari hari hari sebelumnya. Meskipun begitu, tidak menyurutkan semangat para manusia untuk kembali bangkit mengejar hari yang lebih baik.
Seperti seorang pria dengan celemek coklat di dalam sebuah caffe. Jaelani Muhammad Ats-tsauqi, seorang barista muda yang tak kenal lelah jika bersangkutan dengan kopi. Si pencinta caffein itu sudah siap sedia sejak pukul 7 pagi di belakang meja bar. Menunggu para pelanggan yang datang untuk sekedar singgah atau memesan sedikit cairan pekat itu di pagi hari.
"Kang Jae, udah ganteng euy pagi pagi begini." Suara lonceng di depan pintu mengalihkan perhatian Jaelani dari gelas gelas basah di atas meja. Pria itu tersenyum manis menyadari kehadiran seseorang yang kini berjalan menghampiri dirinya.
"Mang Jek, Jae mah emang ganteng setiap hari juga mang." Jaelani menyeringai narsis, hingga mang Jek tak bisa menahan dirinya untuk tidak menjitak kepala si ganteng.
"Hehe, mang Jek mau sarapan apa?"
Mang Jack mengambil tempat di salah satu kursi dekat jendela, "nasi goreng aja weh, kaya biasa kang." Ujar mang Jek perlahan. Jaelani mengangguk, kemudian berjalan santai menuju dapur.
"Teh! mang Jek nasgor cenah. /Teh! Mang Jek nasgor katanya." Kepala Jaelani menyembul tiba tiba dari balik pintu, membuat wanita manis yang sedang meracik di dapur sedikit tersentak kaget. Sementara pelakunya hanya memberikan cengiran tampan tanpa dosa.
"Ih kamu mah bikin kaget aja! Iya tunggu gitu sebentar." Timpal Karina-bagian dapur-yang kini kembali sibuk dengan adonan adonan kue di atas meja pantry.
"Menu hari ini apa teh?" Jaelani bergerak menghampiri Karina, menempelkan bokongnya di ujung meja dengan lengan yang dilipat di depan dada. Berniat mengganggu aktivitas si gadis cantik.
"Cheese cake aja, teteh lagi males bikin yang aneh aneh." Celetuk Karina sambil memasukan adonan di loyang kedalam oven, Jaelani mengangguk. Jari telunjuk nakal itu kini mencolek adonan belum matang di loyang satunya kemudian ia masukkan kedalam mulut, mengundang pukulan maut yang kini mendarat di lengan berotot milik Jaelani.
Pria tampan itu refleks mengaduh sambil mengusap lengannya yang dipukul Karina. "Kebiasaan jorok! Udah sana pergi. Jangan ganggu!" Ia mendorong tubuh bongsor Jaelani agar menjauh dari dapur.
"Hih teteh mah marah marah aja, pantesan ngga punya pacar." Si tampan malah meledek, tanpa fikir panjang Karina mengacungkan spatula ke atas, hendak dipukulkan pada tubuh si Jae sebelum oknum yang bersangkutan lebih dulu berlari kabur.
Sambil cekikikan Jaelani berjalan kembali ke meja bar, kini pria tampan itu mulai menyusun bubuk bubuk kopi dari berbagai daerah kembali ke tempat nya masing masing. Mata bulat Jaelani melirik ke arah mesin kopi bermerek La Marzocco di sebelah kanannya. Mengotak atik mesin itu sebentar kemudian beralih menatap mang Jack yang sedang sibuk dengan laptop di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
antara aku, kamu, kopi dan susu «Na Jaemin»
Fanfiction[Romance] [lokal] [fluff] "Tentang Jaelani, Nabian, dan Bandung„ •100% fiction •sedikit bahasa Sunda •apabila ada kesamaan tokoh, tempat dan lain lain. Adalah sebuah ketidak sengajaan.