Chap 2 : Miserable Start

13.4K 691 11
                                    

Zane P.O.V

Aku bersyukur edgar bukanlah tipe yang suka mencampuri urusan orang lain seperti sahabatnya , edward. Selama pelajaran berlangsung dia tidak  banyak menonjolkan dirinya dan seringkali menguap . Tapi wajahnya berhasil menarik perhatian hampir semua guru wanita yang masuk , bahkan madam mery yang berumur  47 tahun .

" Zane " panggil edgar setengah berbisik , dengan refleks aku menoleh ke belakang .

" aku belum mempunyai buku math , mind sharing it with me ? " ujarnya sambil memberikan  senyuman yang bersinar memberi aku tidak ada pilihan lain selain mengangguk . Dia menarik kursinya ke mejaku kemudian wajahnya mendekat ke arahku demi melihat isi buku . Tanpa aku sadari aku menatapi wajahnya cukup lama , benar -benar putih dan halus . Apa dia melakukan perawatan wajah ? Pantas saja banyak yang menyukai dia .

"Umm ... Zane "  panggil edgar menyadarkan lamunanku

" y...ya ? "

" bisa kah kau berhenti melihatku seperti itu . Bukannya apa tapi aku merasa sedikit awkward   " ujarnya sambil  memberikan senyumannya lagi . YA TUHAN KENAPA ADA ORANG SETAMPAN INI DIDUNIA !

" m..maafkan aku . Hanya saja kamu terlalu mempesona " ujarku .Saat melihat wajah kaget edgar aku baru sadar apa yang baru aku katakan .

" terima kasih ? Kurasa... " balas edgar kini memandangku aneh . Aku rasanya ingin mengubur diriku di taman sekolah sampai mayatku membusuk .

Edgar P.O.V

Aku sudah beribu-ribu kali dipuji oleh kerabatku ataupun gadis- gadis tentang penampilanku . Tapi ini pertama kalinya seorang laki-laki ,  seumuran denganku sekaligus teman sekelasku memujiku . Ditambah saat dia mengatakannya wajahnya sangat polos dan penuh kejujuran rasanya benar-benar aneh .

Tapi aku tidak bisa melawan diriku untuk membentuk senyuman di wajahku.

Zane meminta maaf padaku berkali-kali kemudian sengaja tidak menatap ke arahku lagi sepanjang pelajaran . Seluruh bagian wajahnya memerah bahkan sampai telinganya ikut memanas .

" Terima kasih bukunya , Zane " ujarku sambil kembali menarik kursiku ke mejaku . Zane hanya mengganguk kecil dan masih tidak menatap ke arahku . Entah kenapa aku merasa iseng dan kemudian menarik wajahnya kearahku . Wajah kami hanya berjarak mungkin 10 cm bahkan aku bisa melihat jelas bayanganku yang terpantul di mata hitam Zane .

" Tidak sopan untuk membalas orang tanpa melihat wajahnya " kataku membuat laki-laki itu kembali memerah .

" jangan lakukan itu lagi , okay ? " lanjutku . Zane mengganguk lagi kemudian mengutarkan bisikan kecil

" okay... "

" Apa yang kalian lakukan ? " tanya edward yang tiba tiba mucul di tengah- tengah kami , memberi kesempatan Zane untuk mendorong aku menjauh .

" kalian tidak sadar dari tadi seisi kelas memerhatikan kalian ? Kalian tidak  malu ? Apa kalian gay ?" Omel edward tidak berhenti

" not your business,  ed "
" well , it is . Aku ingin mengajak kamu ke kantin tapi malah melihat kamu berciuman dengan Zane "  ujar edward

" K..KAMI TIDAK BERCIUMAN " bantah Zane masih dengan wajah yang memerah .

" hampir berciuman " tambah edward . Wajah Zane bertambah merah saat beberapa gadis mulai menjerit mendengar perkataan edward yang keras .

" hentikan omong kosongmu , ed. Kami tidak berciuman  maupun INGIN berciuman . Sekarang apa kita bisa pergi ? " jelasku sambil menarik tangan edward .

" kau mau ikut , Zane ? "

Zane menggelengkan kepalanya . Aku melanjutkan menarik edward hingga pintu keluar  . Sebelum meninggalkan kelas aku melirik ke arah Zane yang menutupi wajahnya dengan buku MTK dan sekali lagi bibirku tersenyum dengan sendirinya.

" Apa kau sudah  gila , edgar . Tersenyum  sendiri itu menandakan symptoms  autisedward menghancurkan moment ku .

" tutup saja mulutmu , ed"

Why it must be a "he"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang