Zane P.O.V
Aku bersyukur edgar bukanlah tipe yang suka mencampuri urusan orang lain seperti sahabatnya , edward. Selama pelajaran berlangsung dia tidak banyak menonjolkan dirinya dan seringkali menguap . Tapi wajahnya berhasil menarik perhatian hampir semua guru wanita yang masuk , bahkan madam mery yang berumur 47 tahun .
" Zane " panggil edgar setengah berbisik , dengan refleks aku menoleh ke belakang .
" aku belum mempunyai buku math , mind sharing it with me ? " ujarnya sambil memberikan senyuman yang bersinar memberi aku tidak ada pilihan lain selain mengangguk . Dia menarik kursinya ke mejaku kemudian wajahnya mendekat ke arahku demi melihat isi buku . Tanpa aku sadari aku menatapi wajahnya cukup lama , benar -benar putih dan halus . Apa dia melakukan perawatan wajah ? Pantas saja banyak yang menyukai dia .
"Umm ... Zane " panggil edgar menyadarkan lamunanku
" y...ya ? "
" bisa kah kau berhenti melihatku seperti itu . Bukannya apa tapi aku merasa sedikit awkward " ujarnya sambil memberikan senyumannya lagi . YA TUHAN KENAPA ADA ORANG SETAMPAN INI DIDUNIA !
" m..maafkan aku . Hanya saja kamu terlalu mempesona " ujarku .Saat melihat wajah kaget edgar aku baru sadar apa yang baru aku katakan .
" terima kasih ? Kurasa... " balas edgar kini memandangku aneh . Aku rasanya ingin mengubur diriku di taman sekolah sampai mayatku membusuk .
Edgar P.O.V
Aku sudah beribu-ribu kali dipuji oleh kerabatku ataupun gadis- gadis tentang penampilanku . Tapi ini pertama kalinya seorang laki-laki , seumuran denganku sekaligus teman sekelasku memujiku . Ditambah saat dia mengatakannya wajahnya sangat polos dan penuh kejujuran rasanya benar-benar aneh .
Tapi aku tidak bisa melawan diriku untuk membentuk senyuman di wajahku.
Zane meminta maaf padaku berkali-kali kemudian sengaja tidak menatap ke arahku lagi sepanjang pelajaran . Seluruh bagian wajahnya memerah bahkan sampai telinganya ikut memanas .
" Terima kasih bukunya , Zane " ujarku sambil kembali menarik kursiku ke mejaku . Zane hanya mengganguk kecil dan masih tidak menatap ke arahku . Entah kenapa aku merasa iseng dan kemudian menarik wajahnya kearahku . Wajah kami hanya berjarak mungkin 10 cm bahkan aku bisa melihat jelas bayanganku yang terpantul di mata hitam Zane .
" Tidak sopan untuk membalas orang tanpa melihat wajahnya " kataku membuat laki-laki itu kembali memerah .
" jangan lakukan itu lagi , okay ? " lanjutku . Zane mengganguk lagi kemudian mengutarkan bisikan kecil
" okay... "
" Apa yang kalian lakukan ? " tanya edward yang tiba tiba mucul di tengah- tengah kami , memberi kesempatan Zane untuk mendorong aku menjauh .
" kalian tidak sadar dari tadi seisi kelas memerhatikan kalian ? Kalian tidak malu ? Apa kalian gay ?" Omel edward tidak berhenti
" not your business, ed "
" well , it is . Aku ingin mengajak kamu ke kantin tapi malah melihat kamu berciuman dengan Zane " ujar edward" K..KAMI TIDAK BERCIUMAN " bantah Zane masih dengan wajah yang memerah .
" hampir berciuman " tambah edward . Wajah Zane bertambah merah saat beberapa gadis mulai menjerit mendengar perkataan edward yang keras .
" hentikan omong kosongmu , ed. Kami tidak berciuman maupun INGIN berciuman . Sekarang apa kita bisa pergi ? " jelasku sambil menarik tangan edward .
" kau mau ikut , Zane ? "
Zane menggelengkan kepalanya . Aku melanjutkan menarik edward hingga pintu keluar . Sebelum meninggalkan kelas aku melirik ke arah Zane yang menutupi wajahnya dengan buku MTK dan sekali lagi bibirku tersenyum dengan sendirinya.
" Apa kau sudah gila , edgar . Tersenyum sendiri itu menandakan symptoms autis " edward menghancurkan moment ku .
" tutup saja mulutmu , ed"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why it must be a "he"
Aléatoireedgar charlote , pria tampan idaman semua wanita di kelasnya jatuh cinta pada zane hagest teman sekelasnya yang bergender laki-laki !!!Apa dia sekarang menjadi gay ?!?!