P R O L O G

104 14 13
                                    

"Ke SMA Bintang Harapan sekarang!"

"Ngapain?"

"Ella, vin!"

"Ella kenapa?!"

"Gue nggak tau dia kenapa!"

"YA DIA KENAPA!"

"ELLA KESURUPAN! MAKANYA LO CEPAT KESINI!"

"HA! KESUR--"

Belum sempat orang diseberang telepon sana menyelesaikan perkataannya, sudah didahului ditutup oleh sang penelpon. Kini sang penelpon sedang mondar-mandir tidak jelas.

Frista mengacak rambutnya frustasi orang-orang disekitarnya menatap bingung. Sejak obrolan mereka di rooftop dan kepergian Grey yang tiba-tiba membuat Frista kalang kabut sendiri.

Frista tidak tau apa yang terjadi secara lengkap, namun yang dapat dia pastikan akan terjadi sesuatu yang akan menggegerkan. Dia takut hal yang sama akan terulang kembali. Meskipun dia tidak tau apa penyebab hal itu terjadi.

Mereka sudah jengah dengan apa yang sedang Frista lakukan. Kepanikannya membuat mereka bingung sekaligus khawatir. Rio yang sudah bosan, angkat suara mewakili yang lain.

"Lo kenapa ha? Mondar mandir nggak jelas?"

"Kenapa lo panik kayak gini?" Rama yang merasakan hal ganjal, ikut panik. Saat Frista tiba-tiba berlari dari rooftop mencari seseorang hingga gadis itu berhenti di parkiran berakhir frustasi.

"Kalian makanya kalo ngomong disaring dulu dong!"

"Emang kita ngomong apaan?" hardik Aska tidak terima atas ucapan Frista. Dia merasa tidak ada yang asal bicara.

"Jelasin yang jelas dong, Ta, jangan gini."

"Iya kan kita jadi ikutan panik!" Velly dan dan Mery yang tak paham akan situasi saat ini mulai terbawa emosi. Jujur mereka panik, penasaran dan juga lelah karena berlari mengikuti Frista.

"Lo seharusnya nggak ngomong ke Grey tentang kejadian di kantin tadi," sarkas Frista menunjuk Aska dan Rio jangan lupakan wajah yang penuh dengan kekhawatiran dan nada tingginya. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini.

"Lah emangnya kenapa?"

"Ada yang salah?"

"Dia nanya ya kita jawablah."

Rentetan ucapan tak terima Rio dan Aska terlontar dari mulut mereka. Yang benar saja mereka di salahkan hanya karena menjawab pertanyaan seseorang.

"Ma--"

Suara deruman motor mengalihkan atensi mereka, obsidiannya teralihkan menatap kedatangan segerombolan pengendara motor memasuki area parkir.

"Mana yang kesurupan woy!"

"Ella?"

"Dia mana, Ta?"

Tatapan dan pertanyaan mengintimidasi terus di tujukan kepada Frista yang saat ini bingung mau menjelaskan dari mana. Raut wajah yang tak bisa diartikan membuat semua mengernyit tak mengerti.

"Anu... I-itu, Vin."

Kelvin melangkah maju berhenti didepan Fista dengan kepala yang sedikit menunduk.

"Dimana?" Aura dingin dari wajah Kelvin seakan memberikan kode bahwa mengharuskan serius di situasi saat ini.

Frista menelan salivanya dengan susah payah, Ia sangat kenal dengan orang yang berada dihadapannya saat ini. Gadis itu mulai menjelaskan permasalahan yang terjadi dengan raut wajah yang tergambar jelas bahwa Ia sedang khawatir.

Tangannya terkepal kuat, dengan rahang yang mengeras. Mata tajamnya mengamati satu persatu orang yang menatapnya dengan tatapan-tatapan berbeda. Setelah emosinya sedikit mereda Kelvin kembali menatap gadis dihadapannya. Tak lama menatap lelaki itu angkat suara membuat beberapa orang disana terkejut,

"Akan terulang kembali."

***

Ruangan bernuansa mewah, namun terkesan sederhana. Sejak kejadian yang tak disangka beberapa hari lalu, kini mereka berkumpul diruangan itu duduk melingkar disofa.

Suasana yang biasanya gaduh tanpa keheningan, kini sangat berbanding terbalik dengan sekarang. Hening. Canggung. Takut.

"Tumben kalian diam? Belum pada makan?" tanya Grey yang jengah dengan keheningan. Padahal di bangunan sebesar ini cukup banyak orang tapi dia merasa tidak ada penghuninya sama sekali. Seram. Masih ngerti seram juga, Rey?

"K-kita udah makan kok,"

"Iya kita udah makan!" sarkas Rio yang di benarkan oleh Aska yang tampak jauh berbeda dari biasanya.

"Ya terus kenapa diam?" tanya Grey, lagi.

Semuanya saling pandang seakan berkomunikasi melalui tatapan. "Kemarin-"

Perkataan Ardhika terputus saat melihat bibir yang melengkung indah di wajah gadis yang melontarkan pertanyaan tadi. Semua tertegun melihatnya. Manis.

Grey memejamkan matanya sejenak menenagkan rasa yang bergejolak dalam dirinya. Dia mengernyit saat mendengar suara kegaduhan, dan membuka matanya.

Gadis itu melongo melihat sekelilingnya yang sudah tidak ada satupun orang. Mendengar derap kaki yang bersahutan mengarahkan obsidiannya ke tangga menuju lantai dua.

Saling tumbur dan tarik menarik, tak lupa dengan wajah yang seperti dikejar setan. Apakah ada setan yang mengejar mereka? Ah mana mungkin siang bolong seperti ini ada setan, manusia yang menyerupai setan, ada. Manusia menyerupai setan mah banyak atuh!

Kenapa teman-temannya menjadi lebay bin alay sepeeti ini? Sungguh Grey tak habis fikir.

"WOI KABURRRRRRR!!!"

"TUNGGUIN GUE!!!!!"

"NAPA LO SENYUM-SENYUM, HA?!!"

"MAMA! IO MASIH PENGEN HIDUP TENANG, MA! TOLINGIN IOOOO!!"

"REY LO NGAK USAH SENYUM MENDING LO DATAR AJA KEK TRIPLES!"

"Awss... HUAAAA JANGAN TINGGALIN GUE ADA SETAN!"

"Mana setan?"

"LO SETANNYA!"

*****

Prolongnya mungkin kurang bagus untuk menarik minat pembaca, ya kalian. Tapi semoga ada sedikit yang bisa membuat kalian tertarik. Sedikit pun tak apa. Lanjut part 1!

See you✨

GREYZELLA - [On going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang