Part 8

8 1 0
                                    

Gubrakkkk

"Awwww" suara gadis mungil yang merintih kesakitan.

"Aduuu kenapa harus kepleset gini siiiii" rintihan Shelya yang melihat baju dan celananya kotor terkena becekan tanah di halaman rumah miliknya

Shelya berusaha mendirikan badannya, tetapi ia tidak kuat menahan rasa sakit di bokongnya.

Berkali-kali Shelya teriak memanggil sang adik, tetapi tak ada balasan darinya.

Hujan pun mulai turun membasahi bumi lagi dan lagi, tak deras namun hanya tetesan air yang membasahi rambut milik Shelya.

" Shelyyyyyyyyyy" teriak seorang kakak memanggil sang adik

"Bantuin Kaka heyyyyy"
"Yaela ni anak pasti lagi tiktokan"
"Kalo ngga tiktokan ya drakoran"
"Ga dianggap kalo seluruh manusia manggilin tu orang ge"
"Sama aja kek manggilin batu buat idup" cerocos Shelya sambil memainkan genangan air yang ada di sekitar tubuhnya yang sedang duduk seperti anak anak ingin meminta uang ke ibunya hihi.

"Mau dibangunin atau tetap asik main air tu?" Tanya seoarang laki laki memakai jas hujan beserta helm yang belum terlepas

Setelah mendengar ucapan yang tak asing di telinga Shelya, sontak ia melirik ke arah sumber suara tersebut.

"Ngapain disini?" Tanya Shelya singkat

"Seharusnya aku yang nanya kamu, kenapa kamu ada disini kek bocah yang pertama kali nemu ujan tau ga"
"Ayoo ke dalam, baju celana kamu udah basah banget lo shel. Nanti kamu sakitt" ucap beni bertele tele

"Sumber kesakitan diri gue itu ada di lo Ben" ucap Shelya berusaha membangunkan diri sambil merintih menahan rasa sakit

"Ko kamu bisa ngomong gitu si shel, salah aku apa?" Tanya beni yang menahan tangan Shelya

" Salah? Oiya deng lupa, kamu ga salah kok. Ternyata aku yang salah, salah berharap sama orang. " Ketus Shelya

" Kamu cemburu? Cemburu sama Merya? Merya itu kan sah-

"Iyaa tau, sangattt tau. Merya itu sahabat kamu yang paling kamu sayang ya kannn. Beruntung ya jadi meryaa, bisa jadi peran utama di kehidupan kamu. Sedangkan aku? Cuma jadi figuran kali yaaa ckck" lanjut Shelya setelah memotong pembicaraan Beni

" Ga gitu shel, kamu itu kenapa si? Kek anak sd yang baru kenal cinta tau ga" ucap beni

" Seharusnya kamu tau dong sikap jelek aku kekgimana, kita kenal bukan sehari atau dua hari aja Ben" rintih Shelya

" Setidaknya kamu bersikap dewasa Shel, kita bukan anak kecil lagii yang harus nurutin ego masing-masing"

"Oke. Kamu mau aku jadi orang dewasa kah? Bersikap dewasa ya? Aku akan seperti itu, kalo kamu juga bisa ngerubah pola pikir kamu. Jadi lebih dewasa."
"Untuk saat ini, instrospeksi diri aja." Lanjut Shelya sembari pergi meninggalkan Beni di tengah hujan.

Shelya berjalan cepat menuju rumahnya setelah berdebat hebat di halaman rumah dengan ditemani rintikan hujan. Kini, hujan sangat berarti bagi Shelya, karna telah menyamarkan air matanya di hadapan Beni.

Shelya merupakan wanita yang sangat hebat ketika menyembunyikan kesedihannya. Ia tidak mau terlihat lemah di mata orang lain, termasuk kekasih dan orang tuanya.

Sesampainya di rumah, Shelya langsung menuju tempat ternyaman yang ia singgahi yaitu kamar. Dengan busana basah kuyup, ia merenung di pojok kamar. Hatinya sangat sedih semuanya hancur bagaikan kaca yang pecah. Nangis, nangis dan nangis yang bisa ia lakukan.

Sangat posesif, itulah Shelya. Shelya teringat jika dulu ia diperlakukan sebagai ratu, tetapi kini sudah tergantikan oleh orang lain. Jika Merya bersikap baik terhadap Shelya, pasti Shelya akan menyukai dirinya. Tetapi Merya sangat terlihat tidak menyukai Shelya, kelakuannya seperti ingin menjauhkan dirinya bersama kekasihnya.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang