wajah kesal Ara semakin terlihat saja. ia semakin malas menjalani hari-harinya, fakta bahwa Aksa sudah mempunyai anak memukul telak dirinya.
"kamu kenapa sih Ra, dari kemarin ayah perhatiin murung terus?"
Arman menatap heran kearah putri semata wayangnya. tidak biasanya Ara menjadi pendiam seperti itu, apalagi sikap Ara yang biasanya bar-bar menghilang begitu saja. sedangkan Ara masih bungkam tidak menjawab pertanyaan dari ayahnya.
"Ra kalo ada masalah cerita lah sini sama Ayah." Arman meraih teh yang sudah hampir dingin di hadapannya.
"Ayah nggak akan paham sama masalah Ara." Jawab gadis itu ketus.
"ya gimana mau paham, orang kamu juga ngga cerita. atau jangan-jangan kamu mau mogok bicara sampai ayah mau nikahin kamu?"
tuduhan Arman semakin membuat Ara kesal saja, dengan siapa ia akan menikah jika lelaki yang ia idam-idamkan ternyata sudah mempunyai anak dan istri. bibirnya bertambah maju saja sekarang. padahal ia kemarin merengek ingin dijodohkan walaupun bukan dengan Aksa, tapi keinginannya untuk menikah tiba-tiba sirna saat mengetahui fakta itu.
"ck ayah mah cuma bisa nambah kesel aja." sungut Ara, ia kemudian memilih meninggalkan ayahnya di ruang tamu sendirian. ia kemudian masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya dari dalam.
Ara duduk di depan meja riasnya lalu mengamati pantulan wajahnya di kaca. perasaannya ia tidak jelek-jelek amat tapi mengapa sangat sulit untuk menaklukan hati sang Dosen. bahkan sempat terbesit fikiran jahat di otaknya, bagaimana jika dia menjadi pelakor. Ah sekarang saja dia masih dia abaikan bagaiaman caraanya mau jadi pelakor.
ingin rasanya Ara mengacak kumpulan skin care yang harganya tak seberapa di hadapannya, berniat ingin cosplay jadi pemain sinetron yang biasa di tonton mamanya. tapi Ara masih sadar mamanya tidak akan mau lagi membelikan seperangkat skin care untuknya lagi. alhasil ia hanya menghentak-hentakan kakinya dengan gemas ke lantai untuk melampiaskan rasa kesalnya.
Ting !
Notifiksi Hp-Nya berbunyi, dengan malas ia mengambil handphonenya. ternyata itu chat dari Miko yang berisi Voice Note, Ara mendengarkan pesan suara yang dikirim oleh sahabatnya itu.
"Atiku rasane loro Nyawang kowe rabi karo wong liyo Nangis getih eluhku, remuk ajur rosoku Kowe tego ninggal aku."
Mata bulat Ara memerah antara menahan tangis dan marah, bagaimana bisa Miko mengirimkan Voice Note dirinya yag sedang menyanyi lagu itu. Sebenarnya Miko itu ingin menghibur atau malah mengejeknya sih.
"MIKO LO MAU NGEHIBUR ATAU MALAH MAU BIKIN GUE STRES SIH?!"
Ara membalas pesan dari Miko dengan Voice Note juga, tentunya dengan suara Ara yang menggelegar agar Miko tahu rasa.
🌾🌾🌾
"Hari ini batas waktu kamu buat ngenalin pacar kamu."
Aksara menunduk dalam, kali ini ekspresi mamanya sangat serius tidak seperti terakhir kali saat ia bertemu mamanya kemarin.
"Mah."
"kalau nanti malam kamu belum juga bawa pacar kamu terpaksa mama yang ambil langkah buat jodohin kamu. mama udah kelamaan nunggu Sa, kali ini yang mama hadapi itu umur. mama udah nggak muda lagi Sa."
Aksara faham jika sebenarnya yang di inginkan setiap orang tua itu bisa melihat putra putrinya menikah. terlebih lagi jika bisa melihat cucu-cucunya juga, itulah mengapa mamanya bersikeras memaksannya untuk segera menikah. tapi sekarang ia juga masih bereperang dengan hatinya, menikah itu bukan perkara yang sederhana. ia masih merasa belum mampu untuk terjun kedunia yang harus membuatnya selalu bersikap dewasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaimana Mas?
Romance{FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, PART DI ACAK!!} Arabella Zanna, gadis yang sangat terobsesi untuk menikah muda. Ia sampai tidak punya malu untuk mengejar-ngejar dosennya yang usianya terpaut tujuh tahun di atasnya. Bagi Ara semakin matang usia pria...