Bagian 08

1.7K 135 44
                                    

Hukuman

Dalam kegelapan ruang yang sepi. Rintihan Haru Kato—ralat Haru Kanbe—mengalun acap kali panas dan perih terasa menyayat kulit di sekujur tubuh.

Sesekali sentuhan sensual seseorang mendorongnya melenguh menahan desahan erotis. Cumbuan panas rajin mengabsennya tanpa terlewat seharipun. Juga pertemuan antara mr p seseorang dan mis v miliknya menjadi rutinitas setiap pagi dan malam.

Ada kenikmatan terasa namun kesengsaraan jauh lebih menyiksa raga dan jiwa. Haru tak tahu, sudah berapa lama ia dikurung tanpa bisa melihat secercah chayapun. Tali pita mengikat kepala, menutupi manik indah keemasan.

Hari yang kian berlalu tak kunjung memberikan secercah harapan. Tak ada gunanya memohon dilepaskan dari rantai-rantai yang membelenggu leher dan anggota gerak. Karena pihak berwenang hanya ingin mendengar satu kalimat dari bibir penuh Haru; Aku mencintaimu.

"Haru, katakanlah bahwa kau mencintaiku." Suara bariton berbisik menusuk indra pendengar.

Hening.

Haru membungkam mulut rapat-rapat. Bukan karena gag ball yang biasa bersarang di mulutnya, bukan pula karena dildo yang rutin dilahapnya secara dipaksakan. Tetapi karena hatinya yang terlanjur marah, memerintah akal sehat untuk tidak tunduk pada manusia yang paling dibencinya di dunia ini.

"Sayang, ayo katakan; 'Daisuke, aku mencintaimu,'" kali ini disertai jilatan pada daun telinga Haru. Lengan kekar merengkuh pinggang ramping dari belakang.

Mereka berada di tengah-tengah taman yang luas. Kehangatan mentari menyapa tubuh tanpa seutas benangpun. Sinar musim semi telah datang. Sayangnya Haru yang dipaksa berdiri menghadap pohon sakura tak bisa menikmati keindahan bunga-bunga merah muda yang merekah di atasnya. menaungi ia dan lelaki bersurai hitam di belakang Haru.

"'Aku mencintaimu'. Hanya itu dan aku akan mengizinkanmu membuka mata," bisik suara berat, lagi. Seraya jemari panjang menelusuri pinggang dan dada Haru.

Menggelitik saraf nikmat dan memaksanya mengalirkan desahan erotis. Walau begitu ia tetap bersikeras menolak dengan gelengan kepala dan kata 'tidak' untuk ke sekian ratus kali.

Mendapat penolakan mentah-mentah tak membuat hati Daisuke menciut. Ia justru semakin gila menyiksa Haru –yang menurut Haru– diisi dengan pelecehan seksual dan kekerasan fisik.

"Ayolah, Haru ... aku hanya menginginkan beberapa tetes cintamu. Jangan pelit, Haru,"

"Tak sudi kuberikan meski hanya setengah tetes!" Haru menggeram. Menahan rasa panas akibat perpanjangan Daisuke yang menggempur liang Haru. Ia hanya bisa pasrah menyandarkan tangan pada batang pohon sakura.

"Bunuh saja aku ... kala–unngghh .... kau merasa muakh denganku!" Haru menyambung kalimatnya yang tersendat oleh desahan dan erangan.

Jawabannya sudah pasti, Daisuke tak akan melakukannya. Ia telah menyelamatkan nyawa Haru sebelas tahun lalu. Karena itu, hidup Haru yang sekarang adalah milik Daisuke. Tidak ada siapapun yang boleh mengganggu kepemilikannya, meski itu keinginan Haru sendiri. Keinginan Daisuke, berarti perintah buat Haru. Harus!

***

"Haru, aku memberimu hadiah sebagai ucapan selamat karena telah mengandung buah dari cinta kita," tuturan penuh kelembutan itu mengalun usai kecupan singkat di bibir pria taupe yang terduduk di atas kursi. Batang leher dan anggota gerak telah terbebas dari jeratan rantai-rantai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang