"Kambe ...!"
Suara teriakan Haru memenuhi seisi kantin yang ramai oleh para siswa, terutama sebuah meja dengan para gadis yang tengah mengerumuni sesosok pemuda tampan dengan wajah dry ice-nya. Haru mengambil langkah cepat, menatap tajam juniornya itu. Beberapa gadis mulai menyingkir, memberi akses untuk Haru dan sebuah ban sepeda yang digenggamnya erat-erat.
"Ada perlu apa, Katou-senpai?" Tanya Daisuke datar.
"Cih, apa kau lupa dengan urusan kita yang belum selesai?"
Daisuke menaikkan satu alisnya, "yang mana?"
Haru mendengus kesal, "yang... ini!" Gadis-gadis yang ada di sekitar Daisuke menjerit karena makanan dan minuman yang ada di hadapan Daisuke jatuh berceceran akibat Haru yang tiba-tiba membanting ban sepeda miliknya.
"kau masih kesal karena sampah yang kau kendarai itu rusak?"
"berani-beraninya kau menghina sepeda pemberian mendiang ibuku! dan lagi, kau seharusnya bertanggung jawab atas rusaknya sepedaku. Gara-gara supir lemotmu itu aku harus berjalan kaki ke sekolah di tengah hujan yang tiba-tiba turun dan harus menerima hukuman karena telat! Aku bersusah payah membersihkan gudang tapi kau malah bersantai dengan gadis-gadis ini? dasar playboy!"
"Katou-senpai, Kambe-san bukanlah seorang playboy, kami hanya menemaninya istirahat karena dia terlihat sedang sendirian," Seorang gadis angkat bicara membela Daisuke. Ia segera mundur beberapa langkah setelah menerima tatapan tajam Haru.
"berapa maumu?" Tanya Daisuke, singkat.
"Hah?!" Haru membuka mulutnya lebar-lebar.
"Berapa yang kau butuhkan untuk membeli yang baru-_"
"Kau ...,"
"Atau, mau aku ganti dengan yang le-_"
"Kambeing Sialan, Ini bukan soal uang. Kau tau, aku sangat benci orang yang suka menghambur-hamburkan uang sepertimu,"
"Jadi, kau ingin aku menggantinya dengan sepeda mot-_"
"Argh ..., Bagaimana cara membuatmu mengerti?!"
Haru memukul kulit putih pucat Daisuke, tepat di bawah mata kanannya, Daisuke yang tak siap pun jatuh terjungkal kebelakang, disusul Haru yang menindihi dan menarik kerah seragamnya.
"Kau! kenapa anak kaya sepertimu bersekolah di sekolah ini, kau cuma ingin memamerkan kekayaanmu 'kan? dasar bocah manja! Idiot! tukang pamer...!"
Terlepas dari semua hinaan Haru, Daisuke hanya menyeringai singkat, diikuti bogem mentahnya yang mengenai wajah Haru, menyisakan sudut bibir haru yang berhiaskan darah. Dia sama sekali tak marah, Daisuke hanya ingin bermain-main dengan seniornya itu. Seumur hidupnya, tak pernah ada orang yang berani membentak apalagi memukulnya. Harulah orang pertama yang melakukannya, memberi pengalaman pertamanya dipukul dan dibentak. Daisuke mulai tertarik pada senior manis yang ada di atasnya, dan ketika Haru bersiap memukulnya, pemilik surai hitam itu segera menahannya dan mengambil kesempatan untuk menendang perut Haru, ia segera membalik posisi, menarik paksa seragamnya hingga terbuka ketika satu-persatu kancingnya terlepas. Haru yang kewalahan tak bisa melawan. Dibiarkannya juniornya itu menatapnya dalam-dalam.
"Woi! Lepaskan aku, kau mau cari mati , ya?!"
Senior yang Berisik, keras kepala, dan mudah terbawa emosi. Seperti itulah gambaran Haru dalam benak Daisuke. Namun ada hal lain yang tak dapat Daisuke mengerti. Tangan kanannya menahan kedua tangan Haru ke atas kepalanya, sementara iris hitam kebiruannya tak henti-hentinya menelusuri setiap inci tubuh Haru.
Bulu mata panjang yang mampu menghasilkan bayangan di bawahnya, pucuk rambut abu yang menghiasi leher nan jenjang, dan bibir tipisnya yang seakan habis dalam satu gigitan. Seperti apa rasanya?apakah seperti permen gummy yang pernah ia makan? belum lagi pinggang rampingnya dan tubuh atasnya yang terekspos. Putih, mulus tanpa noda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough
FanfictionCinta dapat melakukan banyak hal. Uang dapat melakukan segalanya.