"Hentikan. Kumohon... ini menyakitkan," Daisuke mengabaikan protes Haru. Semakin Haru menolak, justru itu akan membangkitkan gairah Daisuke."Jangan melawan, sayang.., atau tanganmu akan patah~" Goda pemilik surai hitam selagi memainkan liang Haru. Matanya telah dibutakan oleh nafsu. Hingga merah darah yang melumuri jemarinya tak digubrisnya sama sekali.
"Kambe-Ah! hiks.. hiks.." Haru makin frustasi atas rasa sakit di area bawahnya. Juga keram yang menjalar di sepanjang kaki dan perut bagian bawah. Jemarinya mulai memutih lantaran Daisuke mencengkeram kelewat erat kedua pergelangan tangan pemuda Katou.
Daisuke memaksakan kedua jarinya untuk menerobos masuk. Merobek selaput yang menjadi tanda keperawanan sang submissif. Berikan tepuk tangan meriah untuk Shinnosuke atas karyanya yang begitu sempurna ini.
"Akh..!!" Jeritan Haru terdengar semakin pilu. Manik keemasannya yang membengkak menatap nanar wajah Daisuke yang dihiasi seringaian. Di mana binaran penuh ketulusan yang dulu terpancar dari manik hitam pemuda Kambe? Di mata Haru, binaran itu telah tergantikan oleh tatapan penuh hasrat dan nafsu. Dia bukan lagi Daisuke yang dulu. Daisuke yang sekarang hanyalah lelaki gila dengan kelainan seksual yang menjadikannya bahan pelampiasan.
"Daisuke Kambe.. aku membencimu," Ucapnya lirih. Tubuhnya melemas. Pemberontakan yang tiba-tiba berhenti membangunkan Daisuke dari alam kotornya. Ia tersentak kaget tatkala manik hitamnya menangkap cairan merah yang membasahi daerah.. eum.. kewanitaan Haru.
"A-aku..," Jemari yang berlumuran darah kotor begetar. Setelah puas memelototi tangan kotornya, Daisuke menatap wajah Haru yang telah basah oleh air mata. "Haru, aku akan membersihkannya, jadi.. izinkan aku—
"Jangan sentuh aku!!" Pekik Haru. Kali ini ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk berteriak. "Hanya melihat tangan najismu saja membuatku ingin muntah! Hiks, hiks..,"
Daisuke tidak tahu harus bersikap seperti apa. Haru terlihat sangat ketakutan. Apa yang telah dilakukannya? Ia telah berjanji untuk tidak menyakiti Haru tapi sekarang lihatlah, bukan hanya menyakiti fisiknya, bahkan mental dan Hati Haru telah ia sakiti dengan kedua tangannya sendiri.
"Aku membencimu, Kambe!!"
.
.
Never enough
.
.
"Hahaha! Jadi kau merenggut keperawanannya, dan darah mengalir begitu saja? Kemudian salah satu maid datang memeriksa dan tertawa dengan ekspresimu yang khawatir setengah mati itu?! Hahaha!!"
Tawa jahil meledak memenuhi ruangan luas. Sementara orang yang terpaksa mendengar tawa hanya menatap tajam ke arah Shinnosuke. Andai waktu bisa di ulang, ia tidak akan menceritakan peristiwa perobekan selaput dara kepada dokter yang masih terkikik seperti keledai itu.
"Kambe-kun.. seharusnya seluruh bawahanmu tahu ini! Tuan mereka ketakutan setengah mati hanya karena melihat darah isterinya yang tengah mengalami menstruasi!! Hahaha!!!"
Daisuke dengan tenang menghela napas pendek selagi satu tangan meraih pistol dibalik jas hitam yang dikenakannya. "Aku baru memesannya pagi ini dan langsung dikirim ke kantorku," Ujarnya dingin seraya menodongkan pistol tersebut ke arah mulut Shinnosuke yang langsung mengatup mulutnya rapat-rapat. "Dan kau akan jadi orang pertama yang memakan pelurunya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough
FanficCinta dapat melakukan banyak hal. Uang dapat melakukan segalanya.