💫7

392 44 0
                                    

Sudah 4 jam sejak kejadian dimeja makan tadi tetapi gadis berparas cantik, Lalisa belum juga kembali sehingga membuat seisi rumah menjadi khawatir. Mr. Burschweiler tampak mondar-mandir tak tenang sembari seseki melirik jam tangan seharga mobil dipergelangan tangan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, namun gadis itu belum juga menampakkan batang hidungnya maupun sekedar mengabari.

"Hyung, hubungi Jungkook. Mereka pasti sedang bersama" kata Jimin kepada Namjoon memecah keheningan. Pria itu lalu mematuhi perkataan juniornya dan langsung menghubungi Jungkook. Namun hasilnya nihil, Jungkook sama sekali tak merespon panggilan leadernya yang kemudian membuat seisi rumah frustasi.

"Guys chill. It's Lalisa remember. She's gonna be okay." Kata Rosè mencoba menenangkan suasana.

Mr. Bruschweiler lalu bangkit dari duduknya kemudian disusul Seokjin setelahnya.

"Om, I know what my parents did dulu tidak mudah untuk dimaafkan but I was just a little kid. i went to your house but the security said you were not home. Tapi aku sadar Om Aku memang tidak pantas untuk mendapatkan kata maaf dari Om dan keluarga. But please Om let me talk to her" Seokjin bersuara setelah dirasanya cukup aman.

Mr. Bruschweiler menghentikkan langkahnya lalu menatap Seokjin lamat-lamat.

"Jin, lets not talk about it now. And if you want to talk to her then you better ask her. I have no right to decide whats good for her but herself"  setelah berkata demikian, Mr. Bruschweiler lalu berjalan menuju kamarnya meninggalkan Jin yang hanya bisa menghembuskan napasnya pasrah.

Pemuda itu lalu kembali ke ruang tengah, ruang santai dimana para anggota the Elites biasa menghabiskan waktu mereka ketika berkunjung.
Kembalinya Jin membuat anggota membernya dan 3 gadis yang tengah berbincang-bincang itu menghentikan obrolan mereka. Suasananya menjadi canggung. Entahlah, atmosfir ruangan mendadak terasa sesak. What is wrong?

Jin nampaknya tak sadar ada sepasang mata milik seorang gadis yang tengah mencuri pandang menatapnya sejak tadi.

👀

Sementara disisi lain di markas milik BTS, Jungkook membiarkan Lisa menggunakan pahanya sebagai bantal. Mereka sedang berada di rooftop gedung 2 lantai yang dibeli para anggota BTS bersama. Hening, tak ada suara yang keluar dari belah bibir keduanya. Hanya ada suara dari degup jantung keduanya yang samar-samar terdengar. Lisa, gadis yang memiliki kaki jenjang itu menatap langit malam yang dihiasi kerlap kerlip berjuta-juta bintang diatas sana. Sedangkan Jungkook, lelaki pemilik gigi kelinci itu menatap Lisa dengan kagum. Baginya gadis itu adalah sosok wanita paling cantik kedua setelah ibundanya. Matanya besar dengan kelopak mata yang indah serta bulu mata yang lentik, hidung bangirnya juga terpahat dengan sempurna, pipinya terlihat chubby dengan rona merah muda yang alami, lalu bibir ranumnya yang penuh menjadikannya terlihat seperti boneka hidup.

"Jey, kau sedang melihat apa?" Tanya Lisa yang membuat kaget si bungsu bongsor dari group BTS itu

"Ee eh aku sedang melihat wajahmu, t~tadi ada se-ekor kupu-kupu disamping telingamu" Jawabnya gugup sembari menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal.

Lisa merasa gemas melihat tingkah Jungkook. Siapa yang akan menyangka jika seorang panglima perang yang terkenal anarkis di seantero kota Seoul, bahkan seluruh pelosok Korea Selatan itu akan terlihat gugup ketika kedapatan tengah memerhatikan wajah seorang gadis seperti Lalisa.

"Woahhh imut sekali.. aku tidak menyangka lelaki sepertimu bisa merasa gugup atau canggung. apalagi dengan pipi semerah itu hahaha" Ujar Lalisa disela-sela cekikikan khasnya.

Gadis itu lalu bangkit dari tidur santainya kemudian mengecup bibir Jungkook sekilas membuat pria itu membelalakkan matanya bulat-bulat. Woah Lalisa, don't you dare leave me hanging!

Sementara Lalisa, tertawa nyaring seraya menepuk-nepuk tangannya girang. Seakan-akan gadis itu baru saja menang lotery atau baru saja tertimpa durian runtuh.

"Stop it. Will ya? C'mon Lili, you dont wanna mess up with me."

Lisa sama sekali tak menghiraukan perkataan Jungkook. Gadis itu bahkan sampai terguling-guling menahan perutnya yang sudah mulai terasa sakit akibar tertawa terlalu keras. Mata besarnya pun hanya terlihat segaris sekarang.

Jungkook menghembuskan napasnya kasar. Bukan marah, juga bukan kesal. Lelaki itu hanya tak ingin gadis yang telah berhasil mencuri hati dan pikirannya itu terus mengolok-oloknya.
Yang benar saja, Jungkook masih harus menjaga wibawanya sebagai panglima perang. Jungkook juga tak ingin terlihat lemah terhadap wanita, belum saatnya dia memperlihatkan sisi lain dari dirinya kepada Lisa, meskipun dirinya sadar betul bahwa cepat atau lambat, Jungkook akan membuat gadis itu menjadi miliknya. Hanya miliknya.

"Terimakasih Jey, terimakasih sudah membuatku tertawa. Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali aku bisa tertawa lepas seperti ini" Ucap Lisa sambil tersenyum tulus. Tangannya menggemgam jemari Jungkook yang kemudian dibalas pemuda itu dengan gerakan memijat pelan menggunakan ibu jarinya.

"Kembali kasih Lili, aku bahkan tidak berbuat apa-apa"

"Justru karena itu Jey, kau bahkan tidak berbuat apa-apa sekarang tapi nyatanya kau berhasil membuatku tertawa lepas. Please, I want to feel this forever. Aku ingin dapat terus tertawa lepas tanpa memikirkan apapun"

Mendengar perkataan gadis itu membuat Jungkook menyunggingkan senyumnya, menunjukkan gigi kelincinya yang lucu.

"I can't promise you anything Lili, but I promise from now on, this will be our thing."

Lisa menatap mata Jungkook dalam-dalam. Mencari sesuatu dibalik bola mata hazelnutt itu namun tidak mendapati apapun yang mencurigakan disana. Entahlah, otaknya seakan mengisyaratkan agar dirinyaa tak boleh begitu saja percaya omongan pria gengster didepannya ini namun hatinya dengan tegas menolak mentah-mentah pikirannya. Hatinya seakan berkata bahwa mungkin Lisa bisa membawa sedikit perubahan yang baik untuk Jungkook. Karena gadis itu sejak entah kapan, menyadari ada sisi lain dari lelaki itu yang sengaja ditutupinya. Karena sampai detik ini, lelaki itu sama sekali tidak melakukan suatu tindakan apapun yang membuatnya menyamatkan predikat anarkis seperti kebanyakan orang. Gadis berdarah campuran Swiss itu melihat sisi lain Jungkook dari tingkah menggemaskannya beberapa saat lalu,  Sisi lain yang ingin digalinya.

 Gadis berdarah campuran Swiss itu melihat sisi lain Jungkook dari tingkah menggemaskannya beberapa saat lalu,  Sisi lain yang ingin digalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Match Made in Heaven (DISCONTINUE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang