Chapter 8

240 39 47
                                    

.
.
.
.
Happy Reading~
.
.
.
.

Sehari cukup untuk Arnest menyembuhkan luka dan memar dibadannya, Gavyn yang merawatnya mengerutkan alisnya bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sehari cukup untuk Arnest menyembuhkan luka dan memar dibadannya, Gavyn yang merawatnya mengerutkan alisnya bingung.

"kau sudah sembuh?" Gavyn menjatuhkan sebaskom air sangking bingungnya,

Arnest mengangguk dengan santainya, bahkan sekarang Arnest sedang memasak untuk Gavyn makan siang.

"ta.. Tapi baru kemarin kau sakit~ kenapa kau sudah sembuh? Kau siluman?" Gavyn mengecek badan Arnest intens, karena tubuh topless Arnest tak terlihat luka sedikitpun, padahal kemarin seharian Arnest merengek kesakitan seperti anjing. Kenapa skrng dia bisa sehat seperti tak ada apa-apa kemarin.

"makan lah, ayahku memanggilku untuk pulang" Arnest ditahan sama Gavyn yang masih kebingungan.

"kau ini apa sebenarnya? Apa ayahmu hantu? Apa ayahmu dukun? Bagaimana bisa kau mendengar suaranya dan aku tidak?" Arnest menoleh dan mengacak rambut Gavyn pelan, ingin rasanya dia gigit gemas pipinya.

"aku dipesan oleh ayahku untuk pulang kalau sudah sembuh, tenang lah, ayahku sama sepertiku" Arnest mengelus rambut halus Gavyn, Gavyn disini hanya bermodal air kelapa untuk keramas, tapi entah kenapa terasa halus ditangan Arnest.

"iyakah? Syukurlah, kau kapan kembali?" Arnest mengerutkan alis bingung, tapi menit selanjutnya dia tersenyum, 'mate tak ingin ditinggal lama heoh?'

"aku akan kembali malam ini, tetap mengunci pintu depan dan jendela~ kemarin kau tak menguncinya, syukur aku yang datang, kalau penjahat atau hewan buas lainnya?" Gavyn tak sadar memanyunkan bibirnya, membuat Arnest ingin menciumnya.

"iyaaa~ aku akan mengunci pintu dan jendela" Arnest melihat ketidak inginnya Gavyn ditinggal, tapi sang ayah sudah memanggilnya, dia tak ingin membangkang.

Arnest menarik Gavyn kedekat jendela dan menunjuk langit. "kau bisa melihat bulan diatas itu?" Gavyn mengangguk. "kau lihat bulan itu.. Kalau bulan itu tertutup pohon didepan itu dan aku belum pulang juga, jangan menungguku, mengerti?" Gavyn memperhatikan bulan disiang hari, walau samar tapi masih terlihat. Dia mengangguk, tapi tangannya masih menggenggam erat tangan Arnest.

Arnest melepas pelan genggaman Gavyn dan menangkup pipi lembut mate manisnya ini.

"tersenyumlah, aku janji akan kembali," Gavyn menatap mata Arnest, dia khawatir Arnest pulang dengan babak belur lagi.

"kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau mulai mencintaiku?" Arnest tersenyum menggoda, Gavyn blushing dan menepis tangan Arnest kasar.

Meet You [Gyuwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang