9

2.1K 497 35
                                    

Ini juga insyaa Allah pengen diselesein bulan ini. Semoga lancar hahaha. Tapi kalau nggak keburu ya maklumin aja ya guys.

Makanya update dua kali seminggu juga. Selasa sama Jumat.

Selamat baca!

***

Nathan memasuki Perpustakaan Pusat melalui salah satu pintu yang paling dekat dengan fasilitas kafe dan restoran. Dia memiliki janji untuk rapat dengan anggota BEM fakultas lain. Masih satu jam dari sekarang tapi Nathan memutuskan untuk datang lebih dulu dan mencari buku yang kira-kira sesuai dengan tugas yang baru diberikan dosennya tadi.

Langkahnya terhenti melihat siapa yang sedang duduk sendirian di salah satu kafe. Melamun menatap suatu arah tanpa benar-benar memperhatikan apa yang ada di sana. Di mejanya terdapat laptop yang terbuka, minuman yang masih penuh, dan satu mangkuk French Fries yang belum disentuh. Rambutnya yang panjang sesekali berkibar tertiup AC.

Nathan membelokkan langkah ke arah kafe tersebut, tersenyum sedikit kepada pelayan yang berjaga, dan memberi isyarat bahwa dia akan menemui seorang teman.

"Kok ngelamun?" tanya Nathan sambil menggeser kursi di sebelah perempuan itu lalu duduk dengan santai, menaruh tas di kakinya.

Gadis itu terkejut, tersadar dari lamunannya. Tidak menyangka tiba-tiba ada sosok lain menemaninya di sini.

"Oh. Nggak kenapa-napa," Raleine menggeleng lalu berdeham. Dia menyalakan kembali laptop dari mode Sleep.

"Kapan balik dari Bandung?" Nathan memutuskan untuk mencari buku di lain waktu. Sekarang mungkin waktunya mengisi perut. Dia baru sadar belum makan siang dan sekarang sudah sore. Tangannya melambai meminta menu.

"Kemarin malam. Aku ada kuis soalnya hari ini," jawab Raleine.

Nathan memesan spaghetti dan teh manis kepada pelayan sebelum menanggapi kata-kata Raleine.

"Aman?"

"Aman. Indira udah nggak nangis tiap jam. Hari ini juga dia mulai kuliah lagi," Raleine menarik gelasnya, mengaduk isinya dengan sedotan kertas, namun tidak meminum isinya.

"Kak Raleine sendiri?"

"Apa?" Raleine menatap Nathan dengan matanya yang besar. Nathan balas menatap Raleine dengan tenang.

"Kak Raleine sendiri gimana keadaannya? Sehat?"

Raleine mengangguk. "Agak capek sedikit. Tapi aku baik-baik aja."

Pesanan Nathan tiba dan dia pun mulai makan. Sementara itu Raleine masih tidak menyentuh makanannya.

"Nggak lapar?" Nathan menoleh ketika Raleine tidak kunjung bergerak juga.

"Lapar, tapi..."

"Raleine," seseorang memanggil nama itu dengan nada yang sangat lembut dan penuh perhatian. Nathan sampai mengangkat alisnya sepersekian detik sebelum mendongak untuk melihat siapa yang memanggil. Di sampingnya, Raleine juga melakukan hal yang sama.

"Hai," sapa Raleine dengan campuran antara nada terkejut dan nada berusaha terdengar excited.

"Lagi sibuk kah?" tanya orang itu lagi.

Nathan memperhatikan. Orang itu terlihat rapi dan cukup gaya. Tampangnya terawat tapi terlalu terawat. Mengingatkan Nathan pada mantan pacar kakaknya yang sekarang sedang kuliah di luar negeri. Di tangannya terdapat Mac dan iPhone terbaru. Tentu saja Nathan tahu itu terbaru karena sama seperti miliknya.

Malas ikut campur urusan orang, Nathan kembali menunduk untuk makan.

"Ah iya. Lagi ngerjain tugas sama ngisi perut. Kenapa, Ka?"

Ka? Namanya Ka atau maksudnya Kak?

"Aku antar pulang kalau mau. Kamu lagi gak bawa mobil kan?"

"Oh. Aku masih gak tahu pulang jam berapa," Raleine menggeleng hingga rambutnya kembali bergerak-gerak. "Nanti kamu malah nungguin aku."

"Nggak masalah. Aku lagi santai juga. Kalau kamu masih ada urusan, aku bisa lanjut nulis. Nanti kamu kabari aja kalau kamu mau pulang. Gimana?"

Raleine tidak mengatakan apa-apa. Nathan sampai berpikir ada apa-apa terjadi pada Raleine. Ketika Nathan melirik, Raleine memang sedang diam saja menatap orang itu.

"Mungkin satu jam lagi, Ka," kata Raleine akhirnya.

"Nice. Aku akan tunggu di ruang tengah sana supaya kamu fokus ngerjain tugasnya. Kalau sudah selesai, bisa hampiri aku atau kamu kabari aja. Nanti aku ke sini. Oke?"

Raleine akhirnya mengangguk. Orang itu juga mengangguk dan sempat tersenyum pada Nathan sebelum pergi. Keheningan melanda kedua orang itu lagi. Nathan berinisiatif angkat suara lebih dulu.

"Makan, Kak. Kak Raleine juga kan capek kemarin. Non-stop nemenin Indira," ujar Nathan yang sudah menghabiskan spaghettinya lalu fokus menghabiskan teh manis.

"Iya. Abisan kasian Indira. Bener-bener kehilangan Dipta," Raline mulai mengunyah french fries pesanannya.

"Lalu gimana perasaannya sekarang?"

"Indira?"

"Kamu," Nathan memberikan perhatiannya 100% kepada Raleine. Raleine sedikit terkesiap dengan maksud Nathan.

"Aku baik-baik aja kok," katanya lalu mengalihkan perhatian dari Nathan. Kembali ke makanan dan minumannya. "Gimana menurut kamu cowok yang tadi?"

"Yang tadi? Kelihatannya baik, terpelajar, berada. Kenapa?"

"Namanya Askara. Seangkatan sama aku. Anak HI. Dia punya aktivitas sampingannya nulis novel misteri."

Nathan menganggukkan kepalanya.

"Sebenernya di hari Dipta kecelakaan itu dia nembak aku," Raleine diam. Matanya berpindah dari mangkuk ke Nathan, ke kejauhan, ke gelas, lalu kembali ke Nathan. "Aku belum jawab sampai sekarang."

"Karena?"

"Kamu ingat waktu kamu antar pulang aku dari hotel setelah Bang Gio dan Kak Nira nikah? Yang aku bilang aku mau kejar orang yang aku suka itu?"

Nathan mengangguk.

"Masa aku terima Aska ketika aku mau kejar orang lain? Kan gak lucu, Nat." Raleine cemberut, bibirnya mengerucut. Ini adalah gambaran perempuan cantik sedang merajuk. Entah sudah berapa banyak laki-laki tunduk kepada Raleine karena sikapnya ini.

Nathan tertawa. "Iya bener juga sih. Ya udah, gak usah diterima. Kenapa bingung?"

"Bingungnya adalah... kayaknya cowok yang aku suka masih suka cewek lain deh..."

***

Hmm, terus?

Tunggu lanjutannya minggu depan!

-Amy

Seyakin Hati Memilih - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang