10

2.1K 470 11
                                    


Nathan diam. Lama kelamaan keningnya berkerut. "Wait. I still don't get it."

"Begini," Raleine berdeham lalu mengibaskan rambut panjangnya. Nathan mundur sejenak karena helaian rambut Raleine hampir menampar pipinya. "Kan ceritanya aku suka sama orang. Tapi orang itu masih suka sama orang lain. Jadi kesempatan aku kecil kan?"

"Hmm," Nathan hanya menggumam.

"Jadi kalau kesempatan aku kecil, bukannya lebih baik aku sama orang lain yang kesempatannya lebih besar? Di sisi lain, memang kesempatan sama Aska lebih besar, tapi aku gak suka sama dia. That's why I'm confused."

Nathan mengangguk-angguk selama Raleine bercerita. Namun saat Raleine selesai dan kepalanya bergerak-gerak menunggu respon Nathan, Nathan akhirnya tertawa.

"Aku punya dua pertanyaan," Nathan berdeham lalu mengacungkan kedua jarinya. "Pertama, pacaran itu buat apa bagi Kak Raleine? Kedua, apa niat Kak Raleine ke orang yang disuka itu main-main?"

Raleine menggeleng. Namun saat ini dia sambil mengikat rambutnya. Nathan perlu lega karena tidak perlu mundur lagi.

"Kalau aku gak punya kesempatan menang, buat apa aku habiskan waktuku ngejar orang yang bahkan gak akan pernah ngeliat aku?"

Nathan tertawa lagi. "Itu memang jenis pertanyaan yang diucapkan oleh orang yang lebih sering dikejar dan bukan ngejar."

Raleine tampak sedikit tersinggung. Dia menggerakkan kepalanya dan mengerutkan keningnya. Jemarinya mengetuk meja dalam ritme yang teratur.

"Kalau Bang Gio berpikir seperti itu, kayaknya kakak-kakak kita sekarang gak akan jadi suami istri," Nathan tersenyum. "Iya memang perasaan itu tergantung dari setiap orangnya. Tapi kalau aku jawab pertanyaan kakak yang tadi, orang ngejar orang yang dia suka karena memang ingin selalu bersama orang itu kan? Ingin meraih hatinya dia. Ingin perasaannya berbalas. Jadi meski kelihatannya gak memungkinkan, dia akan usaha terus supaya orang itu jadi milik dia. Kecuali memang orang yang disuka sama sekali gak melirik dia, ya udah, jadi pelajaran hidup aja."

Raleine tidak berkomentar. Jarinya saja yang masih bergerak.

"Itulah kenapa orang-orang yang punya perasaan suka itu ya nyatain. Supaya orangnya tahu. Syukur-syukur perasaannya berbalas, kalau belum berbalas ya usaha, kalau sama sekali gak berbalas ya udah."

Raleine masih diam saja.

"Itulah makanya kenapa tadi aku tanya dua hal. Pertanyaan pertama terkait Kakak dan Aska. Pertanyaan kedua tentang Kakak dan orang yang disuka itu. Gimana?"

Raleine baru saja meletakkan jarinya di meja dan membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Nathan, ketika handphone Nathan berdering.

"Sorry, izin angkat telepon dulu."

Raleine mengangguk dan matanya terus menatap Nathan saat dia bicara di telepon.

"Kak, maaf aku harus pergi duluan. Bentar lagi meeting. Mana aku belom Ashar. Hehe. Kapan-kapan ngobrol lagi ya." Nathan berdiri lalu mengambil tasnya. Matanya menangkap mangkuk dan gelas yang baru berkurang sedikit. "Jangan lupa makan yang bener. Kamu pun butuh tenaga."

Nathan menepuk tangan Raleine lalu pergi. Langkahnya tegap saat berjalan menjauh. Mata Raleine tidak lepas dari Nathan sampai dia tidak terlihat lagi.

Begitu Nathan hilang dari pandangan, Raleine menghela napas. Tangannya meraih french fries dan meminum minumannya. Bergantian. Terus menerus. Sambil berpikir.

Ketika pesanannya habis, Raleine mengambil handphone miliknya dan menghubungi Aska.

"Ya, Raleine, sudah selesai?" Aska mengangkat setelah satu deringan.

"Iya. aku udah selesai."

"Aku samperin ya. Aku antar pulang," Aska terdengar seperti membereskan barang-barangnya. Raleine pun mulai membereskan laptopnya.

"Tapi sebelum pulang, mau makan dulu gak? Aku lapar."

"Boleh. Boleh banget. Kamu mau makan apa?" Suara Askara terdengar lebih bersemangat. Nada suara yang sudah familiar di telinga Raleine sejak dulu.

"Kamu punya rekomendasi?"

"Banyak, dari berbagai jenis makanan."

"Oke, Ka. Aku tunggu."

Raleine mematikan handphone dan kembali menatap ke kejauhan.

Kesempatan ya Nat? Berapa besar kesempatan untuk kita berdua?

***

Raleine terima Aska apa gencar terus sama Nathan? Hahaha.

Ketemu lagi hari Jumat ya.

-Amy

Seyakin Hati Memilih - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang