2

21 1 0
                                    

Bryan terpaku.

Benar. Wanita yang tampaknya seusia dengannya ini memang tidak seperti yang biasa ia lihat. Tidak berkulit putih seperti para idola, namun kuning gelap, seperti madu, kalau harus dia bilang. Matanya besar, tidak berbentuk bulan separo. Hidungnya bangir dan tajam. Sangat berbanding terbalik dari orang Korea seperti Bryan. Baju dan roknya panjang menutupi hampir seluruh tubuhnya, bahkan Bryan juga tak tahu seperti apa rambut wanita bernama Lasea itu. Kepala Lasea dibalut kain panjang tipis yang menutup seluruh rambut serta lehernya.

Memang, wanita ini jauh dari stereotip kebanyakan orang: berkulit putih, bertubuh ramping, berwajah oriental, dan yang semacamnya. Namun bagi Bryan, semua itu membuatnya hampir lupa menghirup udara.

Wanita yang sangat cantik.

Tentu Bryan tak mengatakan itu keras-keras.

Pria berlesung pipi itu menepuk kesadarannya sendiri. Sekarang tangan kanannya terulur, menyambut tangan Lasea. Giginya nampak, sudut-sudut matanya terangkat.

" Bryan Kwon, or just call me Bryan, Ms. Vice Director. "

" Don't call me that. " timpal Lasea dengan kekeh kecil. Entah kenapa Bryan merasa kekehan dan senyuman Lasea tadi seperti tidak benar-benar murni dari hatinya " Everyone call me Lasea. You could call me that too. "

" Alright, if you say so. " pria itu tersenyum manis. " Oh ya, ini ada sedikit oleh-oleh. "

Bryan membagikan paperbag penuh makanan satu per satu. Pada Stefan, Lasea, dan juga Altaf. Mereka bertiga berterima kasih.

" You're so kind.  " puji Stefan.

Sekarang Dennis maju, menyalami Altaf yang langsung menepuk tangannya keras-keras.

" AUW! "

" Apaan sih Om. " sungut Altaf.

Lasea tertawa, " Kamu ngapain sih Denn, aneh-aneh aja. "

Bryan menatap yang ada di situ bergantian. Bingung. Dennis terlihat sangat dekat dengan mereka. Jadi dia bertanya, " You're all knowing each other? "

" Mas Dennis masih sepupu jauh Mbak Lasea. Kita lumayan dekat. Yah, kalo sama Altaf hitungannya ya masih Om lah. " sahut Stefan. Bryan mengernyit.

Oke, dia memang sudah belajar bahasa Indonesia sedikit-sedikit, tapi kalau kalimatnya sepanjang itu dia masih bingung.

" He's my cousin. And we're pretty close. " Lasea menerangkan.

" So basically he's my Uncle, right? " sambung Altaf.

" What? Eh? "

Altaf tergelak, " Mas Stefan is my Hyung, while this person, " dia menunjuk Lasea, " Is my mother. "

" WHAT?! "

Bryan merasa ada sedikit bagian di dadanya yang patah. Wanita tadi--tak dia sangka--yah, tapi kalau dinalar, memang seharusnya wanita secantik dia tidak mungkin jika masih lajang, bukan?

--------------------------

Esoknya, Bryan berangkat sendiri ke kantor. Dia semalaman sudah 'les' dengan Dennis. Macam-macam istilah, beberapa kalimat yang sekiranya akan sering ia gunakan, juga cara menggunakan aplikasi ojek online.

Setelah membayar mas-mas ojek online--dengan kalimat yang sedikit terbata--dia langsung ke studio di mana Altaf biasa berlatih dan bekerja.

Pria itu mengenakan kaos polos putih dan jeans hitam hari ini. Juga snapback hitam terpasang rapi di kepala. Langkahnya mantap, menjauh dari pintu masuk depan. Dia berjalan memutari bagian samping gedung, dan masuk melalui pintu belakang.

Love Has Nothing To Do With AgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang