"Ikut aku."
"Eh?"
Taehyung dia menarik lenganku, menarikku menjauh dari kerumunan.
"Nah, apa yang kau katakan tadi?" Tanyanya, dia membawaku kesebuah ruko yang tidak terlalu banyak pembeli.
"Hah?"
"Tersesat?"
"Ah, iya."
Taehyung diam, kami sama-sama diam.
"Emm..., benarkah?"
Aku mengangguk, mungkin taehyung tidak percaya, "astaga...yang bener saja."
Dan ya, dia memang tidak percaya, "yaak, ini seoul, kau sudah tinggal disini cukup lama bukan? Dan kau tersesat dipasar? Oh... demi apapun aku ingin tertawa."Aku hanya menunduk, ingin menangis lagi rasanya. Mungkin ayahku sekarang sedang kebinggungan mencariku.
"Kau...." aku memberanikan diri menatap taehyung yang sedang cengengesan, mungkin menurutnya ini memang lucu. "bisakah membantuku?"
Taehyung menatapku lalu tersenyum, "tentu."
"Aku ingin pulang."
Lagi-lagi, entah apa yang lucu dari ucapanku barusan, karena tiba-tiba taehyung tertawa lepas.
"Aaigo... kau seperti bocah, Yaaa..."
"Aish."
*
*"Ini minum," taehyung menyodorkan air mineral kepadaku. Katanya sedari tadi wajahku pucat.
"Terima kasih."
"Kau kepasar ini sendirian?"
"Tidak. Bersama ayahku."
"Heol, ayahmu meninggalkanmu di Pasar sendirian?"
"Tidak. Kami terpisah, ayahku jalan terlalu cepat. Aku tidak bisa menyusulnya."
"Baiklah aku mengerti, ayo!"
Taehyung berdiri, dia mengulurkan tangannya kepadaku. "Ayo, aku antar pulang." Lanjutnya.
Ragu-ragu aku meraihnya dan memegang tangannya. Kami berjalan bersama, melewati beberapa orang dan bergengaman seperti sepasang kekasih.
"Kamu cukup lurus saja dari sini, lalu kau akan menemukan jalan keluar pasar ini, dan jangan lepaskan tanganku nanti kau tersesat lagi."
Aku tersenyum, tidak percaya dengan apa yang aku lakukan sekarang.
"Nah, itu dia." Tunjuk taehyung, aku mengikuti arah pandangnya dan bisa kulihat jalan raya.
Aku berhasil keluar pasar berkat taehyung, yang ternyata mudah. Mungkin tadi aku sangat panik, karena banyaknya orang aku jadi bingung tentang arah.
"Itu halte busnya, kau tahu jalan pulang dari sini, kan?"
Aku mengangguk, mengucapkan terima kasih kepadanya karena sudah membantu.
Taehyung juga minta maaf karena tidak bisa mengantarkan aku samapi rumah. Aku mengganguk mengerti. Taehyung pamit masuk pasar lagi karena ada sesuatu yang harus dia beli.Aku menatapnya, memandang punggunya yang perlahan menjauh dan menghilang dikerumunan orang-orang.
Tanpa sadar sedari tadi aku terus tersenyum tipis.*
*Tidak terasa aku sudah sampai, Mungkin terlalu senang dengan kejadian dipasar, aku sampai melupakan sesuatu tentang ayahku sejenak.
Dan ya, aku sudah didepan rumah sekarang.
Oh tuhan, haruskah aku kembali kepasar dan mencari ayahku.
Tidak. Aku menggeleng, itu terlalu berresiko. Bagaimana kalau aku tersesat lagi, dan tidak bertemu dengan orang baik seperti taehyung lagi. Bagaimana?
Sibuk bergulat dengan pikiranku, tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara benda jatuh didalam rumah.
Tanpa pikir panjang aku langsung masuk, takut ada apa-apa, seperti pencuri misalnya.Setelah masuk aku mencium bau masakan seperti masakan buatan ayah.
Hatiku terasa lega begitu saja. Kaki ku melangkah menuju dapur. Dan, ya, ada ayahku disana sedang memasak.Aku hampis saja menangis mengingat kejadian tadi di pasar. Takut-takut ayahku kenapa-kenapa, dan sibuk mencariku di dalam pasar, padahal aku sudah ada dirumah.
"Ayah..." Panggilku ririh, membuat ayah seketika menoleh.
"Eoh? Kau sudah pulang, syukurlah. Ayo kita makan." Ucapnya menaruh makanan yang sudah siap diatas meja. "Hari ini ayah membuat sup dangin sapi. Kau pulang tanpa memberitahu ayah, jadi ayah kerepotan membawa barang-barang belanjaan yang banyak, aaigo..."
Entah kenapa rasa sedihku hilang, diganti dengan rasa kesal. Apa katanya? Pulang duluan. Yang bener saja. Dan nada bicara ayah yang kelewatan enteng tidak ada nada kekhawatiran disana.
"Ayo cepat kesini, makan."
Rasanya aku ingin bergegas masuk kekamar saja, membanting pintu dengan keras, agar ayah tahu kalau aku sedang marah.
Namun perutku ini berkata lain. Sedari tadi dipasar aku sudah kelaparan. Akhirnya..."Ya ya, aku sangat lapar." Aku menghampiri ayahku dan duduk disampingnya.
Tidak ada percakapan diantara kami selama makan. Akupun tidak menceritakan kejadian tadi di pasar.
"Ayah kau tahu?" Kataku ketika kami sudah selesai makan. "Anakmu ini hampir diculik tahu." Aku menatap ayah yang juga sedang menatapku.
"Siapa yang mau menculik anak jelek sepertimu."
"Aish! Ayah..."
Aku tertohok dengan yang dia katakan. Yang bener saja, apa dia ini ayahku?
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMENTS
RandomTentang sebuah pertemuan dan perasaan yang tertinggal setelahnya.