Dia bernama Ardo. Pria pendiam yang tak sengaja bertemu denganku karena peristiwa khusus. Saat pertama aku bertemu padanya adalah ketika aku menolongnya dari sergapan perampok yang memukulinya. Heran, apa yang diharap perampok itu dari sosok pemuda berpenampilan sederhana itu? Kurasa mereka itu perampok putus asa yang tak kunjung mendapat mangsa yang tepat!
Aku mendengar keributan di jalan sepi itu ketika mobilku sedang melintas disana.
“Tunggu, hentikan mobilnya!” perintahku pada Pak Kelan, supir pribadiku.
Begitu mobil kami berhenti, aku memperhatikan kejadian di belakang mobil kami melalui kaca spion.
“Hanya perampokan kecil di siang bolong, Nona. Sebaiknya kita abaikan saja,” saran Martin, bodyquard yang sering mengawalku.
Aku paling tak suka diatur, apalagi Martin yang mencoba memerintahku. Enak saja, siapa majikan disini? Karena kesal aku sengaja memerintahkan yang sebaliknya.
“Hei, kamu! Turun dan bantu orang itu!”
“Tapi Nona, Tuan Alfonso telah berpesan kita harus segera tiba di pertemuan penting. Sebaiknya...”
Brak!!
Aku membuka pintu mobil, lalu bergegas menghampiri pusat keributan yang menyita perhatianku. Beberapa preman jalanan nampak mengerubungi seorang pemuda yang tak bisa kulihat jelas wajahnya. Aku tersenyum sinis, lalu melepas sepatu high heelku yang berujung tajam.
“Hei, kalian!” panggilku memancing perhatian para preman jalanan itu.
Begitu mereka menoleh, aku langsung menyambit mereka dengan sepatu high heelku.
PLETAK!! Tepat sasaran, ujung runcing sepatuku mengenai hidung bundar salah satu preman itu. Dia melolong kesakitan sambil memaki-maki mengabsen nama hewan di kebun binatang.
Kerumunan itu buyar, sebagian menghampiriku, sehingga aku bisa melihat lebih jelas pemuda yang menjadi korban perampokan mereka.
Pakaiannya memang lusuh, tapi... amboi, wajahnya sangat rupawan dengan rahang tegas dan mata elangnya yang tajam. Namun semua itu dibalut dengan kesederhanaan dan wajah nelangsa.. eh kesabaran khas orang biasa. Dia maskulin sekaligus indah, dibalik sosok lusuhnya. Ah, aku tak bisa menjelaskan.
Begitu banyak hal pertentangan dalam dirinya. Tapi aku suka penampilannya, rasanya tak rugi aku menyisihkan lenganku untuk membantunya.“Jadi, apa kau bersedia memberikan apa yang tak bisa diberikan gembel itu?” seorang preman yang kini berada didepanku bertanya dengan mata menatap nyalang padaku.
Aku tersenyum manis padanya, lalu menjawab, “Tidak!”
Preman itu menggeram marah, tangannya terkepal siap meninjuku. Namun belum sempat tangan kotornya menyentuh diriku, seseorang mengirimkan tendangan di wajahnya. Dia Martin, bodyquardku.
BUK!!
Preman itu terpental dan jatuh ke tanah semeter dari tempatku berdiri. Lalu terjadilah pertempuran antara para preman jahanam itu melawan bodyquard dan supirku yang terlatih bertempur di dunia mafia yang kejam. Kurasa mereka bisa menghadapinya. Aku melangkah mendekati pemuda yang terduduk dengan wajah lesu menatap pertempuran didepannya.
“Siapa namamu?” tanyaku arogan padanya. Aku berdiri didepannya dengan gaya seperti nyonya besar menginterograsi pembantunya.
“Ardo,” jawabnya dengan suara datar. Ia menatapku lekat, entah mengapa ada sesuatu yang menggeliat dalam hatiku. Tatapan itu seakan menembus sukmaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
37. The Mafia Love : CINDERELLA MAN (END)
RomansaCerita yang lengkap hanya ada di Innovel atau Dreame. Cek akunku Valent C BELLA, adalah putri mafia yang mendambakan kehidupan layaknya gadis biasa. Saat ayahnya menjodohkannya dengan putra keluarga mafia lainnya dengan tujuan untuk menyatukan keku...