Sibuk dengan pemikiran sendiri Arfa tidak menyadari jika perempuan tadi akan menghampirinya. Namun, sebelum itu sang adik datang lebih dulu menghampirinya.
"Abanggg." Alea berlari ketika melihat kehadiran kakaknya.
"Hushh, jangan teriak kayak gitu malu nanti diliatin orang-orang."
"Biarin aja bang, Kapan pulangnya ko gak bilang sih?"
"Udah ayo pulang." Arfa mengabaikan pertanyaan adiknya, karena orang-orang di sekitar mereka mulai memperhatikan interaksi antara keduanya. Tidak banyak yang tahu memang kalau Alea mempunyai kakak laki-laki.
"Ishh ya udah. Rafifa, aku pulang duluan ya udah ada yang jemput." Pamit Alea pada temannya.
"Iya Lea, aku juga udah ada yang jemput ko." Jawab Rafifa sembari menghampiri perempuan tadi yang sama menunggu dengan Arfa.
Melihat itu, Arfa berpikir ada hubungan apa teman adiknya itu dengan perempuan yang dikenalnya.
"Ehh ada Kak Elysia. Alea duluan ya Kak."
"Ahh iya Lea, hati-hati."
Elysia menatap kepergiaan kakak beradik itu, sikapnya itu diperhatikan oleh keponakannya sedari tadi.
"Aunty, ayo pulang."
"Ehh iya ayo."
"Kayaknya ada yang jatuh cinta pada pandangan pertama nih."
"Kamu ini masih kecil mana tahu yang begitu. Ayo naik kita pulang udah sore."
Elysia mengabaikan ocehan dari keponakannya itu, rasanya ia sudah ingin segera sampai di rumah apalagi mengingat kejadian beberapa saat lalu jujur saja ia malu.
**
Reuni SMP yang setiap tahun rutin diadakan, tapi jarang ia hadiri. Arfa menatap undangan itu tanpa minat. Ia sedang memikirkan untuk hadir atau tidak. Bukannya tak siap untuk bertemu dengan orang-orang di masa lalunya, ia hanya tak ingin ada kesalahpahaman lagi.
Setelah membaca undangan itu, Arfa ingat disana kemungkinan ia tidak hanya bisa bertemu dengan perempuan di masa lalu tapi bisa juga dengan perempuan yang waktu itu datang menjemput teman adiknya.
"Apa mungkin ya bisa ketemu lagi sama dia."
Dia jadi teringat lagi dengan sosok itu."Ngapain juga sih Fa lu berharap ketemu lagi sama dia. Udah lupain aja."
Notifikasi dari handphonenya mampu mengalihkan pikiran Arfa. Ketika dilihat ternyata para sahabatnya sedang membicarakan masalah reuni di grup.
Calon Orang-Orang Sukses 😎
Evano
Bro. Jangan lupa hadir nanti di reuni !!Dean
Siap, siapa tahu ada mantan yang belum move on kan lumayan 🤣Rangga
Wah emang dasar ya lu, yang mesti di ingetin itu si @Arfathan yang jarang nongolEvano
Iya juga @Arfathan pokoknya lu harus hadir jangan absen muluDean
Gak muncul-muncul padahal lagi online 🙃Evano
Woyy.. Masih hidupkan muncul napa @ArfathanRangga
Jangan diem-diem bang.Arfathan
Berisik kalian semua. Nih udah muncul mau pada ngapain ???Rangga
Hahahaha.. Muncul juga dia 😆Evano
INGET LU HARUS HADIR KE ACARA REUNI. GAK ADA ALASAN APAPUN !!Dean
Gila... merinding gua 😂Rangga
Ini mah alamat gak bisa ngelak lagiArfathan
Rese emang ya lu semua. Oke gua hadir tenang ajaEvano
Gitu dong 👍 ada peningkatan dikit jangan cuek mulu kerjaannya 😄Rangga
Setuju 😆Dea
Gua juga setuju 🤣Arfathan
🙂Evano
Nah kan baru juga diomongin udah kumat lagi 🙃Arfa memilih untuk menyudahi percakapan dengan mereka. Ia tahu pasti semakin lama obrolan mereka bakal ngawur.
Mencium aroma masakan yang sudah pasti berasal dari dapur, ia pun bergegas kesana kebetulan cacing di dalam perutnya sejak tadi sudah demo meminta untuk di isi.
"Masak apa bu?"
"Kamu ngagetin aja, udah sana duduk Ibu udah masak makanan kesukaan kamu."
"Asik dong."
"Oh iya bu, hari minggu Arfa izin keluar mau ketemu sama teman-teman waktu SMP katanya ada acara reuni gitu."
"Ya udah pergi aja lah bang lagian kamu juga jarang-jarang hadirkan ke acara reuni-reuni gitu?"
Arfa hanya membalas dengan senyuman, karena apa yang dikatakan ibunya itu benar. Kalau bisa Arfa memilih untuk tidak hadir dengan berbagai alasan sayangnya tadi ia sudah bilang akan hadir.
"Tumben mau datang ada apa gerangan nih?" Goda Alea pada sang kakak, dia tidak sengaja mendengar obrolan mereka.
"Kepo. Datang-datang langsung nyamber."
"Biarin aja lah suka-suka hati. Jangan-jangan mau ketemuan ya sama seseorang, ayo ngaku bang sama Alea."
"Gak usah kepo deh kamu. Mending belajar aja gak boleh ikut-ikutan sama urusan orang dewasa."
Melihat tingkah kedua anaknya yang tidak pernah berubah ketika sedang bersama yang selalu saja berdebat mengenai hal-hal sepele.
Tapi jika berjauhan mereka saling merindukan kehadiran masing-masing. Momen seperti ini lah yang dirindukan oleh Emilia setelah sang putra memilih untuk mulai bekerja."Udah deh jangan malah ribut. Lebih baik kalian makan aja."
Emilia berusaha melerai kedua anaknya. Jika sudah berdebat pasti tidak akan sebentar, keduanya sama-sama keras kepala tidak pernah ada yang mau mengalah. Tapi ia bersyukur walaupun sikap mereka selalu saja begitu, Emilia tahu mereka saling menyayangi satu sama lain.
Karena kesalahannya di masa lalu, anaknya yang harus menjadi korban. Dulu ia sempat berpikir untuk tidak bersuami lagi karena masih takut akan kejadian di masa lalu. Namun, ia pun sadar hidup terus berjalan, selagi masih ada waktu kenapa tidak. Emilia berharap apa yang sudah di alaminya tidak akan terjadi lagi pada keturunannya, ia ingin keluarganya bahagia. Emilia tahu anak-anaknya mengharapkan keluarga yang harmonis seperti keluarga lainnya, tapi ia tak mampu mewujudkan itu. Ia hanya bisa berdoa semoga kelak jika mereka sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri, mereka bisa mewujudkan harapannya masing-masing selama ini.
♡♡♡
~ Takdir Berkata Lain 🖋
***
Happy Reading 🤍
Salam
Amel 🍓
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Berkata Lain
RomanceMisteri takdir setiap manusia bagaikan potongan puzzle yang belum lengkap. Dalam mengarungi takdirnya, manusia harus mampu menerima karena takdir setiap manusia pasti berbeda satu sama lain. Setelah melalui perjalanan cinta yang cukup rumit, dimulai...