Takdir Berkata Lain ' 1 🖋

34 2 0
                                    

Arfa sebelumnya tidak pernah menyangka jika ia akan menyukai perempuan yang sama dengan sahabatnya. Tentu Arfa bingung apakah ia harus memperjuangkan perasaannya atau menyerah demi persahabatannya.

Perasaan memang datang dengan sendirinya dan terkadang sulit untuk mengendalikan kepada siapa orang mempunyai perasaan. Banyak yang mengalami cinta segitiga ataupun cinta yang rumit. Semua orang pun pasti menginginkan bisa bersama dengan orang disayangi. Namun, ada kalanya takdir tidak sama dengan apa yang diharapkan.

Ada yang mengatakan bahwa level tertinggi mencintai ialah mengikhlaskan. Sulit memang untuk menjalaninya tapi dalam situasi tertentu pilihan itu harus dilakukan dan butuh proses untuk bisa terealisasi.

Apalagi itu cinta pertama yang konon katanya tak akan mudah untuk dilupakan. Tapi, Arfa terus meyakinkan dirinya bahwa ia tak boleh egois persahabatan yang sudah lama terjalin tidak mungkin kena imbasnya. Ia yakin suatu saat akan menemukan jodohnya walaupun sekarang harus mengalami rasa sakit terlebih dahulu.

Melihat perempuan yang disukai bahagia dengan sahabatnya itu sudah lebih dari cukup.

"Semoga kamu bahagia dengannya." Ucap Arfa ketika meninggalkan tempat pertemuan mereka. Kalimat itu sering diucapkan ketika ia bertemu dengan perempuan yang disukainya setelah mengakhiri hubungan mereka.

Tidak hanya sekali saja Arfa mengalah dengan sahabatnya. Ia selalu berusaha untuk terlihat baik-baik saja selama ini dihadapan semua orang. Seiring berjalannya waktu perempuan-perempuan yang disukainya menyadari perasaan Arfa. Tapi, Arfa memilih memendam ataupun melupakan perasaan itu karena tak ingin ada yang tersakiti biarlah ia seorang diri saja.

Pernah ia akan memperjuangkan perasaannya setelah sahabat Arfa menyerah pada hubungan mereka nyatanya cinta Arfa berujung tak direstui. Perkataan dari sang nenek terus terngiang dipikirannya.

Mau tak mau Arfa pun memilih menyerah, melawan pun bukan hal baik untuk dilakukan. Arfa selalu teringat akan jasa sang nenek yang telah merawatnya dari kecil ketika sang ibu menikah kembali.

Sampai sekarang pun Arfa belum mengetahui bagaimana rupa ayah kandungnya, ketika ibu dan ayahnya bercerai ia masih bayi hanya itu saja yang diketahui olehnya.

Arfa memang ingin tahu lebih banyak lagi apalagi mengenai ayah kandungnya. Namun, ia tak kuasa untuk bertanya lebih jauh karena Arfa tahu itu sama saja membuka luka lama yang menyakitkan bagi keluarga terutama ibunya. Arfa hanya bisa berharap suatu saat nanti ia bisa mengetahui dan bertemu langsung dengan ayah kandungnya.

Ketika melihat orang lain bahagia bersama keluarganya, Arfa terkadang merasa sedih karena ia tak seberuntung orang lain. Tapi, ia bersyukur walaupun keluarganya sudah tak utuh lagi, masih ada orang-orang yang menyayanginya.

Arfa bertekad keturunannya kelak tidak akan mengalami hal sama dengan dirinya. Ia akan menjaga sebaik mungkin apalagi Arfa mempunyai adik perempuan yang harus dijaga.

Walaupun sejak kecil Arfa tinggal bersama dengan nenek dan kakeknya. Ia selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi ibu dan adiknya. Sejujur saja Arfa sangat ingin tinggal bersama ibunya dibandingkan dengan sang nenek. Tapi, ia cukup tahu diri dan tak mau menjadi beban lagi bagi sang ibu. Arfa ingin ibunya bahagia bersama keluarga baru tapi tidak melupakan kehadirannya. Cukup sudah penderitaan sang ibu di masa lalu karena dirinya kini biarlah kini ibunya menjalani kehidupan baru.

Setelah lulus kuliah Arfa memilih untuk ikut bekerja dengan Om dan Tantenya. Ia berpikir sudah saatnya juga untuk ia belajar mandiri sembari melupakan kisah cinta di masa lalunya.

Dengan berat hati ibu dan neneknya mengizinkan Arfa untuk pergi merantau ke kota orang supaya bisa mencari pengalaman dalam dunia kerja walapun sebenarnya mereka belum sanggup melakukan itu.

"Bu, Nek. Arfa berangkat dulu, kalian disini jaga kesehatan ya." Ucap Arfa lalu mencium tangan ibu dan neneknya bergantian.

"Hati-hati Nak, jangan lupa kasih kabar ya." Jawab Emilia ketika Arfa putranya mulai beranjak pergi dari rumah.

Arfa sebenarnya tak ingin meninggalkan rumah, ia ingin terus bersama dengan keluarganya. Tapi Arfa harus mulai mandiri agar tidak bergantung pada keluarganya terus menerus, suatu saat nanti ia pun akan mempunyai keluarga sendiri.

♡♡♡

~ Takdir Berkata Lain 🖋

***

Happy Reading 🤍

Salam

Amel 🍓

Takdir Berkata LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang