CP : BAB 14

556 91 116
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Hm, dia baik-baik saja. Kapan oppa akan menemuinya?"

Lee Dongwook membuka dasi dari lehernya dengan gerakan perlahan. Tangannya yang tak sibuk memegang ponsel ke telinga, sedangkan arah pandangnya terfokus pada keindahan malam melalui kaca transparan yang ada pada apartemennya.

"Maaf, tadi banyak sekali pekerjaan di kantor. Aku tidak sempat untuk menemuinya."

Dongwook melempar dasi ke sembarang arah, kakinya melangkah untuk duduk pada sofa single. Matanya memejam, tidak ada raut cemas sama sekali tercetak di wajahnya. Dongwook terlihat santai dan terlalu tenang.

"Kau harus bisa mengeluarkannya, oppa. Bibi Heeae sungguh sudah gila."

Dongwook tersenyum tanpa sadar, tangannya mengetuk meja dengan berirama. Entah mengapa rasanya Dongwook ingin berpesta setelah Inna menyampaikan sebuah kabar berita, hatinya mendadak terkesima.

Peran Heeae cukup membantu rupanya.

"Tenanglah, Jiyeon pasti bisa keluar." Dongwook meraih gelas berisi wine, mengarahkan pada mulutnya secara perlahan. Setelah cairan merah itu mendarat pada tenggorokan, Dongwook mendesah kenikmatan.

"Aku berharap sekali begitu."

Senyuman Dongwook hadir sejenak. "Jangan terlalu dipikirkan, berisitirahat saja. Aku tak ingin nanti kau sakit," ungkapnya terdengar tulus dan santai.

Inna mendesah gusar di seberang sana.

"Hm, kau juga oppa. Tidurlah, kau juga pasti kelelahan karena bekerja."

"Tentu sayang, selamat malam."

Dongwook mematikan sambungan, lekas melempar ponselnya pada meja. Haruskah sekarang dia tertawa, satu persatu musuhnya jatuh tanpa mengotori tangan. Jiyeon itu istimewa, banyak orang yang memusuhinya. Jadi Dongwook tak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk menyingkirkannya. Lagian, dia sudah mendapatkan rasa percaya gadis itu sejak lama. Jadi, Dongwook tak perlu khawatir jika Jiyeon akan menjadi ancaman.

"Kau terlalu ceroboh Jiyeon. Jangan salahkan aku jika nanti kau terjatuh cukup dalam." Tawa Dongwook seketika mengudara. Pandangannya tertuju pada foto lama di mana dirinya dan Jiyeon kecil tersenyum bahagia, foto itu masih terpajang rapi pada dinding apartemennya.

"Padahal aku sudah lama ingin melupakan kejadian itu dan mencoba menyayangimu." Raut wajah Dongwook berubah sendu. "Tapi kau secara terang-terangan menyerangku, sungguh menyebalkan." Dongwook mendengus dengan senyum getir. "Kau sama seperti ibumu, suka sekali menyakiti hatiku hingga rasanya sangat sesak." Suara Dongwook menjadi lirih, dan entah sejak kapan bulir bening mengenang pada pelupuk mata.

Comely PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang