CP : BAB 02

683 105 94
                                    

Gedung perusahaan itu menjulang tinggi, banyak karyawan berlalu-lalang untuk berkerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gedung perusahaan itu menjulang tinggi, banyak karyawan berlalu-lalang untuk berkerja. Tepat pada sebuah ruangan terbesar yang berada di lantai paling atas, nampak seorang pria dewasa duduk dalam diam pada kursi kerja miliknya. Alisnya berkerut, telunjuknya menggaruk pipi yang tidak gatal. Maniknya tertuju pada pemandangan di luar dinding transparan ruangannya.

Yang sedang dipikirkan olehnya bukan masalah pekerjaan, melainkan teka-teki rumit yang baru saja diketahuinya. Permasalahan sepuluh tahun silam yang belum terpecahkan sedikit menemukan titik terang. Namun, kebingungan telak melandanya.

Dari dahulu, kisah yang diselidikinya selalu bolak-balik.

Seperti ada seseorang yang sengaja mengatur semuanya.

"Permisi, direktur."

Cha Insung mengalihkan pandangan ketika suara bergema, sosok asisten pribadinya yang sedari tadi ditunggu berdiri membungkuk hormat. Insung sontak bangkit, mengarahkan pria yang lebih muda darinya itu untuk duduk pada sofa besar di sudut ruangan.

"Apa yang ingin kau sampaikan?" tanya Insung tanpa basa-basi, sudah terlanjur penasaran hingga tidak bisa menunggu terlalu lama.

Im Siwan mengulum bibir, tangannya lekas membuka map dalam genggaman. Menyodorkan beberapa kertas penyelidikannya pada Insung, menghela napas untuk memulai penjelasan.

"Dia mengirimkan uang ke luar negeri setiap bulan melalui rekening pribadinya."

Insung mengernyit, membaca baris demi baris angka yang terdapat dalam kertas yang tadi disodorkan Siwan.

"Ke mana?" tanya Insung sekarang beralih menatapnya.

"Amerika. Itu mulai terjadi setahun setelah peristiwa pembunuhan dan berlanjut sampai sekarang." Siwan merasakan raut terkesiap dari Insung, pria yang masih terlihat tampan itu bersandar pada sofa sambil memejamkan mata lemas.

"Aku jadi curiga," bisik Insung kembali memusatkan perhatiannya pada kertas di genggaman tangan.

"Dia mengirim uang sebanyak 1 juta won setiap bulannya?" tanya Insung lagi.

Siwan mengangguk membenarkan.

"Apa kau tahu siapa orang itu?" Siwan kembali menghela napas.

"Orang itu penuh persiapan, jejaknya tidak terdeteksi sama sekali." Kali ini Insung yang menghela napas.

"Selidiki siapa orang itu." Insung meletakkan kertas di tangannya pada meja.

Siwan mengangguk tegas.

"Ada satu lagi yang harus anda ketahui." Perkataan penuh maksud dari Siwan itu lekas menyebabkan Insung menatapnya dengan lekat. Entah sejak kapan, jantung Insung memompa kian kencang. Yang jelas sekarang Insung merasakan perasaan tak enak merenggoti hatinya.

"Selain dia, ada dua anggota keluarga yang menghilang saat kejadian." Siwan memelankan suara di akhir kalimat.

Napas Insung jadi memburu. "Siapa?" tanyanya tak sabar.

Comely PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang