18. Who's the naive here ?

144 11 0
                                    

Rose tak bisa menahan Lily tinggal lebih lama. Untuk apa? Sebagaimana pun ia menunjukkan rasa bersalah, tak menyurutkan amarah Lily barang setitik. Terlebih jauh di lubuk hati, Rose tak menyesali hubungannya dengan Scorpius. Salahkan saja sikap pengecutnya. No defense, done offense. Lily telah memuntahkan kemarahan dan kekecewaannya. Rose tak menyanggah maupun membela diri. Selesai. Tak ada lagi yang bisa dibicarakan. Sekarang ini.

Mantra pengikat itu dilepas dengan berat. Sama beratnya saat terlontar. Tanpa basa-basi, Lily melenggang. Menumbuk sebelah bahu Rose keras. Tubuh Rose oleng, tetapi ekspresi wajahnya kosong. Dengan masih meneteskan satu dua air mata.

Dari kejauhan Scorpius menyaksikan pertengkaran saudara itu. Mungkin pertengkaran bukan kata yang tepat. Karena hanya satu pihak yang berteriak marah. Meski, keduanya sama-sama tersakiti. Sedari awal ia sudah berniat ikut dengan Rose. Ingin menjelaskan bersama. Namun, Rose melarangnya. Ia minta diberi waktu berdua dengan si sepupu.

Dan apa hasilnya?

Tak ada. Rosenya hanya bisa bungkam. Scorpius tahu, gadis itu pasti merasa sangat bersalah. Tapi tak mengatakan apa pun juga bukan jalan keluar.
Ia mengikuti arah Lily pergi. Saat sosoknya tak lagi tampak, Scorpius memutuskan untuk menghampiri Rose.

"Hei."lirih Scorpius. Ia menyentuh bahu kekasihnya pelan.

Rose menyeret tatapannya dari tanah ke wajah Scorpius. Tangisnya kian menjadi, melihat Scorpius di hadapannya.

"Ak-u ... menyakitinya. Menyakitkannya, Scorp," iba Rose pilu.

"Ssstt." Scorpius menarik Rose dalam pelukan. Mengusap pelan punggung gadisnya, berharap bisa sedikit menenangkan. Saat tangis Rose malah semakin pecah, ia pererat rengkuhannya.

"Tenang. Semua akan baik-baik saja. Akan baik-baik saja. Kita jelaskan perlahan. Sementara, berikan waktu untuk Lily."

Tinggal menunggu fakta ini tersebar. Entah hanya berakhir di kalangan Weasley-Potter atau bahkan hingga pelosok Hogwarts. Yang mana pun, Scorpius tak peduli. Memang, ia tak mengharapkan hubungannya diketahui dengan cara seperti ini. Tapi di sisi lain -meski tak seharusnya, ia merasa lega. Sedari awal Scorpius tak berniat menyembunyikan.

***

Sudah tiga hari hubungan Rose dan Lily mendingin. Sebanyak cara yang Rose gunakan untuk bicara, sebanyak itu juga Lily mengabaikannya. Bahkan di aula besar, Lily tak lagi dalam rombongan keluarga. Ia memisahkan diri dengan duduk di antara teman-teman seangkatan.

Rose menatap lesu sepupunya yang berceloteh dengan Eline. Menghela napas, diputarnya garpu berisi potongan pie daging tanpa minat. Nafsu makannya hilang sejak konfrontasi mereka.

"Ada masalah apa dengan Lily?" Suara James menarik atensi Rose.

"Huh?"

James dan saudara lainnya sudah menaruh perhatian pada hubungan Rose dan Lily yang dingin. Awalnya, mereka membiarkan. Berpikir mungkin hanya pertengkaran kecil, atau kesalahpahaman. Bisa saja Lily sedang masa pemberontakan. Yah, terkadang Rose memang terlalu kaku seperti Mcgonagall tua.

Rose tampak menimbang. Haruskah ia mengatakan semuanya pada James? Sedikit banyak ia bersyukur Lily tak membongkar hubungannya dengan Scorpius.

Atau belum.

Mulut Rose terbuka, James menanti. Sampai akhirnya yang keluar helaan napas, "Nothing."

James terhenyak dengan pilihan Rose. "Nothing?"

"James ...." Rose kehilangan kata. Ia tak tahu harus memulai dari mana. Akhirnya ia memilih meninggalkan meja dan pie yang hanya terpotong seperempat. "Aku harus ke kelas."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

incurable diseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang