17. Stick to the Fact

152 13 5
                                    

Negeri sihir memang tempatnya keajaiban. Tapi dari semua hal ajaib itu, Rose dan Scorpius membuat keajaiban lain. Mereka berhasil menjalani hubungan dari balik punggung orang-orang, bahkan sampai musim dingin pertengahan Desember.

Memang, mereka tidak bisa berkencan di Madam Puddifoot's seperti pasangan lainnya. Sebagai ganti, mereka akan mencuri waktu untuk bertemu di hutan terlarang. Jika ingin, mereka akan menyusuri danau dengan membuat perahu dayung. Atau Scorpius biasa berbaring di pangkuan Rose sambil mendengarkan musik muggle bersama. Lalu dia akan menjahili Rose yang tengah membaca. Berakhir mendapat tepukan keras di dahi.

Saat musim dingin, mereka mengurangi bertemu di luar demi mencegah hipotermia. Akibatnya kesempatan bersama menipis drastis. Mereka masih harus kucing-kucingan dengan penghuni Hogwarts, terutama keluarga Rose. Minus Albus tentunya. Karena itu, tempat mereka bertemu berganti di beranda samping Hospital Wing. Itu pun tidak bisa lama-lama. Kesibukan mereka sendiri makin meningkat. Rose meneruskan acara magangnya. Scorpius menjadi kapten Quidditch tahun ini.

Sejauh ini masih aman. Rona merah jambu masih mendominasi warna hubungan mereka. Seperti danau hitam yang tenang, hanya riak kecil pertengkaran tak penting yang mengisi. Pertanyaannya, sejauh mana dan sampai kapan hubungan ini terjaga? Akankah muncul badai yang membuat ketenangan danau mereka bergolak hebat?

***

Di kelasnya Lily menghela napas lelah. Meletakan kepala menyamping. Membiarkan ocehan guru ramalan masuk dan keluar begitu saja. Tanpa berniat mampir dan bersarang di otak. Saat ini pikirannya sedang tak bisa menampung informasi baru. Penuh dengan Scorpius. Entah kapan mulainya, tahu-tahu ia menyadari jika Scorpius seakan menjaga jarak dengannya.

Kendati mereka tak punya hubungan akrab, tapi sejak liburan musim panas, Scorpius terasa lebih dekat. Lebih mudah terjangkau. Dan sekarang? Orang itu kembali tak tergapai.

Saat ia mencoba menyapa heboh, cowok itu hanya akan tersenyum simpul dan berkata 'Hai', tanpa antuasias. Ia juga menanggapi dengan singkat, saat Lily sudah mengerahkan seluruh keberanian untuk mengajaknya bercakap.

"Ha~h," helanya lagi. Ingin Lily curhat pada Rose. Sialnya, Rose sering sibuk akhir-akhir ini, juga suka hilang tanpa kabar. Mungkin nanti dia bisa mengganggu waktu Rose sebentar di Hospital Wing. Apalagi Natal tinggal menunggu hari. Jaraknya dengan Scorpius bisa jadi makin jauh nantinya jika tak segera membuat gerakan.

***

Sore itu sehabis bersih-bersih, Lily melesat keluar asrama. Jika tak salah, magang Rose selesai sepuluh menit lagi. Dia ingin menyerbu Rose sebelum kembali ke asrama. Kalau sudah di asrama, Rose pasti buru-buru mandi dan bisa setengah jam berendam. Belum, dia bilang akan mengecek tugas, pergi ke aula untuk makan malam, dan tahu-tahu menghilang. Karena Lily sudah memperkirakan rutinitas Rose akhir-akhir ini, dia memutuskan menghadang Rose lebih dulu.

Lily tak tahu saja, Rose sengaja menyediakan sedikit waktu untuknya. Dia tak ingin mendengar ocehan Lily tentang Scorpius yang selalu membuatnya sesak. Ia panas memikirkan gadis lain memikirkan cowoknya. Dan di saat bersamaan tergerut pedih. Rasanya seperti mengkhianati Lily meski faktanya tak demikian. Dilema itulah yang membuat Rose memilih jalan ini.

Sedikit berlari, Lily menyebrang koridor lalu turun tangga. Tinggal satu belokan, maka Hospital Wing akan ada di radius dua puluh meter. Ia berhenti berlari dan mengganti dengan jalan cepat. Beberapa langkah sebelum pintu Hospital, ia melihat sosok yang familiar.

Pirang, kerah hoodie hijau tua khas asrama ular, wajah menawan dari angel mana pun. Scorpius Malfoy. Langkah Lily kontan terhenti. Ia menyorot heran. Bisa kebetulan bertemu Scorpius di sini? Cowok itu berdiri di luar pintu dan berbincang dengan seseorang. Entah siapa, Lily belum tahu, karena si lawan bicara berada di bagian dalam. Tak terlihat dari tempat ia berdiri.

incurable diseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang