01. Foods

459 60 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"I'm home"

Semenjak menikah, Hyunjin sudah terbiasa menyerukan kalimat singkat itu saat tiba di apartemen nya. Kebiasaan itu ia dapat dari suami manisnya, yang malam ini sepertinya belum pulang ke rumah.

Setelah melepas sepatu dan meletakkan payung, kaki panjangnya ia bawa ke dapur. Agak terkejut karena ternyata Jisung sudah ada dirumah, lelaki itu tampak tengah sibuk memasukkan makanan ke microwave.

"Ternyata kamu udah pulang" ia bisa lihat tubuh mungil Jisung tersentak kecil dan langsung berbalik ke arahnya. Tapi hanya sesaat karena ekspresi nya langsung berubah menjadi senyuman manis.

"Selamat malam suamiku" Hyunjin terkekeh, menghampiri sang suami dan memberi kecupan singkat di dahi yang tertutup surai kehitaman milik Jisung.

"Tumben jam segini udah pulang?"

Jisung hanya tersenyum kecil, kembali sibuk dengan sup yang akan dia hangatkan. Ia bisa merasakan lengan panjang Hyunjin yang melingkar dipinggang dan dagu yang bertumpu di bahu sempit miliknya.

"Hari ini restoran tutup lebih awal, dan kita juga dapet sup gratis, kakak udah makan malem?"

Hyunjin menggeleng. Ia ikut bergeser mengikuti Jisung yang bergerak menghidupkan kompor. Tangannya kini sibuk menuangkan minyak dan mengocok dua butir telur dalam mangkuk. Kemudian menuangkannya ke penggorengan panas.

"Ini kedua kali nya kita makan telur bulan ini" gumam Hyunjin. Jisung terkekeh pelan, menepuk lengan Hyunjin dipinggang merasa terganggu.

"Hebat kan? Itu karena kakak bekerja sangat keras bulan lalu" kata Jisung dengan tawa diujung. Hyunjin juga ikut tertawa sambil mengusak pelan rambut Jisung.

"Tolong siapin meja nya ya kak"

Hyunjin mengangguk, mulai bergerak untuk menyiapkan meja untuk makan malam nya bersama Jisung. Jisung kemudian meletakkan semangkuk sundubu jjigae dan gyeran mari keatas meja.

Keduanya menikmati makan malam yang sangat sederhana itu dengan khidmat. Menikmati tiap butir nasi yang terkunyah, seruputan dari sup yang hangat, dan potongan telur. Porsi sup yang sebenarnya hanya untuk satu orang itu terasa lebih nikmat dimakan berdua. Rasanya jauh lebih enak dibanding makanan mewah di restoran.

Semuanya hanya tentang rasa syukur. Maka mereka sudah menjadi manusia paling bahagia di muka bumi.



☆☆☆☆☆



Jisung tersenyum kecil saat mendengar detak jantung Hyunjin yang bergemuruh. Hyunjin bilang, ia selalu berdebar saat dekat dengan Jisung. Bagi Jisung itu terdengar seperti omong kosong, tapi Jisung tidak bisa bohong jika dirinya juga sama. Ia rasanya jatuh cinta setiap hari dengan suami tampan nya ini.

Astaga, ini menggelikan. Batin Jisung.


"Sayang" Jisung mendongak, menatap mata kelam Hyunjin yang juga menatap lurus padanya.

"Jarang banget ya, kita bisa tidur barengan gini" Jisung ikut terkekeh dengan Hyunjin. Jemari Hyunjin masih asik memainkan anak rambutnya.

"Biasanya kalo gak kakak yang lembur, ya aku yang pulang telat karena restoran rame banget"

Hyunjin mengangguk mengiyakan. Matanya masih asik tenggelam dalam netra Jisung yang tampak bersinar ditimpa cahaya bulan yang menelusup melalui celah gorden. Hati nya kembali memanjatkan syukur karena Tuhan mengirimkan malaikat manis ini untuk jadi pendamping hidupnya.

"Aku masih gak percaya dengan keputusan kakak yang milih buat hidup susah sama aku"

"Kok gitu?" Hyunjin menghentikan gerak tangannya dihelaian rambut Jisung. Beralih ke mengusap pipi gembil Jisung.

"Yah, harusnya kan kakak bisa makan daging tiap hari, makan sup se porsi sendiri bukan bagi dua sama aku, atau bahkan bisa makan di restoran mewah"

Ujaran pelan dari Jisung itu mengundang kekehan pelan dari yang lebih tua. Elusan tangannya berubah menjadi tangkupan di wajah, membawa wajah Jisung menjadi lebih dekat dengan wajah miliknya.

"Kita udah omongin ini ratusan kali baby" lirih Hyunjin.

Jisung hanya mengerecutkan bibirnya. Meski sudah ratusan kali dibahas pun, Jisung masih tidak mengerti dengan jalan pikir Hyunjin.

"Aku gak masalah cuma bisa makan daging dua bulan sekali, sup bagi dua sama kamu atau makan ramyeon tiap hari asal itu sama kamu Han Jisung"

"Aku ngerasa sempurna kalau berdua sama kamu, mau aku cuma makan nasi dengan telur sekalipun, aku gak masalah, asal sama kamu"

Jisung terkekeh pelan. Tangannya bergerak mencubiti bibir tebal Hyunjin perlahan.

"Mulutnya jago banget sih ngegombal, hm?" Hyunjin hanya tertawa. Mencuri kecupan kecil di bibir mungil Jisung.

"Aku mungkin kedengeran munafik, siapa sih yang gak mau hidup dengan fasilitas mewah? Tapi apa artinya makan daging tiap hari tapi aku gak bahagia sama hidupku Ji? Kalau aku gak nikah sama kamu, mungkin sekarang aku lagi ada di Paris, makan sama istri yang gak aku cintai, ngurus bisnis papa yang gak aku mengerti. Jadi, lebih baik sama kamu kan? Aku bahagia banget sekarang karena ada kamu disampingku, aku bahkan gak khawatirin apapun."

Jisung hanya diam, tak berniat membalas perkataan Hyunjin. Tangannya bergerak menyusuri wajah Hyunjin, mulai dari alis, mata, hidung, kemudian berhenti dibibir. Lalu mengecup bibir tebal itu. Mencurahkan isi hati nya lewat kecupan itu.

Hyunjin ikut mengecup pelan bibir Jisung. Keduanya berpagutan dibawah sinar bulan. Mencurahkan rasa sayang dan rasa syukur yang tak dimengerti banyak orang.

Di mata orang lain, mereka memang tidak sempurna.

Tapi orang-orang hanya tak tau, bahwa Hyunjin dan Jisung sempurna dengan cara mereka sendiri.



《everything i wanted》

Hai! kan gara-gara kalian aku publish buku baru:")
soalnya kalian supportive banget di lovely, terharu aku tuh:")

Anyway, ini aku tes ombak dulu publish 1 chapter, wkwk nanti update chapter berikutnya masi lama.

Hehe hope you enjoy, jangan lupa vote ya!

Panggil aku Hara, jangan thor ya. Please.

[hiatus] everything i wanted // hyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang