05. Pulang

235 38 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kak Changbin!"

Jisung berlari kecil menuju lelaki dihadapan yang berjarak beberapa langkah. Lelaki itu masih muda, mungkin hanya satu tahun diatas Hyunjin. Jisung hanya menerka sih, soalnya manajer restorannya ini sangat pendiam dan tertutup dengan pegawai-pegawainya.

"Kak, Jisung boleh ambil cuti gak?"

Jisung akhirnya mengambil cuti setelah bertahun-tahun ia kerja dengan Changbin. Hingga lelaki bernama lengkap Seo Changbin menatapnya heran.

"Kamu mau cuti? Kenapa? Tumben?"

Baru kali ini juga, seorang Seo Changbin menanyakan lebih dari satu pertanyaan. Karena sebelumnya Changbin biasanya hanya menanggapi nya dengan anggukan, dan bertanya berapa hari pegawainya akan cuti. Sudah. Begitu saja.

Mungkin karena ini seorang Han Jisung.

"Jisung mau pulang ke rumah mama kak"jawab Jisung dengan suara pelan. Jari-jemarinya memainkan satu sama lain gugup.

Changbin ingin bertanya sekali lagi, kenapa Jisung ingin pulang ke rumah mama nya. Apa sesuatu terjadi?

Tapi pertanyaan-pertanyaan itu ia simpan dalam-dalam. Ia merasa tak punya hak untuk menanyakan hal itu. Kemudian dia hanya mengangguk.

Jisung tersenyum, membungkukkan badannya berkali-kali sambil merapalkan terimakasih pada yang lebih tua.



A few days ago

"Gimana kabar kamu sama Hyunjin, kalian baik-baik aja kan?"

"Baik ma, baik banget malah"

Itu kata Jisung sambil membereskan apartemennya dan Hyunjin yang sudah lama tak dibersihkan secara layak. Hyunjin dan ia memang sangat lah sibuk beberapa minggu terakhir. Berangkat disaat matahari belum terbit, dan pulang disaat matahari sudah hampir terbit lagi. Sebenarnya itu hanya Jisung sih. Hyunjin tidak pulang selarut itu.

"Makanan gimana? Kalian gak kelaperan kan? Atau jangan-jangan lembur terus sampe lupa makan hm?"

"Aku sama Kak Hyunjin makan nya baik kok, tepat waktu."

Bohong. Jisung bahkan lupa kapan terakhir kali dia makan dengan layak.

Ngomong-ngomong, hari sudah menunjukkan pukul 11 malam. Jisung sebenarnya agak terkejut karena Ibu nya masih terjaga selarut ini. Padahal biasanya ibu nya sudah ke alam mimpi dua jam yang lalu.

Jisung mendengar helaan nafas dari ibu nya diujung sana. Begitu khawatir. Padahal ia dan Hyunjin kan baik-baik saja.

"Kamu belakangan ini lagi sibuk garap lagu kan? Sibuk cari agensi juga kan?"

Jisung yang tengah memvakum ruang tengah menghentikan gerakan. Darimana ibu nya tau? Siapa yang memberi tau ibu nya?

"Hyunjin cerita sama mama Jisung"

Jisung gelagapan. Mematikan vakum agar suara berderu dari benda itu berhenti, berusaha fokus pada percakapannya dan sang ibu.

"Iya ma"jawabnya pelan.

"Kamu kenapa gak berhenti kerja di restoran kalau emang mau fokus sama lagu?"

"Gak bisa ma, kalau aku berhenti kerja, Hyunjin gak akan bisa sarapan dan bawa bekel tiap hari"

Helaan nafas dari ibu nya terdengar kembali. Jisung menggigit bibir bawahnya pelan. Kondisi finansialnya dengan Hyunjin memang sedang tidak baik. Apalagi pengeluaran itu ditujukan untuk beberapa alat untuk membuat lagu, agar Jisung bisa segera masuk ke agensi. Menjadi produser. Seperti cita-cita nya dahulu.

"Pulang ke Incheon sama Hyunjin, ada yang mau mama bicarain"

Pulang? Apa itu artinya Jisung harus cuti?

Oh tidak. Bagaimana dengan nasibnya jika ia cuti. Ia akan makan apa?

"Ma..."

"Pulang Jisung"





Maka disinilah Jisung. Duduk bersama suami nya Hyunjin di dalam kereta yang akan membawanya pulang ke rumahnya. Sudah lama sejak terakhir kali ia pulang ke Incheon. Mungkin terakhir kali ia pulang saat Chuseok dua tahun lalu (ia dan Hyunjin menikah di Seoul), itupun awalnya ia ogah-ogahan. Selain alasan biaya, ia juga malas pulang ke tempat masa kecilnya itu. Terlalu memuakkan.

"Hey, kamu gapapa?"

Jisung yang awalnya asik menatap pemandangan dari jendela besar kereta, menoleh ke Hyunjin yang memasang wajah khawatir. Ia hanya menggeleng pelan dan tersenyum tipis. Membalas genggaman tangan Hyunjin lebih erat.

Hyunjin tau alasan Jisung yang sangat ingin menghindari pulang ke rumahnya. Terlalu banyak kenangan buruk. Meski selama ini Jisung menutupi semua rasa sakit itu dengan baik dihadapan semua orang, Hyunjin lah yang paling tau, seberapa menderitanya Jisung saat remaja dulu.

Kalau kalian ingat, Jisung bukan anak orang kaya dan keluarganya hanya pemilik restoran sederhana di pinggir kota. Jisung dirundung dengan berbagai alasan. Mulai dari karena tubuhnya yang kecil, hingga tersebarnya rumor yang mengatakan bahwa Jisung bekerja di kelab malam saat SMA, yang tentu saja terdengar tak masuk akal. Jisung bahkan tak bisa minum soda terlalu banyak.

Jisung tersenyum kecil saat memori perisakan itu muncul dikepalanya. Sebenarnya Jisung tak merasa begitu buruk. Itu hanya masa lalu, pikirnya. Sekarang ia punya Hyunjin. Yang selalu melindunginya, yang tak pernah meremehkannya, yang tak pernah membandingkan dirinya dengan yang lain.

"Kak, makasih"

Lirihan itu didengar oleh Hyunjin yang tadinya asik memandangi ponsel. Ia menoleh dan mendapati suami manisnya tengah tersenyum begitu manis dengan mata berbinar. Hyunjin ikut tersenyum, mengusakkan tangannya ke surai yang lebih muda.

"Aku gak tau kamu makasih buat apa, tapi sama-sama sayang"

Jisung hanya tertawa kemudian mengecup bibir Hyunjin sekilas.

"Aku sayang kak Hyunjin"

"Kakak lebih sayang kamu Jisung"

"Enggak, Jisung lebih sayang kakak"

Yah, akhirnya perjalanan itu mereka habiskan dengan berdebat tentang siapa yang lebih menyayangi.





《everything i wanted》

Hai! akhirnya update lagi, tapi aku gak puas sama hasilnya huhu. jelek banget kayaknya chap ini, gak ngerti lagi:"

aku kayaknya lagi kena writer block fyuh.

yasudahlah, jangan lupa vote!

-Hara

[hiatus] everything i wanted // hyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang