02. Tentang Jisung

280 50 4
                                    

Hyunjin dan Jisung sudah menikah selama setahun lebih empat bulan, pernikahan tidak lazim pertama dalam sejarah keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyunjin dan Jisung sudah menikah selama setahun lebih empat bulan, pernikahan tidak lazim pertama dalam sejarah keluarga.

Berat? Tentu saja.

Hyunjin bahkan merelakan hidupnya yang dulu bergelimang harta, menjadi seadanya demi hidup dengan pemuda manis bernama Han Jisung.

Tapi ia santai saja sih. Toh, meski dulu ia sangat berkecukupan, ia di didik untuk hidup sederhana oleh keluarganya.

Papa nya bukan CEO seperti yang kalian kira sih, tapi bisnis nya dibanyak bidang (Hyunjin tidak tau saking banyaknya) cukup menjadikan Hyunjin disebut lahir dengan sendok perak dimulutnya.

Han Jisung itu segalanya buat Hyunjin.

Ia kenal Jisung saat dia masih duduk dibangku kuliah, salah satu universitas favorit di kotanya. Dengan passing grade yang gak main-main tingginya.

Jisung itu anak yang luar biasa.

Kuliah beasiswa, GPA hampir sempurna, jago bermusik, manis, baik, gak heran kan kalau satu kampus menaruh kagum padanya?

Termasuk Hyunjin. Yang menyukai Jisung at the first sight. Padahal Hyunjin sendiri gak percaya sama hal konyol begitu. Tapi malah kejadian ke diri sendiri.

Lalu Hyunjin sendiri baru sadar kalau orientasi seksualnya sangat tabu di masyarakat karena saat sekolah ia tak sempat memikirkan soal cinta-cintaan.

Tapi, Hyunjin itu santai. Ia gak ambil pusing soal itu. Toh, cinta bisa datang kapan aja, dimana aja, dan sama siapa aja kan?

Kalau di mata Hyunjin, Jisung itu sempurna tanpa cacat, maka ada banyak orang yang melihat kecacatan Jisung.

Jisung itu bukan anak orang kaya.

Keluarganya cuma punya bisnis restoran keluarga di kampung halaman. Gak sebanding dengan mereka yang bisa punya mobil 3-4 unit dalam garasi rumah.

Itu menurut mereka, bagi Hyunjin, Jisung tetap sempurna.

"Hyunjin! Oi!"

Hyunjin tersadar dari lamunannya akan Jisung saat salah satu sunbae-nya menegur.

"Yuk makan siang"

Hyunjin hanya menggeleng, menunjuk kotak bekal yang ada disudut kubikel miliknya.

"Duluan aja sunbae, aku bawa bekal"

"Oh oke"

Hyunjin menghela nafas saat sunbae bernama Lee Minho itu sudah beranjak dari hadapannya. Membuka kotak bekal dan menyantap isinya dengan khidmat.

Hm, Jisung lagi apa ya?

☆☆☆☆☆

Jisung akhirnya bisa bernafas lega setelah berlari kesana kemari karena restoran yang sangat ramai di jam makan siang. Rasanya kaki nya seperti akan putus.

"Hah, rame banget hari ini" ujar salah satu rekan kerja Jisung. Bomin namanya.

"Iya, lebih rame dari biasanya" tambah Jisung pelan.

Keduanya duduk dibalik meja kasir. Memperhatikan para pelanggan yang makan dengan khidmat.

"Gue masih heran deh sama lo Jisung"

Jisung yang awalnya lagi menopang dagu, menoleh ke Bomin yang masih menatap lurus ke depan.

"Lo kan lulusan terbaik di kampus, kok bisa sih lo cuma kerja di restoran kecil gini?"

Pertanyaan dari Bomin itu cuma ditanggapi senyuman kecil oleh Jisung. Ia sudah dengar pertanyaan itu beribu kali dari orang-orang. Semenjak ia lulus kuliah hingga sudah melepas status lajangnya. Pertanyaannya masih sama.

"Yah, namanya gak rezeki Min" katanya santai.

Bomin disebelahnya terkekeh pelan, Jisung tau lelaki itu tidak puas dengan jawabannya. Tapi memang itu kenyataannya.

"Gue juga sama heran nya sama lo Choi Bomin"

Ia bisa lihat Bomin yang mulai menaruh fokus padanya. Menghela nafas, ia kemudian berusaha melanjutkan

"Sampai hari ini pun, gue masih usaha nyari agensi yang mau terima lagu-lagu gue. Udah tiga tahun lebih, dan gue masih gak nyerah. Tapi ya, Tuhan belum ngasi kepercayaan buat gue mungkin?"

Nada suara nya melirih di penghujung kalimat. Bomin disebelah kini hanya mangut-mangut. Gak berniat buat nanya lebih lanjut soal itu. Takut Jisung tersinggung.

"Lo sendiri? Kenapa kerja disini?"

Jisung bertanya hal yang sama untuk memecah keheningan yang terasa canggung.

"Hm, karena cuma pekerjaan ini yang bisa gue kerjain" jawab Bomin dengan suara pelan.

Jisung hanya mengangguk. Mengatup bibirnya rapat-rapat, merasa salah bertanya setelah melihat wajah Bomin yang begitu sendu.

"Santai aja kali Sung, gausah tegang gitu mukanya"

Melihat Bomin terkekeh, Jisung cuma bisa tersenyum canggung. Cowok yang lebih tinggi darinya itu kemudian nepuk bahu, mengkode dirinya untuk beranjak karena banyak pelanggan yang sepertinya akan membayar makanan mereka.

Jisung menghela nafas. Mulai menghitung di mesin kasir.

Ia berharap hari ini bisa pulang cepat.

《everything i wanted》

Haiii, aku ngerasa gaya penulisanku berubah-ubah deh, aneh banget kayaknya chap ini:"

Kasi feedback dong, komen gitu tsay. wkwk

-Hara

[hiatus] everything i wanted // hyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang