Fisika. Bukan pelajaran yang sulit. Dia hanya
seperti kamu, yang semakin sulit dipahami,
semakin ku penasaran untuk mendapatkan
jawaban.Aqeela masih terus meremasi rambutnya-frustasi
dan putus asa-Karena pr-nya yang tak kunjung
selesai. Dia terpaksa mengerjakan di sekolah
karena tadi malam ia tertidur lebih awal. Aqeela
harus kembali beradu dengan angka-angka dan
rumus-rumus fisika.Aqeela memejamkan matanya, merasa kesal dan
lelah karena sedari tadi otaknya tidak berhenti
berfikir."Kenapa?" suara bariton tiba-tiba terdengar tepat
berada di samping Aqeela.
Aqeela tersentak kaget. Hampir saja jantung
Aqeela copot. Bagaimana tidak? Saat Aqeela
benar-benar berfikir keras tapi tiba-tiba saja tanpa
ada tanda-tanda, Rassya sudah berada di
sampingnya."Kamu bisa gak sih, datang tu kasih tanda-tanda,"
protes Aqeela yang benar-benar terlihat suntuk
pagi ini."Tanda-tanda gimana? Harus ada angin gitu?" tanya Rassya mengangkat alis kirinya.
Aqeela mendesis panjang. Otaknya sudah penuh
bahkan tidak menampung lagi, namun Rassya
datang menambah masalah. Jika otak Aqeela
sudah seperti ini, biasanya Aqeela akan lola."Kenapa gitu muka lo, gak kaya biasanya," Rassya
menatap Aqeela dengan raut wajah heran."Fisika," singkat Aqeela yang harusnya Rassya
langsung paham. Ternyata benar, Rassya langsung
paham maksud Aqeela.Rassya tersenyum sebelah. Lalu merebut bolpoin
yang ada di jemari Aqeela. Rassya menyeret buku
tulis bergaris milik Aqeela, sekejap membaca
tulisan di buku tulis itu. Ia membuka buku bagian
belakang dan mulai menggoreskan tinta bolpoin ke
kertas."Mau ngapain?" tanya Aqeela bingung dengan
sesuatu yang dilakukan Rassya.Rassya tidak menjawab. Pandangannya fokus ke
satu arah yaitu buku milik Aqeela. Rassya fokus
menulis sesuatu.Aqeela hanya memandang wajah Rassya yang
sedari tadi menulis. Rassya terlihat lebih tampan
jika sedang menulis."Kamu ngapain kesini?" tanya Aqeela.
"Nyari lo," kata Rassya melirik sekejap ke arah
Aqeela lalu fokus kembali ke buku tulis.Aqeela hanya tersenyum malu. Cukup lama Rassya
menulis sesuatu di kertas Aqeela, hingga Aqeela
bosan sekarang.
Rassya selesai menulis. Dia menyeret buku tulis
mendekat ke arah Aqeela. Aqeela langsung
membaca tulisan Rassya. Ternyata itu adalah
rumus fisika. Tanpa Aqeela duga, rumus itu lebih
lengkap dibandingkan yang ia catat."Lo pahami dulu, gue yakin lo bisa ngerjain. Ini
mudah kok," Rassya memberi arahan kepada
Aqeela agar Aqeela mudah mengerjakan soal yang
terbilang sulit."Ini rumus termudah setau gue," lanjut Rassya
seperti sudah mengerti tentang fisika."Iya, ku akui kamu pintar IPA," dengan sangat
terpaksa kali ini Aqeela memuji Rassya.Sebelumnya, Aqeela tidak pernah memuji Rassya,
karena pasti Rassya akan lebih sombong."Ya udah cepetan kerjain," pinta Rassya.
Aqeela hanya mengangguk pelan menuruti arahan
Rassya."Lo kenapa kaya gak suka pelajaran fisika?" tanya
Rassya dingin."Gue gak suka angka dan fisika sejak SMP," jawab
Aqeela dengan mata yang masih terfokus ke
rumus di buku tulisnya.Rassya hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Ia
juga ikut memperhatikan rumus yang coba Aqeela
pahami.
KAMU SEDANG MEMBACA
RassQeel
Teen FictionMerubah diri adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Entah itu merubah sikap maupun perilaku. Namun akankah terasa mudah bagi cowok berandalan yang satu ini? Cowok badboy, trouble maker dan the most wanted di SMA Nusa Bangsa. Dia ketus, dingin, cuek...