Gadis ini mengerjapkan matanya,
sera bangun dengan alat bantu pernafasan diatas hidungnya, sedikit demi sedikit penglihatan yang buram menjadi jelas setelah beberapa menit ia mencobanya 'nari?.. ' suara samar samar itu terdengar dari telinganya , ia mulai menggerakan sedikit tangannya dan mulai ke sekujur badannya sebelum tertidur lagi
.
kedua kalinya, sera mencoba untuk bangun dari tidurnya lagi. Ia terus mencoba sampai tubuhnya bisa dikendalikan lagi 'narii..' suara samar samar itu datang lagi di dekat telinganya 'nari..' , tubuhnya lemas kembali mengingat kejadian kejadian yang baru saja ia alami
'kau anak pungut tidak tahu malu!' Plak! tamparan keras mengenai wajahnku
'untung saja kau tertabrak,'
'investasimu akan cair , ayo kita pergi'
'namamu hari ini adalah nari.. '
'MENURUTLAH PADAKU!'
'sera!'
'Sera bangun sayang'
'Sera kau dimana sayangg!!'
'HAHH.. hahhh hahhh..' gadis ini melepas selang oksigen ditubuhnya dan refleks memegang kepalanya
kepalanya sangat pusing mengingat apa yang ada dibayang bayangnya barusan
'nari?, nari kau taapa?' , sera melirik kearah samping ranjangnya memperlihatkan sahabatnya menangis menyebut namanya sambil memeluknya
diikuti tatapan beberapa suster dan dokter yang mulai memeriksanya, ia dituntun untuk berbaring kembali dengan mengecek keadaanya
matanya kembali terpejam dan mencoba mengingat sesuatu
'aku harus pergi, '
'kenapa harus pergi?'
'dahhh, ibuku menungguku'
'SERA!'
-ingatan 15 tahun laluia membuka kembali matanya, dan beranjak untuk bangkit dari tidurnya 'nari diam dulu' suara panggilan jauh ditelinganya adalah kiran sahabatnya. temannya yang menenangkannya 'diam! namaku sera bukan nari' sera menekan tegas suaranya kemudian berjalan keluar ruangannya dengan memegang dadanya . Dilihatnya ibu selaku kepala sekolah tengah duduk dihadapan pintu ruangan sampingnya
ia kemudian menghampirinya sambil mencoba menatapnya , guru dihadapannya pun merasakan kehadiran dirinya dan bangkit dari duduknya
tepat didepan wajahnya ia tersenyum dan tangan yang ditaruh diatas pundaknya, kepala sekolah ini mengucapkan sesuatu yang hangat 'terimakasih sudah kembali sera'
sera kemudian dengan refleks mengeluarkan air matanya dan membuka pintu ruangan dihadapannya, dilihatnya rio tengah terbaring dengan selang oksigen dan tubuh bagian atas tanpa busana dengan banyak lilitan perban disana
sera kemudian memajukan tubuhnya dan melepaskan alat bantu pernafasan itu dari mulut rio, 'mmmmmhhh' sera mencium rio dengan panas sambil terus mengeluarkan air mata 'bangun!,' ucapnya disela sela ciuman dan isak tangisnya yang terus ia berikan untuknya
ibunya yang melihat dari balik ruangan pun ikut masuk dan menjauhkan sera dari hadapan anaknya 'hentikan! maksudku kau boleh senang namun tak seperti ini!, dokter!' ibunya mulai panik karna anaknya kehilangan beberapa menit alat bantu pernafasan
beberapa suster dan dokter berdatangan dengan panik sambil menempelkan kembali alat bantu ketubuh rio , namun semua itu terlambat
tiba tiba tubuh rio bereaksi 'okhok!' rio kemudian memiringkan tubuhnya sambil terbatuk batuk 'ahhshhhh seraa' ibunya kemudian menghampirinya sambil memeluk putranya 'apa nak, kau ingin apa hmm' tangisan seorang ibu itu turun diatas wajah putranya
rio kemudian mencoba membuka matanya sambil melihat ibunya tengah menangis untuknya 'aku hebat tidak ' ucapnya sambil tersenyum dan kembali terbatuk
ibunya kemudian masih dengan tangisan dan pelukan terus terusan mencium wajah putranya 'ngghh akhh, sera mana ma' ucapnya kemudian menghentikan aktifitas ibunya 'sera?' ibunya melirik kearah samping melihat sera tengah tersenyum untuknya
ia merasa bersalah telah mendorong anak itu untuk menjauh dari putranya 'sera..' ia memanggil kembali namanya . membuat sera mendekat kearahnya
rio kemudian tersenyum ketika melihat nari, ah.. sera namanya
'aku senang bisa bertemu denganmu lagi'
.
keduanya tengah ditepi taman sedang menikmati hembusan angin sore yang menenangkan 'tinggalah dirumahku' rio membuka suara , sera kemudian melirik kearah rio sambil tersenyum 'aku berencana menginap dirumah kiran untuk sementara waktu' sontak jawaban itu membuat rio memasang raut wajah serius 'ibumu belum tertangkap, rumah kiran terlalu bahaya' ucap rio menghawatirkannya 'aku lebih khawatir jika menginap dirumahmu, kau belum sembuh' benar, untuk menyelamatkan sera rio harus lompat dari lantai 2 jendela kamarnya menuju pekarangan bunga sera sampai mengakibatkan cidera patah tulang dibagian lengan kanan nya 'aku bisa mengatasi itu' ucap rio serius pada sera , sera hanya memasang wajah dengan senyuman sambil mengusap usap kepala rio 'mau ku masukan permen lagi ?' goda sera mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu
rio yang mengingat itu kemudian tersenyum lebar sambil memajukan wajahnya 'boleh, kalau bisa langsung dengan seluruh bibirmu masuk kedalam mulutku' goda rio ta kalah dari sera
sera kemudian memperbaiki posisi duduknya sambil salah tingkah dengan apa yang dikatakan rio, rio yang menyadari situasi mulai canggung pun kemudian tersenyum sambil mencari topik lain untuk dibahas dengannya 'ohh sera, sebelum insiden kebakaran itu. sebenarnya apa yang terjadi'
'ahh itu, singkatnya aku menemukan beberapa bukti bahwa ibuku ternyata adalah pembunuh mantan mantan suaminya dan juga beberapa berkas pemalsuan harta atau aku tak tau pasti. terakhir aku menemukan bahwa aku ini sudah berganti nama lebih dari 3x dan beberapa obat berbahaya yang bisa melupakan ingatanku . saat aku menemukan itu sialnya ibuku mengetahuinya dan menyiksaku terlebih dahulu sebelum aku tak sadarkan diri dan terbangun dibawah lantai kayu yang berdecit , kemudian kau menemukan aku' , sera menceritakan itu sambil menundukan kepalanya
rio yang mendengarnya kemudian mengepalkan tangannya 'kemudian kalimat terakhir yang kau katakan kau bukanlah anak kandungnya?' sambung pertanyaan rio
'ahh itu, ibuku jika dihitung mungkin sudah 15x lebih menikah dan bercerai . aku adalah anak dari pernikahan ke 2 nya saat dulu , yang aku ketahui dari bukti adalah aku hanya anak yang dulunya mengetahui insiden yang dilakukan ibuku. biarlah.. aku mengikhlaskannya, semoga ia cepat tertangkap aku hanya bisa menunggu' ucap sera yang dengan senyumannya lagi
rio kemudian menatap kembali wajah sera sambil terus mengepalkan tangannya , 'kau harus tinggal dirumahku' ucap rio menegaskan dengan ke khawatiran diwajahnya
'aku sudah berjanji pada kiran rio.. ' rio menekan tangan sera sambil menatap tajam padanya 'menurutlah padaku untuk sementara waktu' ucapnya membuat sera menggangguk secara spontan , rio kemudian mengajaknya kembali masuk kedalam masih dengan raut wajah yang geram