Bab 30

31.6K 1.5K 107
                                    


Praja pov

Argh, sial kenapa juga saya langsung nelan mentah-mentah ucapan bodyguard itu. Kenapa juga saya malah marah sama Ica kenapa juga harus bawa hamil sama orangtua nya.  Bodoh kamu praja!.

Sekarang mau gimana, tadi juga orang suruhan saya udah ngabarin kalau Ica pergi ke rumah Riel. Untunglah saya masih menyewa itu orang walaupun saya sebenarnya udah gedek sama informasi nya.

Adipati ternyata memang dokter di rumah sakit itu, dan saya malah nuduh yang nggak-nggak. Suami macam apa saya ini. Satu lagi ternyata saya selalu manggil nama Mira saat melakukan nya, kenapa kamu diam Ca kenapa enggak kasih tau saya biar saya tau kenapa baru sekarang. Saya berasa jadi suami yang gak tau diri. Saya nyesel Ca. Maaf kan saya Ca.

"Pah" panggil Glenn.

"Kenapa sayang?"

"Mamah mana? Ayo makan malam"

"Kamu turun duluan ya"

"Glenn sama kakak udah dari tadi dibawah. Nunggu Mamah juga katanya mau masakin kita tapi kok gak ada"

"Ya sudah ayo turun, biar nanti dimasakin Bibi" menggandeng nya keluar kamar.

"Mamah mana Pah?" tanya Vano setelah sampai di meja makan.

Bukan nya menjawab pertanyaan nya saya segera beralih ke Bi Ijah untuk dibuatkan makanan.

"Pah" panggil Fadil.

"Papah ada masalah ya sama Mamah?" tebak Fadil

"Papah jahat sama Mamah"

Saya menaikan sebelah alis bertanya maksud dari ucapan nya.

"Buktinya Mamah pergi ninggalin kita, kalau Papah gak jahatin Mamah mana mungkin Mamah pergi" ujarnya, dan setelah mengucapkan itu ia beranjak ke kamarnya dilantai atas.

"Habisin dulu makanannya" peringatku.

"Fadil gak nafsu"

"Kalian mau kemana juga? Ayo dimakan dulu" saat melihat Vano dan Glenn berdiri dari kursi mereka.

"Kita juga gak nafsu makan, masakan bibi juga gak se enak masakan Mamah"

"Kalian hargain Bibi yang udah masak nak"

"Bi, maaf kita gak makan" ujar Vano menatap Bibi. Walaupun masakan nya tidak se enak Mamah tapi dulu waktu kecil yang masakin Bibi.

"Enggak apa-apa den"

Mereka benar-benar sudah terbiasa dengan kehadiran kamu, saya yang bodoh maafin saya.

"Beresi ya Bi" perintahku.

"Baik Tuan"

Saya bergegas ke arah kamar, untuk menenangkan pikiran. Mungkin tidur bisa membuat saya agak fresh.

Pagi nya saya terbangun tanpa ada yang membangun kan seperti hari biasanya tidak ada yang bisa saya jahili. Saya kangen sama kamu, tapi saya terlalu pengecut untuk jemput kamu.

"Anak-anak dimana?" tanya ku setelah sampai di meja makan.

"Di taman belakang Tuan, hari libur" ujar Bi Ijah sopan.

"Udah pada mandi?" tanyaku.

"Udah" jawab Vano.

"Papah minta maaf"

"Papah seharusnya minta maaf sama Mamah bukan sama kami" saut Fadil

"Mau jalan-jalan? Atau mau kerumah Nenek?" ajak ku berusaha mengalihkan pembicaraan.

Suamiku Duda (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang