BAB 14

5 1 2
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

RENCANA MUTIA

Sejak awal bertemu, Mutia memang tidak suka melihat Putri Latifah yang cerdas , pandai dalam berbicara, dan kreatif itu.

Mutia tidak tahu bahwa selama ini Putri Latifah belajar di fakultas psikologi, bahkan telah menyelesaikan pendidikan nya selama 4 tahun di fakultas psikologi.

Menurut Mutia, Putri Latifah itu telah mengambil temannya yaitu Tengku Nurannisa.

Hari ini suasananya begitu agak mendung, dan sedikit bertiup angin sepoi-sepoi. Pagi - pagi seperti ini, Putri Latifah pergi ke warung untuk membeli brokoli , kentang, dan ikan.

Di perjalanan, kebetulan Putri Latifah bertemu dengan Mutia.

" Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Mutia" ucap Putri Latifah yang berdiri di samping Mutia.

" Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh putri" jawab Mutia dengan wajahnya yang sedikit beraura kebencian.

" Kamu mau ke mana putri?" Tanya Mutia.

" Saya ingin pergi ke warung Mutia, kalau kamu mau ke mana pagi - pagi seperti ini?" Tanya Putri Latifah seraya tersenyum manis.

" Saya mau jalan-jalan sama teman saya, sebab kami ada janjian tadi" jawab Mutia santai.

" Oo, ya udah kalau begitu. Saya permisi dulu ya Mutia! , Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap Putri Latifah seraya perlahan melangkahkan kakinya menuju ke warung.

" Iya" jawab Mutia tanpa menjawab salam dari Putri Latifah.

Putri Latifah pun tersenyum.

Keesokan harinya, Mutia datang ke tempat kediaman Tengku Nur Annisa di desa bunga setangkai.

" Annisa, Annisa, Annisa" teriak Mutia seraya mengetuk pintu rumah Tengku Nur Annisa.

" Siapa ya, yang teriak- teriak di luar, sepertinya suara Mutia" ucap Annisa di dalam hatinya seraya memegang buku yang dibacanya ketika itu.

Sekalian menuju ruang tamu, ia pun seraya meletakkan buku yang di bacanya di atas rak bukunya.

Dengan senang hati, Tengku nur Annisa pun melangkah kan kakinya menuju ruang tamu .

Sesampainya di ruangan tamu, Tengku nur Annisa langsung mengulurkan tangannya dan memegang pegangan pintu rumahnya dan segera membuka pintu itu dengan lebar.

" Ooh Mutia, ada apa Mutia?" Tanya Tengku nur Annisa yang masih berdiri di tengah pintunya.

" Ini Annisa, ada hal yang ingin saya bicarakan" jawab Mutia.

" Ok lah, kalau begitu silahkan masuk ke dalam rumah saya" ucap Tengku nur Annisa mempersilahkan Mutia dengan senang hati untuk masuk ke dalam rumahnya.

Mutia pun seraya melangkahkan kakinya untuk segera memasuki rumah Tengku nur Annisa.

" Assalamu'alaikum" ucap Mutia.

" Wa'alaikum salam, silahkan duduk" jawab Tengku nur Annisa.

Mutia pun segera duduk di atas kursi yang telah tertata rapi itu dengan senyuman nya yang manis.

Tengku nur Annisa pun ikut duduk di atas kursi yang ada di hadapan Mutia.

" Kamu ingin membicarakan tentang hal apa ini Mutia?" Tanya Tengku nur Annisa.

" Saya mau bertanya teman dekat kamu yang bernama putri latifah itu kalau saya boleh tahu , memangnya dia itu belajar di fakultas apa Annisa?" Tanya Mutia dengan kondisi lubuk hatinya yang penuh akan penasaran.

" Loh, kok kamu nanyanya ke saya?, Mengapa tidak langsung tanya ke Putri latifah saja?" Tanya Annisa heran.

" Saya sengaja tanya hal ini kepada kamu, karena kelihatan nya pada hari ini putri Latifah sibuk sekali di rumahnya" jawab Mutia polosnya.

" Memangnya kamu sudah pergi kerumahnya " tanya Tengku nur Annisa tersenyum lebar.

" Belum sih, tetapi kebetulan tadi bertemu di jalan " jawab Mutia dengan raut wajahnya yang cemberut.

" Kok cemberut begitu sih " ucap Tengku nur Annisa bercanda kepada Mutia

" Ih kamu ini Annisa" jawab Mutia Tersenyum.

" Iya, iya akan saya katakan, Putri latifah itu ketika kuliah ia  belajar di fakultas psikologi" jawab Tengku nur Annisa.

" Ha!, Psikologi?" Tanya Mutia terkejut.

Ternyata selama ini orang yang Mutia benci itu adalah mahasiswa psikologi Lo, tetapi sayangnya Mutia baru mengetahui hal itu sekarang.

" Iya, psikologi. Bahkan Putri latifah juga telah menyelesaikan pendidikannya di S1 psikologi dan rencananya beberapa bulan ke depan ini ia pun mau pulang ke kampung halamannya " jelas Tengku nur Annisa.

" Kan kamu dengan putri Latifah itu beda jurusan serta fakultas, tetapi kok kalian bisa saling kenal?" Tanya Mutia.

" Ih kamu ini kepo ya!" Jawab Tengku nur Annisa bercanda gurau.

" Saya bisa saling kenal dengan Putri latifah itu, karena Putri latifah selalu aktif dalam mengikuti organisasi yang ada di universitas" jawab Tengku nur Annisa.

" Ternyata 4 tahun ini , kamu berteman dengan mahasiswa psikologi ya" ucap Mutia Tersenyum.

" Ya, begitulah" jawab Tengku nur Annisa singkat.

" Apa kamu ini nyaman ya berteman dengan mahasiswa psikologi yang mengetahui  apa yang ada di dalam diri kita, baik itu sifat, karakter, dan pikiran kita?" Tanya Mutia.

" Nyaman sangat, karena Putri latifah itu sangat nyaman untuk di ajak curhat" Jawab Tengku nur Annisa seraya tertawa pelan.

Mutia pun tersipu malu mendengar ucapan Tengku nur Annisa.

Bahkan ternyata , di dalam lubuk hatinya yang dalam itu masih menyimpan amarah dan kebencian terhadap Tengku nur Annisa dan Putri latifah.

Setelah Mutia pulang dari rumah Tengku nur Annisa, ternyata Mutia memiliki rencana jahat terhadap Tengku Nur Annisa dan Putri latifah.

Rencana itu adalah.....

Tunggu di bab selanjutnya ya!🙏

Jangan lupa Voment

Syukron 🙏
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 🙏


Berpetualang Menuntut IlmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang