Peserta O3 <Listiya>

34 7 15
                                    

Nama: Listiya
Akun Wp: Listiya08
Tema: Bersuara lewat karya
Inspiration from: Aku terinspirai nulis ini dari seorang teman.
Tujuan ditulis pun hanya ingin membantu menyuarakan apa yang mereka rasakan, dan memberi tahu jika mereka pantas didengarkan.
Bukan sekedar kata sabar, tepukan pundak yang terasa hambar karena dilakukan atas dasar rasa tidak enak jika tak mengacuhkan.

Judul: Suara dalam diam.
Isi:

Hidup kadang nggak adil, yah.
Ada seseorang yang diciptakan sempurna dengan fisik dan bakat luar biasa, ada juga yang terlahir hanya untuk menjadi bahan bandingan saja.
Seperti aku misalnya.
Orang nggak berguna, nyusahin, dan nggak pantes juga ada di dunia.
Silahkan jika kalian ingin menganggapku manusia laknat yang tak pandai mensyukuri nikmat.
Aku nggak perduli!
Hati di dalam sini sudah lama mati, perasaan dan logika sudah lama hilang dalam raga.
Capek! Aku capek.
Kalian cuma bilang sabar saat aku gagal, menepuk pundak seolah ingin memberi kuat.
Bulsyit tau nggak.
Kalian semua itu sandiwara, akting, dan munafik.

Waktu itu, waktu aku lagi dan lagi gagal dalam usaha.
Mimpi yang sudah dirangkai sedemikian rupa hancur tanpa sisa, dan asa yang perlahan aku tata kembali sirna.
Selalu sabar, sabar, dan sabar yang kalian ucapkan.
Hei! Itu menyebalkan, memuakan, dan menyesakan.
Kalian tidak tau rasanya terus di bandingkan, bukan?
Terbangun tengah malam lalu menangis dengan bantal sebagai peredam, atau berbicara sendiri di depan cermin hanya ingin didengarkan.
Hahah!
Sekarang kalian menganggapku gila, 'kan?
Berbisik-bisik dengan orang di samping kalian, mencaci maki dengan berbagai julukan, lalu diam saat ketahuan.
sama seperti orang itu.
Orang yang mendeklarasikan diri sebagai teman, tapi selalu saja memakan bangkai di belakang. Munafik.

Huh, sudahlah! Aku mengantuk karena
Terlalu banyak bercerita.
Ingin terlelap, tapi suara ribut itu terus mengganggu.
Mengajak pikirku berkelana, merecoki akal sehat yang sudah sekarat, dan membisikan hal bodoh untuk ... mati.
Hingga mau nggak mau, aku kembali membuka laci.
Mengambil butiran pil putih yang sebenarnya ingin aku jauhi.
Sebab apa?
Sebab ... pil itu membuatku benar-benar gila.
Ah! Lupakan.
Percuma! Kalian tidak akan mengerti.
Sepanjang apapun kalimat yang ku tulis, se pintar apapun aku merangkai diksi, tetap saja, hanya aku yang tau rasanya.
Seperti sekarang.
Hujan seakan membawa dingin yang berdeda, kabut membawa gelap yang terasa nyata, dan angin mengubur senyap yang mengelilingi telinga.

Aku keluar balkon kamar.
Berdiri di bawah guyuran hujan sambil memejam, menengadahkan wajah, lalu membiarkan tenang kembali singgah.
Tak lupa, kedua mataku juga menumpahkan bulir luka, bersembunyi untuk terlihat baik-baik saja.
Keluarga, seperti apa seharusnya?
Apa benar seharmonis keluarga cemara?
Teman, benarkah bisa setia seperti cerita remaja?
Atau saudara, benarkah ...,
Gagal masuk kampus favorit, bukan berarti kamu bodoh.
Kalah dalam lomba, bukan berarti kamu tidak bisa.
Teman yang selalu lupa mengajakmu bicara saat kumpul bersama, itu bukan luka yang harus menguras air mata.
Tidak apa saat semuanya tak berjalan sesuai rencana.
Tidak apa saat kamu harus kembali jatuh, kembali rapuh, dan kembali runtuh.
Ayo! Kamu bisa!
Kamu itu hebat, hanya saja sekarang takdir belum memihak.
Semuanya memang terasa berat, tapi tuhan memilihmu bukan tanpa sebab, melainkan karena kamu luar biasa.
Jangan kalah, yah, semua pasti akan baik-baik saja.
______________________________________
Wah mantep banget ya?🥺
Bagus dan pada bagian akhir cerita mengandung banyak makna.

Menurut kalian semua apa makna yang terkandung dalam cerita ini? Komen ya!

Jangan lupa juga semangatin kakak penulisnya agar tetap semangat!

Yuk yang lain ikutan kontesnya😉

Suara Anak Muda (kontes cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang