Afeksi

1 1 0
                                        

Afeksi
Oleh: Kelvin Wijaya

Selalu ingin kukecup gundah di sudut matamu dengan bibir senja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selalu ingin kukecup gundah di sudut matamu dengan bibir senja. Mengulumnya penuh nikmat meski pahit menyiksa lidah. Ternyata kenangan begitu rapuh. Ia tergumpal menjadi air mata, singgah—menjelma—jadi debu-debu jalanan, lampu-lampu taman, rumah-rumah tanpa penghuni. Relung hatiku selalu duduk bersama perapian hiruk pikuk (kadang kala api menjadi teramat panas hingga air sungai dan laut tak mampumemadamkannya).

Suatu hari, aku ingin duduk saja bersamamu memendam rindu di bawah bintang-bintang, tetapi cinta tak bisa mengeja nama. Ia terlalu fana untuk dapat dimengerti. Di jantung kota, kau sudah raib menjadi entah. Cinta dalam hatiku menguap, bersama kekal Tuhan, yang meneteskan embun pada tiap-tiap dedaunan marah. Ranting otakku patah jadi dua, kenangannya tak lenyap, ia membelah diri—memperbanyak salinannya—hingga tak ada lagi pemisah antara kenyataan dan halusinasi. Maaf, untuk setiap luka yang kutanam dalam hatimu dan terima kasih untuk kenangan yang tak pernah bisa kuenyahkan dariingatan.

Ekamatra  [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang