"RAJEN!"
Indira meneriaki Rajen, lelaki dengan Jersey biru muda bernomor punggung 01 itu menghampiri Indira di pinggir lapangan.
"Ck! Ngapa sih? Ga liat gue lagi latihan?"
"Ish, gue pulang sama siapa?!"
"Sama Argy Sono, jangan ngintilin gue, hush!"
Dengan sebal Indira menginjak kaki Rajen. "Gue ga tahu si Argy selesai kelas olimpiade nya kapan."
"Ndi, gue masih lama selesainya, tungguin Argy aja sono, ngapain juga Lo kesini? Ga liat sekeliling Lo nih cowo semua?"
Mata Indira mengitari lapangan sepak bola yang luas, benar saja, banyak lelaki, naas tidak ada perempuan selain dirinya.
"Yaudah deh, gue nungguin Argy aja, awas Lo! Pelit bener!"
"Bodoamat." Rajen kembali ke tengah lapangan, membuat Indira menghentakkan kakinya dengan kesal.
Sepertinya hanya dirinya yang tidak punya kesibukan. Lihatlah, kedua kembarannya selalu ada kegiatan dari pada waktu luang.
Berjalan di koridor menuju ruang olimpiade, Indira bersenandung kecil, gadis berjilbab putih yang sudah berantakan itu melirik ke kanan dan kiri, sekolah sudah lumayan sepi. Beginilah jika jadi anak Selang ( sekolah -pulang), kalau kelas sudah berakhir tidak ada tujuan lain selain rumah, rebahan.
Indira memilih duduk di kursi panjang depan ruang olimpiade, lama kelamaan matanya mulai memberat. Hingga tepukan singkat dibahunya membuat Indira terjaga lagi.
"Indi.."
"Hoah..! Lo lama banget si Gy!" Keluhnya.
Argy menyodorkan botol minumnya pada Indira, Indira mengambilnya, meneguk isinya hingga tandas.
"Ayo pulang."
Bukannya menjawab pertanyaan Indira, Argy berjalan mendahului Indira, membuat Indira berdecak sebal. Argy itu walau mulutnya tidak sejudes Rajen, tapi sifat dinginnya itu nusuk sampai ketulang.
"Ga Lo, ga Rajen, kenapa sih suka banget lama-lama disekolah?" Gerutunya, Argy menoleh sekilas.
"Karena ada kegiatan."
"Oh..jadi Lo nyindir gue karena ga punya kegiatan lain, gitu?"
"Ga nyindir."
"Yah terus apa? Gue bosen tahu selalu nungguin Lo atau Rajen setiap pulang sekolah, ga SD, SMP, SMA, kalian berdua selalu sibuk."
"Itu sadar."
"Ha? Ngomong apa sih Gy? Sadar? Yaiyalah, kalo ga sadar ngapain gue jalan di samping Lo sekarang?"
Bukannya menjawab pertanyaan Indira, Argy memakaikan gadis itu helm tanpa banyak bicara lagi, karena, omongan Indira itu kalau terus di balas tidak akan selesai.
Tidak mau memusingkan sifat Argy, Indira memilih menyandarkan kepalanya di punggung Argy dan memejamkan matanya, menikmati hembusan angin sore yang menerpa kulitnya. Damai.
Sampai di rumah Indira melihat mamanya tengah asik menghias sebuah tart. Dengan jahil, Indira mencolek sedikit permukaannya.
"Indi! Jangan di coelin dong ah" mamanya merapikannya lagi, Indira cekikikan di tempatnya.
"Assalammualaikum ma." Argy mencium punggung tangan mamanya. Indira yang melihat itu juga mengikuti yang Argy lakukan tadi.
"Waalaikumussalam, gitu, masuk rumah tuh salam, Salimin orang tua, bukannya coelin krim tart."
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Twin
Teen FictionIndira punya dua orang saudara kembar laki laki. Kehidupannya selalu di isi oleh kecuekan Argy dan kejahilan Rajen. Satu hal yang tidak Indira suka, setiap kali ada lelaki yang mencoba mendekati Indira, sifat posesif dan protektif keduanya selalu me...