2. Apa Yang Terjadi ?

242 42 5
                                    

*
*
*
*
*
*
*

Aku sudah mati.......

Aku mengulang-ulang kalimat itu di kepalaku. Aku mati dengan penuh rasa bersalah dan berlumuran dosa. Segera setelah aku membuka mata, aku akan melihat diriku berada di neraka dan siap untuk disiksa. Dan aku tidak akan mengeluh. Aku tau memang hukuman itulah yang harus kudapatkan.

Samar-samar aku merasakan ada cahaya di atas ku. Dengan perlahan, aku membuka mata dan melihat keadaan di neraka.

Tapi, tunggu. Ini aneh. Aku mengedipkan mataku untuk memperjelas penglihatan ku. Aku melihat saat ini aku berada di dalam sebuah ruangan putih aneh.

'Apa ini neraka? Bukankah seharusnya neraka itu panas dan penuh api? Tapi aku malah merasa sejuk?'pikir ku dengan bingung.

Aku berbaring di tempat sejenis ranjang, tanganku ditempeli sesuatu yang tergantung ke benda yang mirip tongkat. Aku mendudukkan diri dan menyadari saat ini aku sedang memakai baju berbahan aneh berwarna biru. Aku kembali mengedarkan pandangan dan menjadi semakin bingung dengan semua hal aneh disini. Dimana aku?

Tiba-tiba aku mendengar ada sesuatu yang bergerak. Aku memandang ke sebelah kanan dan membelalakkan mata. Dari balik sesuatu yang bergerak yang ku yakini sebagai semacam pintu, seorang gadis melangkah masuk.

Gadis cantik itu memiliki rambut pirang panjang yang diikat ekor kuda dan memakai pakaian yang bahkan lebih aneh dari yang aku kenakan. Dia mengenakan celana berwarna hitam panjang dan baju berwarna merah yang bagian bahu dan lengannya terbuka, itu membuatku mengerutkan kening. Dia membelalakkan matanya melihatku. Dan kemudian dia tersenyum lebar.

"Sakura! Kau sudah bangun rupanya. Kau baik-baik saja?"sapanya riang.

Aku terkesiap mendengar suaranya. Dengan otomatis, mataku berkaca-kaca.

"Ino?"

"Ya?"

"Kau benar-benar Ino?"

"Ya, ini aku, Sakura. Ada apa?" Ino menaikkan sebelah alisnya, bingung. Aku langsung memeluknya yang sudah berdiri di sebelahku erat-erat. Aku mulai terisak dan menangis.

"Maaf....,maafkan aku, Ino. Maaf.."ratapku sambil tersedu-sedu.

"Hei, hei! Kau kenapa? Ada apa? Kau aneh sekali, Sakura!" Ino melepaskan pelukanku untuk menatapku.

"Maafkan aku, Ino. Aku salah, aku bodoh. Salahku kau mati." Aku kembali meratap. Ino berjengit mendengarnya.

"Dengar, Sakura. Kau memang punya banyak salah padaku tapi setauku kesalahanmu belum sampai membuatku mati. Kau kenapa, sih?"

Kening Ino berkerut menatapku. Tiba-tiba ekspresi paham melintas di wajahnya.

"Aha! Aku tau! Pasti kau memimpikan hal aneh kan, selagi tertidur? Itu pasti karma bagimu. Apa sih yang kau pikirkan sehingga menabrak diri ke mobil? Aku tau hidupmu sulit tapi kau masih punya aku. Bukankah kita sudah berjanji akan selalu bersama menghadang dunia? Lalu kenapa kau mencoba meninggalkan ku? Kau tidak khawatir padaku jika aku sendirian, hah!"

Ino terus bercerocos marah. Aku berusaha mencerna ucapannya tapi aku bahkan tidak mengerti setengah dari perkataannya.

"Ino, Ino. Berhenti dulu. Aku tidak mengerti maksudmu. Hal yang terakhir kuingat adalah kita berdua mati dieksekusi. Apa yang...."ucapanku dipotong oleh Ino.

"Dieksekusi mati? Kita? Wah, kau sudah gila. Yah, aku memang punya kemungkinan dieksekusi karena menggoda anak perdana menteri yang tampan itu. Tapi kau? Semut saja kau takut menginjaknya. Kesalahan macam apa yang mampu kau perbuat sampai dihukum separah itu?"

Aku terdiam. Aku benar-benar tidak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi? Dimana ini? Kenapa Ino mengoceh tentang hal-hal aneh? Dan kenapa Ino bisa secerewet ini? Aku benar-benar bingung.

"Sakura?"panggil Ino. Aku memandangnya, dia tampak khawatir. "Kau tidak apa-apa kan?"

Aku mempertimbangkan untuk mengatakan kebingungan ku padanya.

"Aku...... sepertinya melupakan segala hal, Ino."ucapku. Aku memutuskan untuk tidak menceritakan apa-apa dulu padanya sebelum memahami situasi.

"Benarkah? Kau amnesia, Sakura? Tapi kau mengingatku?!"tanya Ino terperanjat.

"Amnesia? Apa itu? Ya, aku mengingatmu tapi hanya itu."

Ino menutup mulutnya terkejut lalu dia buru-buru menekan sesuatu di dinding sebelah ranjang ku.

"Tenang, Sakura. Ku panggilkan dokter untukmu."

"Dokter? Apa itu?"tanyaku polos. Kali ini Ino menepuk dahinya.

*
*
*

"Nona Sakura mengalami amnesia retrograde yang sangat parah. Itu artinya dia telah melupakan segala hal yang pernah terjadi di hidupnya. Ini adalah kejadian yang sangat langka. Bahkan nona Sakura bisa kemungkinan besar akan menderita dimensia." Seorang pria berpakaian serba putih yang rupanya seorang dokter mendiagnosis ku setelah melakukan pemeriksaan.

"Apa? Dimensia? Separah itu? Tapi dok, Sakura ingat aku. Kenapa ya?"tanya Ino.

"Hmm, aku akan bilang kalau itu sangat aneh. Normalnya, seseorang dengan tingkat amnesia separah ini tidak akan bisa mengingatnya. Tapi masih ada hal aneh lain. Diagnosis sebelumnya menunjukkan walaupun kepala nona Sakura terluka tetapi itu tidak parah dan seharusnya amnesia kecil kemungkinannya untuk terjadi. Ini benar-benar tidak masuk akal. Dan lebih-lebih lagi, nona Sakura terlalu tenang untuk seseorang yang mengalami amnesia seperti ini. Tidak masuk akal." Dokter itu mengelus-elus dagunya seraya berkata.

Setelah mengatakan beberapa hal lainnya, dokter tersebut pergi karena masih ada pasien lain yang akan diperiksa nya. Aku mengelus kepalaku yang baru kusadari terasa sakit dan dibungkus oleh sesuatu yang baru ku ketahui sebagai kain kasa dan perban. Segalanya memang sangat aneh dan tidak masuk akal.

Aku tenggelam dalam pikiranku saat merasakan ada yang memegang tangan ku. Aku menoleh dan menatap Ino yang berkaca-kaca. Dia meremas tanganku seolah-olah berusaha menguatkan ku.

"Tenang saja, Sakura. Aku akan selalu ada bersamamu. Separah apapun keadaanmu aku akan selalu membantumu. Jadi jangan sampai putus asa, oke ? Kau hanya perlu tetap hidup dan jangan pernah lagi mencoba menyakiti dirimu lagi. Kau harus selalu ingat bahwa kau masih punya aku. Kita sudah berjanji untuk selalu bersama, Sakura. Selamanya."

Aku tersenyum sedih. Benar, Ino selalu bersamaku. Dalam ingatanku, dia selalu ada di sampingku, selalu mendukungku. Bahkan disaat kematian pun, Ino selalu ada bersamaku. Ino yang ini mungkin berbeda tapi pada dasarnya mereka sangat mirip. Selain penampilan mereka sama, mereka juga orang yang sama-sama mengatakan akan selalu berada di sisi ku, apapun yang terjadi.

Tiba-tiba saja aku ingin menangis lagi. Aku mencondongkan badan dan memeluknya.

"Iya, Ino. Kali ini kita akan hidup bahagia, bersama selamanya apapun yang terjadi."

.
.
.
.
.

Bersambung....

PS.
Klo ada typo, mohon dikoreksi🙏

ReinkarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang