Yoshinori

1.2K 155 5
                                    


Udah hampir jam 10 malam dan gue masih berkutat dengan tugas yang tak kunjung selesai, sampai akhirnya pintu gue diketuk oleh satu-satunya orang yang gue sangat takut kalau dia terluka.

Namanya Yunami, adik gue. Ngga kaya saudara kebanyakan, gue sangat memberi jarak pada ade gue. Mungkin karena sedari kecil, gue didokrin bokap kalau semua hal buruk yang terjadi sama Nami adalah salah gue.

Gue juga sadar karena setiap di deket gue, hal buruk selalu terjadi sama Nami.

Kadang gue bingung juga gimana gue mau bersikap sama Nami, saat gue lihat kantung matanya menghitam entah karena belajar atau nonton drama gue cuman bisa bilang doang ke dia tanpa berbuat apapun.

Terakhir gue telat jemput dia dan pas banget gue dateng dia jatuh kesandung di depan gue.

"Kamu tuh kenapa sih kalau deket abang bawaannya celaka mulu?" Pertanyaan gue yang ngga pernah gue tanyakan dan menjadi misteri, makanya gue selalu menjaga jarak antara gue dan dia.

-

Gue cerita ke Mama, gue mumet karena kuliah ditambah Nami yang selalu celaka kalau deket gue. Mama selalu bilang itu bukan salah gue, tapi gue yang selalu ngerasa semuanya karena gue.

Gue minta izin sama Mama buat pergi ke Bandung, buat nenangun diri gue.

"Yaudah sana, tapi kamu bilang Nami ya Bang"

Karena Mama bilang kaya gitu, akhirnya gue nganter Nami ke sekolah dan karena bawa mobil dia telat dan marah-marah lagi.

Nami langsung keluar mobil saat sampai sekolahnya dan sebelum anaknya makin jauh, gue menarik tangannya dan ternyata apa yang gue lakukan cukup kencang sampe dia jatuh terduduk.

"Abang tuh kenapa sih?! Udah ah lepas" katanya dan gue langsung melepas genggaman gue, menatap susu yang gue pegang dan meruntuki diri gue karena ngga sempet pamit juga.

Gue pun berjalan kearah pos security dan menyapa satpam di sana.

"Oh kakaknya neng Nami"

"Iya pak, saya titip ini ya"

"Oh siap"

"Pak, saya titip ade saya ya. Kalau ada yang jemput bukan saya atau mamanya jangan dikasih pergi, kalau ada cowo centil juga bilang saya. Nami tuh polos banget, saya takut dia di culik"

"Hahaha siap toh mas"

-

Nenek menyambut kedatangan gue, dia masih terlihat segar walaupun sudah duduk di kursi roda.

"Sayang" kata nenek menyambut gue dan gue pun langsung mencium pipinya begitu pun nenek mencium gue.

"Kakek?"

"Main sama ikan tuh di belakang"

"Tasnya biar saya letakan di kamar mas" kata bibi yang berdiri di belakang kursi roda nenek.

"Makasih bi" gue memberikan tas gue.

Gue pun mengambil alih kursi roda nenek dan mendorongnya menghampiri kakek yang lagi asik ngasih makan ikan di belakang rumah.

"Wih jagoan kakek, cape bang? Macet ngga?"

"Ngga kek, lancar soalnya weekday"

"Kamu bolos dong bang?" tanya nenek ke gue.

"Iya, seminggu aku mau di sini"

"Mau sebulan setahun juga ngga papa" kata Nenek.

Kedua pasangan sudah berumur itu memang hanya tinggal berdua, kakek yang syukurnya masih sehat dan nenek yang masih terlihat segar walupun kemana-mana harus pakai kursi roda karena sudah tidak mampu berjalan.

Gue di sini seminggu dan gue bener-bener matiin hp, gue udah bilang sih ke temen terdekat gue minta tipsen dan kalau ada sesuatu yang mendesak hubungin ke nomer rumah sini. Dia oke aja walaupun misuh karena bakalan nelfon gue ke telfon rumah.

Seminggu juga merupakan waktu yang banyak, gue sempet keliling kota, izin bermalam di salah satu penginapan yang udaranya lebih dingin dari rumah nenek, nemenin kakek nyari ikan buat koleksinya, nemenin nenek nonton acara kesukaannya.

Gue sejenak dapat melupakan kekhawatiran gue terhadap Nami.

Ini malam terakhir gue di Bandung, gue jalan ke belakang rumah dan kakek masih duduk dipinggir kolam ngeliatin ikan.

"Kek ngga mau tidur? Udah jam 10 tau, nanti masuk angin di sini"

"Sini duduk dulu" gue pun duduk menurutinya.

"Udah bertahun-tahun bang"

"Iya kek" gue tersenyum kecut.

"Aku lagi berasa lagi aja, Nami setiap deket aku celaka mulu. Aku ngga bisa jadi kakak yang baik kayaknya" kata gue tiba-tiba.

"Nami itu anaknya memang teledor dan aktif banget, bahkan sedari kecil rasa ingin taunya sangat tinggi. Semua yang terjadi sama Nami bukan salah kamu, Nami celaka bukan salah kamu. Kamu udah berusaha semampu kamu untuk jaga dia dan kamu selalu berusaha untuk begitu walaupun Nami ngga bisa diem"

"Jadi bang, jangan tanamkan semua hal buruk yang terjadi adalah salah kamu. Kakek tau trauma dan kecemasan kamu karena Papa mu itu sulit buat kamu hilangkan, tapi coba kamu mulai dengan Nami dari hal kecil. Ngobrol sambil ngopi misalnya kalau kata anak sekarang mah, kalau kamu cemas Nami kenapa-napa saat jalan sendiri ya coba kamu rangkul pundaknya. Keep she close to you"

"Iya kek"

Ya sedikit masukan dari kakek cukup menenangkan gue, karena emang sejujurnya gue bahkan takut buat sekedar ngobrol sama Nami.

Ngga kerasa udah hari minggu dan waktunya gue pulang. Gue pamit dan berangkat pagi karena takut macet.

Lumayan puas dan rasanya udah fresh lagi, ngabisin waktu di rumah kakek dan nenek selalu jadi tempat terbaik.

-

Gue menarik nafas dalam sebelum akhirnya gue turun dari mobil, gue buka pager rumah sambil nenteng tas gue yang isinya baju kotor dan tanpa aba-aba Nami langsung meluk gue.

Gue membeku, pundaknya naik turun menandakan kalau dia nangis sekarang.

"Kalau pergi jangan lama-lama coba" katanya.

"Kenapa ih kok gini?" kata gue dan gue membalas pelukannya karena nangisnya makin kejer.

"Aku sayang abang, jangan pergi kalau ngga bilang aku, semua yang terjadi ke aku bukan salah abang" gue menghela nafas saat mendengar apa yang dia katakan.

"Mama abis bilang apa ke kamu?" tanya gue.

"Semua"

"Abang minta maaf" kata gue, karena ngga ada kata lain yang bisa gue ucapakan selain kata maaf.

Maaf karena belum bisa jadi abang yang sempurna buat kamu.

-

Instagram update!

Yoshinori

I just realize how clingy my little sister is

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I just realize how clingy my little sister is

[✔️]Me Vs My Sister - TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang