🦋 Althea Dejun

776 147 68
                                    

07.38 a.m

Matahari telah memancarkan sinarnya ke belahan bumi tempat Althea tinggal. Sinarnya masuk ke dalam kamar Althea melalui jendela yang memang sudah terbuka. Sedangkan sang pemilik kamar sudah tidak ada di sana.

Tok tok tok

Althea mengetuk pintu kamar orang tuanya. Tak perlu menunggu lama untuk papa Juan membuka pintu hingga tampaklah sepasang suami istri dengan wajah bantalnya. Papa Juan dengan mata yang masih setengah terbuka dan mama Syren dengan rambutnya yang mengembang seperti singa.

"Selamat pagi, Pa, Ma." Sapa Althea.

"Pagi juga sayang." Balas mama Syren. Papa Juan berdeham sambil menguap.

"Ish!!" Senggol mama Syren.

"Apa to ma?!" Protes papa Juan.

"Anakmu bilang selamat pagi tu mbok ya dibales, bukan ham hem ham hem tok!!"

Althea tersenyum kecil melihat kelakuan kedua orang tuanya yang tidak pernah berubah. Ia menggelengkan kepalanya dan turun menuju meja makan terlebih dulu. Setelah perdebatan kecil, papa Juan dan mama Syren pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajah mereka. Lagi - lagi perdebatan kecil terdengar. Terkesan lucu bagi Althea. Dua orang dewasa memperebutkan kamar mandi. Padahal, masih ada satu kamar mandi kosong di lantai satu.

"Wuihh, apa nih??" Ucap papa Juan begitu melihat meja makan sudah terisi dengan sayur, nasi, dan lauk - pauk.

"Jelas - jelas makanan kok masih aja tanya." Sahut mama Syren. Papa Juan tersenyum kecut.

"Serba salah nduk papamu ini." Balas papa Juan sambil menatap Althea.

"Serba salah tapi tetep sayang kan sama mama?" Tanya Althea.

"Yaelah, pertanyaan macam apa itu? Jelas lah sayang. Love you, Ma." Jawab papa Juan sambil menunjukkan finger heart pada mama Syren. Bukannya tersenyum, mama Syren justru memandang suaminya aneh. Ia lalu mengambil piring dan mengambil nasi.

"Nih, lauknya ambil sendiri." Ucap mama Syren sambil meletakkan sepiring nasi di depan papa Juan.

"Nah, papa suka nih yang begini. Nggak banyak omong, tapi ada aksinya. Kamu juga contoh mamamu ya, nduk. Nggak perlu banyak omong, yang penting aksinya." Ujar papa Juan pada Althea. Althea hanya tersenyum simpul. Kini, mereka menikmati sarapan bersama.

"Oh iya, ma, pa, hari ini Thea mau ke perpustakaan seharian, boleh 'kan?" Tanya Althea.

"Hari ini kamu libur, nak?" Tanya mama Syren. Althea mengangguk.

"Kamu nggak mau istirahat di rumah aja? 2 minggu kemarin kamu udah sibuk banget lho.."

"Sudahlah ma, kayak nggak tahu Thea aja. Dia kan istirahatnya ke toko buku, ke perpus, baca buku." Sahut papa Juan.

"Lagi pula, Thea kan sudah 23 tahun, bukan anak SMA lagi, papa yakin Thea sudah bisa ngatur hidupnya." Imbuhnya. Mama Syren menghela nafas.

"Kalau mama nggak ngizinin, Thea nggak akan pergi kok." Balas Althea.

"Papamu benar. Mama harus pelan - pelan kasih kamu kebebasan."

"Ma–"

"Soalnya mama nggak mau kamu jadi perawan tua gara - gara kamu terlalu sibuk terus sekalinya libur malah mama larang keluar." Papa Juan tersedak nasi begitu mendengar ucapan istrinya. Althea hanya mematung di kursinya.

"Ma.. mbok ya hati - hati kalau ngomong–"

"Thea siap - siap sekarang ya, Ma, Pa. Piringnya taruh di wastafel aja, nanti sore biar Thea yang nyuciin." Althea bangun dari kursinya dan pergi ke kamarnya untuk mengganti baju dan bersiap - siap pergi.

WIEDERGEBURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang