07: Pulang dan Pergi

775 107 44
                                    

Tim yang kesel sama Jeno mana suaranya??

Kalau ada Typo maafin aja yah, kan nabby juga manusia, tangannya bisa kepleset.

🐶🐶🐶



Selama seminggu aku tinggal serumah dengan Jeno dan Juno. Juno nampak sedikit bingung awalnya namun Jeno melakukan aktivitasnya seperti bisa tanpa mengabaikan Juno. Masih sama seperti belum bertengkar dulu.

Bedanya, Jeno semakin jarang pulang. Dia pulang dan pergi semaunya sendiri. Malah terkadang membawa Jangmi masuk dengan kedok temanku, padahal bukan. Aku juga tidur di kamar Juno, untuk apa aku memaksa tidur bersama Jeno di saat bahkan dia tidak menginginkan ku lagi?

Jeno mengabaikan ku, hanya saat ada Juno saja dia bersikap manis padaku.

"Pelan-pelan makannya Juno" ucapku sambil mengelus puncak kepalanya. Juno mengangguk pelan, tak lama muncul Jeno dari atas sana turun memghampiri kami di meja makan.

"Pagi Ayah" sapa Juno.

"Pagi Juno" balasnya tanpa tos dan senyuman hangat seperti biasanya. Tidak cukup mencurigakan sih tapi bagi aku yang tahu jelas terlihat sekali.

"Mama ga di sapa juga?" Tanya Juno. Jeno tersenyum kecil menghampiriku lalu mengecup keningku "Pagi sayang" sapa nya. Aku hanya mengangguk saja.

Pintar bohong rupanya.

"Bekal, aku mau bekal boleh kan?" Tanya Jeno dengan senyum. Aku menatapnya bingung, tumben dia menggunakan kalimat 'boleh kan?' Ketimbang menyuruhku langsung.

Ah iya, kami sedang berada di hadapan Juno.

"Kenapa? Bosan makanan kantor?" Tanyaku iseng, aku tahu Jangmi ga pandai masak tapi ia selalu membawakan bekal untuk Jeno, mau ga mau ya Jeno makan tapi kalau bawa bekal dariku kan pasti ada alasan untuk menolak.

Jeno mengangguk "ya~ bosenin kadang ga enak juga" katanya.

Aku mengemasi makanan yang sudah ku siapkan. Lalu memberikannya pada Jeno "makasih" katanya.

"Tiga hari, Ayah bakal ke luar kota tiga hari Juno gapapa kan?"

"Tapi janji hari sabtu main sepeda ya?" Jeno mengangguk.

Saat Jeno beranjak dari kursinya, dia menarikku keluar ikut bersamanya.

"Jangan berani keluar rumah kalau ga izin ke aku, aku pergi ke busan cuma tiga hari jangan sampe aku pulang ada masalah lagi. Ngerti?!" Kan, perilakunya berbeda saat di depan Juno dan di belakang Juno.

Aku mengangguk "bagus deh kalo ngerti" katanya.

Aku tahu dia ke Busan ga cuma urusan kerja, tentu selebihnya habisin waktu bersama Jangmi. Entah berapa lama lagi aku harus nahan-nahan ini lagi, aku masih ga tega kalau Juno kecewa sama Jeno pada akhirnya karena tahu kita cerai.

Bahkan Jeno pun ga pernah memintaku untuk mengajukan surat cerai atau menandatangani nya. Entah sampai kapan hubungan toxic ini akan terus berlanjut.

Mataku tertuju pada mobil Jeno yang sudah berangkat, biasanya dia mengecup keningku sebelum berangkat, biasanya dia tidak suka ke kantor dan ingin berlama-lama di rumah, aku tahu itu ga akan lagi terjadi.

Jeno bahkan melarang aku bertemu Kak Doyoung, Ayah dan orangtua nya. Entah apa motif sebenarnya aku juga ga tau. Dia Seperti mengurungku dan Juno di rumah, walaupun memang awalnya aku jarang keluar rumah tapi sekarang aku makin merasa ga bebas. Aku merasa gerak-gerikku selalu membuat Jeno marah.


[2] Blooming | Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang