Selamat datang di cerita GANESA versi baru...
Tanggal berapa kalian baca ini? Kalian termasuk pembaca baru atau pembaca lama?Note: cerita ini akan berubah alur dan bahkan ada penambahan tokoh. Untuk pembaca lama di anjurkan untuk baca dari awal lagi ya, biar nggak bingung.
****
Suara riuh jalan raya tidak menghalangi para remaja SMA itu untuk baku hantam. Tawuran di jalan raya membuat jalanan macet serta mengganggu pejalan kaki.
"Ganesa, belakang lo!" teriak pria berambut ikal memperingati temannya yang akan di pukul dari belakang.
Cowok bernama Ganesa itu pun segara berbalik badan menangkis pukulan yang akan di layangkan di kepalanya. Ganesa segera melayangkan bogeman ke rahang pria tersebut.
"Thank Jan," ucap Ganesa pada Ojan.
Fauzan Astranos atau kerap di sapa Ojan itu salah satu sahabat dekat Ganesa.
"Jan, nunduk!" suruh Ganesa ketika melihat seseorang akan memukul Ojan dengan balok kayu.
Ojan segara menunduk hingga pukulan itu tidak mengenainya. Ojan segara berbalik badan dan menendang perut cowok yang hampir memukulnya hingga tersungkur ke belakang.
"Fokus," peringat Ganesa setelah itu mereka kembali menghadapi siswa musuh dari sekolah mereka.
"Anjing! Pantat gue!"
Seorang pria yang tingginya hanya 157 itu terpekik saat pantatnya di tendang dari belakang. Namanya Fido. Fido Trinando, salah seorang sahabat Ganesa juga.
Fido menarik pelaku yang sudah berani menendang pantatnya itu. Ia menarik kerah baju pria itu lalu menjambaknya.
"Heh, kurang ajar ya lo tendang pantat gue? Salah apa pantat gue sama lo?" omel Fido tidak terima.
"Apaan sih lepas jambakan nya woi!" pria itu berusaha menarik tangan Fido dari rambutnya.
"Jawab kalau gue tanya!"
"Apaan sih, Do, kek cewek lo." Pria jangkung dengan wajah lebam di beberapa bagian datang melepas jambakan Fido dari kepala cowok itu.
"Kalau dia pukul lo tinggal lo bales aja kek gini."
Bug! Pria itu langsung melayangkan tinjunya hingga membuat pria tadi tersungkur. Fido menatap takjub sang sahabat.
"Wah keren lo, Nil!" Fido memberi acungan jempol pada Danil. Danil Argano, sahabat Ganesa juga yang memiliki paras paling tampan.
Ganesa serta Ojan menghampiri Fido dan Danil dengan nafas terengah-engah. Ini bukan kali pertama mereka tawuran dengan sekolah lain tapi sudah sangat sering.
"Gimana? Kalian aman?" tanya Ganesa memastikan.
"Aman!" kompak Fido dan Danil.
Tiba-tiba sirine polisi terdengar membuat semua yang tawuran panik.
"Cabut!" suruh Ganesa sebelum mereka tertangkap oleh polisi.
"Eh, Prima mana?" tanya Ojan ketika tidak melihat salah satu sahabatnya ada di sana.
"Prim ayo cabut!" teriak Danil memanggil Prima yang masih menghadapi dua siswa sekaligus. Mendengar panggilan dari sahabatnya, Prima segara kabur mengejar teman-temannya pergi dari sana.
****
Kelima pria dengan seragam putih abu-abu yang sudah jauh dari kata rapi itu tertawa bebas setelah jauh dari tempat tawuran. Bagi mereka tawuran adalah kesenangan di masa remaja.
"Haha pasti para polisi lagi kelimpungan tuh ngejar siswa yang kabur," tawa Fido puas.
"Ya pastilah, Do, secara yang tawuran segitu banyaknya," setuju Danil.
"Bahagia gue kalau bikin polisi susah. Abisnya santai banget ngeliat kejahatan di negeri ini," ujar Ojan.
"Ya begitulah kalau di paksa sehat di negeri yang sakit. Sekarang mah maling kayu bakar hukumannya lebih berat di banding para koruptor yang udah jelas malingin uang rakyat," ujar Prima.
"Lo punya pangkat lo aman," tambah Ganesa. Pria itu menyunggingkan bibirnya sembari mengusap darah segar dari sudut bibirnya.
"Keadilan sosial bagi yang berpangkat."
"Gue kalau udah lulus nih nanti gak bakal gue jadi polisi meskipun bokap gue juga polisi," ujar Fido.
"Ouh Iya bokap lo, kan polisi ya, Do?"
Di antara mereka berlima memang hanya Fido anak polisi bahkan Ibu nya seorang pengacara tapi anaknya malah jadi pembuat onar.
"Yoi."
"Misal kita lagi tawuran nih terus yang nangkap itu bokap lo gimana, Do? Apa gak malu bokap lo punya anak lo," ujar Ojan tanpa dosa.
Fido terkekeh."Gue udah pernah bilang sama bokap gue, kalau ketemu gue lagi tawuran tangkap aja nggak apa-apa. Kalau perlu jangan akuin gue sebagai anak," ujar Fido santai.
"Anjir bisa santai gitu lo ngomong sama bokap lo? Emang gak ada takut-takutnya nih bocah!" ujar Danil geleng-geleng kepala.
"Ya kalau gue ketangkep sama bokap tinggal telpon nyokap buat bebasin gue." Fido menarik turunkan kedua alisnya sombong.
"Emang kenapa lo gak mau jadi polisi, Do?" tanya Prima.
"Entar perut gue jadi buncit lagi karena keseringan makan uang panas masyarakat."
Ganesa menoyor kepala sahabatnya itu."Selama ini lo makan dan sekolah uang dari mana, Fido! Bapak lo kan polisi yang di gaji dari uang rakyat!" ucap Ganesa menyadarkan sahabatnya itu.
"Iya juga ya kok gue gak kepikiran? Apa nanti perut gue bakal buncit kek bokap gue yak?" pertanyaan bodoh keluar begitu saja dari mulut Fido.
"Mungkin," sahut Ojan.
"Lebih buncit dari perut bokap lo," ujar Danil menakut-nakuti.
"Gak bisa gitu dong, gue kan gak ikut malak rakyat."
"Tapi lo juga menikmati hasilnya kan?" ujar Prima.
"Iya juga sih." Fido berdecak."Kenapa juga nyokap gue mau nikah sama bokap padahal bokap gue gak ganteng-ganteng banget," ujarnya tanpa dosa.
"Yang namanya jodoh gak bisa di atur Do," ujar Ojan.
Ganesa merangkul pundak Fido."Sekarang gue tau kenapa lo selalu di tolak sama cewek, Do," ujar Ganesa.
Fido mengerutkan kening."Kenapa?"
"Soalnya lo keturunan Bapak lo."
Fido menghentikan langkahnya mencoba mencerna lagi kata-kata Ganesa barusan.
"Maksud lo, gue nggak ganteng?"
Ganesa, Ojan, Danil, dan Prima mengangguk secara bersamaan. Sedangkan Fido menatap keempat sahabatnya itu dongkol.
"Pantek!"
Setelah baca cerita ini ambil baiknya aja ya geng jangan di tiru karena akan ada banyak kata-kata kasar. Maaf kalau masih ada typo yang bertebaran.
18.06.22(versi baru)
KAMU SEDANG MEMBACA
GANESA (RE-PUBLISH)
Humor[Proses Revisi] "Kamu belum memberitahu nama kamu." "Kenapa kamu ingin sekali mengetahui nama aku?" "Agar aku tidak melupakan kamu saat bertemu lagi nanti." "Aku tidak akan melupakan kamu." "Benarkah?" Anak laki-laki itu mengangguk dengan sangat ya...