Tepat di depan pintu apartemen seorang gadis berdiri memegang kue tart dengan lilin angka 2 menyala. Gadis itu begitu senang karena hari ini adalah anniversary nya yang ke 2 dengan sang pacar.
Pemilik rambut panjang berwarna pirang itu bernama Zifia Angelica atau kerap di sapa Zizi. Ia telah berpacaran dengan kakak kelasnya selama 2 tahun. Namun mereka harus LDR karena pacar Zizi kuliah di luar kota.
Saat hendak membuka handle pintu, pintu terlebih dulu terbuka dari dalam menampilkan satu orang pria dan satu orang gadis yang sedang bergandeng tangan hendak keluar.
Kue di tangan Zizi terjatuh ke lantai, terkejut melihat sang pacar keluar dari dalam apartemen dengan seorang gadis. Zizi membeku, masih tidak percaya apa yang berada di hadapannya saat ini.
"I-ini maksudnya apa?"
Air matanya menggenang di pelupuk melihat pria yang di cintai nya saat ini tengah menggandeng gadis lain yang Zizi sendiri tidak mengenalinya.
"Z-zizi... sayang, kok kamu..."
"Apa ini kelakuan kamu selama ini? Aku nggak percaya Bas kamu ngelakuin ini lagi ke aku."
Arbani Abas Jayaputro, pria yang sudah dua tahun Zizi pacari. Ini bukan pertama kali Zizi memergoki pacarnya bersama gadis lain tapi kali ini ia melihatnya Abas membawa gadis itu ke dalam apartemen nya.
"Sayang, ini nggak seperti yang kamu pikirkan." Abas berusaha untuk menjelaskan. Namun Zizi sudah tidak mau tahu lagi, kali ini Abas benar-benar kelewatan.
Zizi memundurkan langkahnya ketika Abas berusaha untuk mendekatinya.
"Harusnya aku nggak pernah kasih kamu yang namanya kesempatan kedua. Karena sekali selingkuh akan tetap selingkuh," kata Zizi dengan suara yang bergetar.
"Zi, ini itu gak sama yang ada di dalam pikiran kamu. Aku sama dia cuma temen. Kita satu kampus dan kita sedang ngerjain tugas bareng."
"Tugas? Tugas apa yang mengharuskan kamu bawa gadis itu ke dalam apartemen kamu! Tugas apa yang mengharuskan kamu pegangan tangan sama dia? Tugas apa Bas?!" murka Zizi. Air mata tidak bisa lagi di bendung nya. Hari yang harusnya menjadi hari bahagia Zizi dan Abas harus berubah karena kejutan yang tak terduga.
"Kenapa kamu nggak bilang kalau mau ke sini? Tau gitu aku bisa jemput kamu, Zi," ujar Abas masih berusaha tenang.
"Kalau aku bilang mungkin aku nggak akan liat ini sekarang. Tega kamu ya lakuin ini di hari jadian kita. Tega kamu!" sorot mata Zizi berubah menjadi tajam. Ia menepis tangan Abas yang berusaha menggapai tangannya.
Abas hanya bisa menunduk tidak bisa menyangkal ucapan Zizi.
"Maaf Zi, aku nggak niat ngelakuin ini tapi aku juga capek LDR. Aku butuh seseorang yang bisa perhatiin aku di sini," jujur Abas.
"Aku pun sama kayak kamu, Abas! Aku juga capek LDR! Aku juga butuh perhatian tapi bedanya aku gak cari perhatian ke cowok lain saat kamu nggak ada di samping aku! Karena aku masih menghargai kamu sebagai pacar aku!"
"Sayang maaf...."
"Maaf nggak bisa merubah saat ini, Bas. Kenapa harus hari ini? Kenapa harus di hari anniversary kita?" lirih Zizi sakit.
"Maaf...."
Zizi menghindar, menarik tangannya dari genggaman Abas.
"Sekarang aku percaya kalau nggak semua hubungan LDR itu bisa berhasil. Terimakasih untuk dua tahunnya dan terimakasih sudah pernah terlihat begitu mencintai ku."
"Sayang jangan kayak gini, aku beneran cinta sama kamu," ujar Abas takut dengan kata-kata yang di ucapkan oleh Zizi.
Zizi menggeleng lemah."Kalau beneran cinta nggak akan selingkuh."
Zizi berbalik badan meninggalkan lorong apartemen Abas. Ia tidak sanggup jika harus berada lama di sana dengan menatap wajah Abas dan gadis itu.
Dua tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Zizi. Ia harus menahan rasa rindu dan ingin bertemu selama satu tahun. Zizi juga selalu menepis pikiran buruk tentang Abas meskipun hari ini telah terjadi. Kenapa jatuh cinta harus se menyakitkan ini?
****
Sebulan telah berlalu setelah kejadian itu, Zizi berubah menjadi pendiam dan pemurung. Kejadian itu benar-benar mengguncang perasaan Zizi.
"Zi, udah dong sayang jangan kayak gini terus. Mama nggak tega lihat kamu seperti ini," keluh Ifiana, Mama Zizi. Perempuan paru baya itu tidak tega melihat anaknya yang sudah seperti mayat hidup.
Sebulan terakhir ini Zizi menjalani hidupnya seperti hampa, pulang sekolah langsung masuk ke kamar, tidak mau berbicara. Makan pun harus di hantarkan ke kamarnya, jika tidak gadis itu tidak akan makan.
"Harusnya kamu bersyukur bisa tahu sifat asli dia hari itu. Setidaknya masa depan kamu terselamatkan, Zi."
Zizi tidak menghiraukan, ia hanya menatap kosong kearah jendela luar kamarnya yang sedang hujan. Melihat air hujan yang jatuh ke tanah membuat Zizi membayangkan jika itu adalah hatinya yang di jatuhkan berkali-kali. Tapi anehnya hujan tidak pernah marah pada langit. Apa dia tidak merasakan sakit seperti yang Zizi rasakan?
Ifiana menyerah, ia bangkit menghampiri suaminya yang melihat mereka hanya di ambang pintu. Reno Sinaga.
"Mau sampai kapan Zizi kayak gini, Pa?" tanya Ifi pada Suaminya.
Sebagai Ayah Reno juga merasakan kesedihan putrinya. Mau bagaimana pun yang namanya pengkhianatan akan tetap menyakitkan bahkan memberi trauma pada gadis itu.
"Kita akan bawa Zizi ke Bandung, Ma. Dia tidak akan bisa beradaptasi jika masih di sini," ujar Reno.
"Apa Zizi akan mau? Dia sudah kelas 12 Pa dan sebentar lagi akan lulus."
"Jika Zizi tetap di sini, dia akan terus mengingat kenangannya bersama orang itu Ma. Lagi pula Zizi tidak akan menolak jika pindah ke Bandung."
KAMU SEDANG MEMBACA
GANESA (RE-PUBLISH)
Humor[Proses Revisi] "Kamu belum memberitahu nama kamu." "Kenapa kamu ingin sekali mengetahui nama aku?" "Agar aku tidak melupakan kamu saat bertemu lagi nanti." "Aku tidak akan melupakan kamu." "Benarkah?" Anak laki-laki itu mengangguk dengan sangat ya...