GAME 03

1.3K 147 44
                                    

.

.

.

"Diam dan bangunlah." Bright memerintah Metawin, membalik tubuhnya dengan cepat sehingga Metawin sukses menungganginya dengan kemeja yang masih lengkap terpasang meskipun celananya entah sekarang tengah berada di mana.

.

Dalam kesadaran yang menipis karena rangsangan Bright serta desakan milik Bright yang terasa semakin menyodoknya begitu dalam Metawin mencoba membuka mata, dari balik meja yang sukses menyembunyikan bagian bawah tubuhnya serta Bright, Metawin kini mencoba tersenyum mati-matian pada Dew yang menatapnya tanpa tahu jika Metawin sedang benar-benar terangsang.

.

"Win? Kenapa kau ada di bawah meja begitu?"

.

"Ugh.." Metawin menahan erangannya. "Name tag-ku mmh, terjatuh di bawah." Ucap Metawin dengan senyum. Persetan dengan jawabannya yang asal itu. Persetan dengan semuanya. Metawin bersumpah setelah ini Bright akan dia buat menyesal!

.

"Ah, yasudah. Eh... apa kau melihat Bright?" entah bagaimana beruntung kedua orang itu beruntung karena Dew toh tak berniat masuk ke dalam. Pemuda yang menjabat sebagai sekertaris OSIS itu tampak hanya menjulurkan kepalanya tanpa berniat masuk ke dalam.

.

"Aku tidak melihatnya!" nada suara Metawin terdengar memekik, Dew sendiri sebenarnya heran tapi toh dia ada perlu dikelas sebelah. "Ah, kalau begitu aku pergi dulu. Dan jangan lupa setelah kelas berakhir kita harus melanjutkan rapat kemarin hari. Sampai Jumpa."

.

Sepeninggal Dew yang dengan baik hati menutu pintu ruang OSIS dengan rapat Metawin susses menggeram saat milik Bright kembali menggempurnya dengan lebih kuat, melemaskan seluruh syarafnya hingga Metawin jatuh tepat di dada bidang Bright.

.

Dengan gerakan yang konstan Bright makin semangat menyodok lubang Metawin yang semakin ketat karena posisi bottom in top, ia menggeram, mengecup seluruh sisi wajah Metawin di setiap inci tanpa perduli jika Metawin sudah menutup matanya karena lelah atau hasrat yang terlampau gila ini.

.

"Aku rasa kau bisa hamil jika terus seperti ini." Bisikan hangat itu sukses membuat Metawin menatap sepupunya aka Bright malas. Faktanya dia laki-laki, dan kabar baikya dia tidak mungkin bisa hamil meskipun Bright menggempur lubangnya hingga melar sekalipun. Jadi─ "Simpan saja mimpimu itu sendiri Vachirawit! Dan selesaikan inihhh.. aanhhh agghhh.."

.

.

.

[─Game-]

.

.

.

Lalu, ada saat-saat dimana semuanya itu harus berakhir. Saaat di mana takdir membuat hubungan keduanya terasa digulirkan di ujung tebing yang sama sekali tak memiliki jalan kecuali terjun kedalam dasar tanpa bisa melihat asa yang sudah tak mungkin lagi hadir.

.

"Win, tumben pulang sendiri. Nggak sama Bright?" mama Metawin masuk kedalam kamar putra semata wayangnya dengan senyum indah yang diwariskan telak pada Metawin.

.

Dengan gerakan malas Metawin melempar tas, menghambur pada sang ibu lantas memeluknya. "Dia pulang lebih dulu, ma." Ucap Metawin datar.

GAME [PDF] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang