[Follow dulu]
Ini hanya seutas cerita singkat mengenai perjalanan pria penuh tatapan tajam dengan kisah klasiknya bersama seorang gadis yang sengaja menyembunyikan berbagai kebenarannya. Akankah kalian akan menjadi saksi dari kisah klasik mereka?
M...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bikin masalah apalagi tu cowok?"
Cassandra dan Bella yang sedang duduk di meja kantin, terpaksa harus mengikuti arah pandang Jessi. Segerombolan pria sedang merundung satu orang pria dengan kacamata bulat yang tampak terlihat dipandangan mata ketiga sahabat itu.
"Gak ada kapok-kapoknya ya si Jay, padahal kemarin udah ditegur sama bu Nuri, masih aja tetep kayak gitu" Cassandra yang memang tidak ingin pedulipun hanya mengangkat bahunya, menanggapi Bella.
Ya, begitulah kira-kira suasana di sekolah ini. Devara Jay Wiratama, atau orang-orang mengenalnya dengan panggilan Jay, tidak pernah luput dari obrolan seluruh siswa dan guru hampir setiap hari. Ayahnya menjabat sebagai ketua direktur dari yayasan ini menjadikannya pribadi yang selalu berbuat seenaknya. Beberapa orang memilih tidak peduli atas sikap dan tindakannya yang bisa dipandang merugikan orang lain, termasuk Caca dan kedua sahabatnya. Mereka tidak tertarik dengan apa yang dilakukan Jay, kecuali kalau mungkin akan menyangkut mereka.
Alih-alih mengurusi berbagai sikap siswa-siswa di sekolah ini, Caca lebih senang berdiam diri di perpustakaan atau kantin. Pikirnya itu lebih baik, ketimbang harus berurusan dengan orang-orang yang dianggapnya menganggur.
"Jay, kayaknya ni anak gak bisa dikasih tau pakek cara halus deh. Gimana kalo kita ajak seneng-seneng di kolam, lumayan kan daripada tuh kolam dihuni dedemit"
"yeh, itu mah elo dedemitnya Jupri!"
"Dah, ah, lo pada diem dulu" celetuk Jay kepada dua teman sekomplotannya, Jake dan Riki. Keduanya memilih diam dan menghentikan candaanya, tidak mau memperpanjang masalah melihat temannya yang dinilai paling tampan seantero sekolah ini sedang dalam mode kesal.
Tatapannya tak terlepas dari laki-laki berkacamata bulat yang sedang menunduk di hadapannya. Entah kesalahan apa yang Galang perbuat sampai harus lagi dan lagi berurusan dengan Jay. Lagaknya ia tak sengaja menumpahkan air minum tepat di sepatu putih milik Jay yang baru ia beli semalam.
"Jay, gue beneran gak sengaja. Gue janji bakal nyuciin sepatu lo deh"
Memohon seperti itu hanya akan membuat Jay semakin gencar untuk menjahili pria ini, dia tidak suka laki-laki lemah dan mudah putus asa seperti apa yang dilakuakn Galang baru saja. Bagi Jay, itu adalah sikap yang menjijikan dan terkesan lembek untuk seukuran pria.
"Udahlah Jay, lepasin aja. Ntar lo juga bakalan beli lagi kan? Gak inget lo kemaren udah janji sama bu Nuri?" ucap Saga, satu-satunya teman Jay yang berwatak normal.