09. Miraculous

32 19 7
                                    

Maaf typo tersebar😬

Beatrice kehilangan berat badannya, seberat 5 ons karena hanya makan buah saja selama disini. Meskipun begitu ia lumayan senang, walaupun tidak ada yang berubah dengan fisiknya, hanya bobotnya yang sedikit berkurang. Dan kini kulitnya tampak lebih cerah karena mandi susu setiap hari.

Beatrice sekarang didepan cermin, melihat dirinya sendiri sambil tersenyum. Apa mungkin, Beatrice sebaiknya makan buah saja setiap hari. Tapi rasanya tidak mungkin, dia ingin kembali kerumahnya pun juga karena ingin makan-makanan normal yang biasa ia konsumsi. Karena disini makanannya abnormal semua, jadi ia terpaksa makan buah saja.

"Kau yakin akan pulang kerumahmu?" Giiv yang tiba-tiba datang dan memegang pundak Beatrice. Beatrice yang terkejut, langsung membalikkan badannya, dan menemukan Giiv yang sedang menatapnya. Tapi dicermin tadi? Beatrice tidak mengetahui ada bayangan Giiv. Beatrice kembali ke arah cermin, dan bayangan Giiv benar-benar tidak ada. Seperti yang ada di sebuah film, yang konon, bayangan vampir tidak tertangkap cermin. Karena vampir tidak memiliki jiwa.

Dan Giiv memiliki jiwa atau tidak sebenarnya? Beatrice masih menatap Giiv kemuadian menatap cermin berulang kali, untuk memastikan penglihatannya. Beatrice tidak percaya ini. Sementara Giiv hanya menatapnya datar. "Apa yang kau lakukan," tegur Giiv memutar bola matanya.

"Em-Hah! iya, karena aku khawatir dengan mata kuliahku yang tertinggal, makanya aku ingin secepatnya pulang. Tolong lah, aku ingin pulang Giiv."

"Mengapa aku harus melarangmu untuk pergi, jika kau berfikir aku akan melarangmu, kemudian memohon padamu untuk tetap tinggal disini, itu sangat tidak benar. Aku tidak peduli padamu. Sana pergilah."

"Jika kau tidak peduli padaku, mengapa kau menyuruh Eaton dan Danny untuk menjagaku?."

"Karena aku berhutang budi padamu, itu saja. Apa kau ingin mati? ditangan para vampir jahat, yang siap memangsamu kapan saja? katakan!" Giiv yang berbicara serius pada Beatrice, er- bukan bicara serius tapi ngegas. Namun matanya yang tetap dingin, tidak jelas dia sedang marah, atau sedih, atau bahagia. "Tentu saja tidak!" jawab Beatrice spontan.

"Jika kau ingin pergi, aku tidak melarangnya. Biar Danny dan Eaton akan ikut menemanimu disana." Jawaban Giiv yang membuat Beatrice merasa sangat senang, dan bersyukur telah bertemu Giiv. Menurut Beatrice dia adalah orang yang baik, meski banyak buruknya.😇

Beatrice tersenyum, puas akan jawaban Giiv. Tapi....
Giiv : "Gak usah senyum-senyum! ngapain kamu? mau sok cantik, iya?!"

Beatrice: "...."
Apa disini tidak ada hak asasi? senyum saja tidak boleh, dasar macan tutul! cerewet, rempong, gak ada akhlak (di dalam hati).

Giiv langsung pergi, meninggalkan seorang gadis yang mengucapkan sumpah serapahnya di dalam hati. Beatrice sangat sebal dengan Giiv, yang sok ngatur-ngatur, bahkan banyak peraturan yang nyleneh. Apa kalian tahu? di kerajaan ini banyak peraturan yang tidak masuk akal? yang membuat orang geleng-geleng kepala.

Contohnya : tidak boleh mandi kalau Raja Giiv belum mandi. Coba fikirkan, selama 100 tahun Giiv tidak kembali ke Istana, berarti selama ini para pekerja disini tidak mandi dong? pantas saja ketika Beatrice kemari, pelayan itu bau tengik, Beatrice pikir itu dirinya yang bau, ternyata mereka. Baunya seperti krupuk yang dibiarkan lama ditoples,kalian tau?😑

Kemudian, wanita atau khususnya pelayan yang bertugas didapur, tidak boleh mencicipi masakkannya sendiri. Pantas saja masakan disini abnormal. Ternyata mereka sama sekali tidak mencoba masakan yang ia masak . Masih banyak lagi peraturan tidak jelas yang dibuat Giiv. Dan mereka harus mematuhinya jika tak mau dihukum.

"Hei, apa yang kau fikirkan? ayo ikuti aku." Giiv kembali lagi, setelah beberapa menit menghilang dari hadapan Beatrice. Tanpa fikir panjang Beatrice langsung mengikutinya. Beatrice tidak pernah melewati jalan ini sebelumnya, karena Istana ini sangat besar. Jadi, Beatrice belum melihat keseluruhan seluk-beluk Istana ini, lebih-lebih lagi ada tempat yang terlarang. Kini Giiv dan Beatrice memasuki lorong gelap yang tak ada penjaga. Disana ada 4 ruangan yang terjajar, digembok rapat-rapat, seolah tidak sembarangan dimasuki.

Tentu saja yang boleh memasukinya hanya Giiv dan orang yang Giiv izinkan saja. Entah apa yang ada diruangan-ruangan terlarang itu. Mungkin semacam bom nuklir, atau harta karun, atau ruang mayat. Beatrice tidak tau, dan tidak berusaha mencari tau. Jika mengetahuinya dia akan celaka, kan? bisa saja kepalanya hilang tanpa aba-aba.

Beatrice menghentikan langkahnya, dan kini ia berada di salah satu ruangan dari 4 ruangan yang ada di sana. Ruangan yang berisi satu kursi dan meja bundar, kemudian banyak rak-rak disana ditaruhlah toples berjajar rapi, berisi cairan warna-warni yang tidak diketahuinya.

Giiv menutup pintu ruangan itu, dan menguncinya. Kemudian Giiv mengambil suntik dan memasukkan cairan berwarna biru kedalam suntikkan.
"Coba berikan tanganmu!" ini adalah kalimat perintah. Tapi dimata Beatrice,ini adalah kalimat romantis dan manis, seperti pasangan kekasih, dimana seorang lelaki ingin melamar pacarnya pada adegan memasang cincin. Tapi pikiran itu hanya sekejap.

"Untuk apa?" Beatrice yang sudah berfikir buruk, tentang suntikan itu. Dia ragu untuk menyerahkan tangan jumbonya.

"Sudah, jangan banyak tanya." Giiv yang langsung meraih tangan Beatrice dengan cepat.

Apakah dia akan mencium tanganku seperti yang ia lakukan saat pertama kali berkenalan? OMG!😆 hei Beatrice bodoh! apa yang kau pikirkan, jelas-jelas dia memegang suntikkan itu, dia akan menyuntikmu Beatrice! akan menyuntikmu!

"Aauuu, apa yang kau lakukan dengan tanganku?" Beatrice merasakan sakit, saat Giiv memegang telapak tangannya, sebelum menyuntikkan cairan itu pada nadinya. Keluar cahaya putih yang menyilaukan mata, dan tangannya terasa seperti ditusuk-tusuk puluhan jarum. Beatrice memejamkan matanya, menghindari cahaya itu.

"Buka matamu!"

Beatrice belum juga membuka matanya, malah gemetar ketakutan, membuat Giiv sebal. "Heii, ayo buka matamu. Kau ini kenapa?" Giiv yang sebenarnya sudah malas berbicara, terpaksa berbicara dengan gadis itu.

"Aku takut melihat tanganku, apakah banyak darah?" berusaha menutup mata dengan tangan satunya.

"Oke, baiklah jika tidak ingin melihat tanganmu, tenang saja aku akan memotongnya menggunakan gergaji."

"Hei, kau gila! Dan- hahh ternyata tanganku baik-baik saja." Beatrice yang ingin mengomel pun tidak jadi, karena lega, tangan kanannya ternyata baik-baik saja. Tidak ada luka sedikit pun.

"Dengarkan aku baik-baik, aku telah memberi cairan ajaib itu padamu, itu adalah cairan yang membuat tanganmu memiliki kekuatan petir. Jadi gunakan kekuatanmu saat kau membutuhkan. Terutama orang yang mengganggumu dan membuatmu sebal dengannya. Aku baik bukan?" Giiv sambil melipat tangannya, menatap Beatrice angkuh.

"Bagaimana caranya?"

"Acungkan jari telunjukmu pada obyek sasaranmu."

"Tapi orang yang sering membuatku sebal adalah kau, baiklah aku akan mengacungkan telunjukku padamu." Bratrice yang masih belum percaya terhadap penjelasan Giiv, langsung menunjuk Giiv menggunakan jarinya.

Dan, petir menyambar Giiv. Terdengar suara yang keras bagai kilatan petir yang menyambar sebuah pohon dengan cepat. Giiv masih berdiri disana, dengan posisi yang sama, melipat tangannya angkuh. Beatrice menarik tangannya kembali, dan mulutnya menganga. Tidak percaya. "Tap-tapi kau? baik-baik saja, tidak terluka." Beatrice yang heran pada Giiv yang tak terluka sedikit pun.

"Bagaimana aku bisa terluka, sedangkan pemilik kekuatan itu adalah aku."




QUEEN FOR ZYTERAVIXOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang