05. Why?

51 39 7
                                    


"Grrhhgggggss." Kini Giiv menunjukkan gigi taringnya, matanya yang biru berubah jadi merah menyala, kukunya panjang siap menggores kulit siapapun yang disentuhnya. Meskipun begitu, dia terlihat masih menawan, seperti seorang monster tampan. Tentu Beatrice ragu, apakah Giiv itu orang baik atau malah ingin memakannya sekarang, melihat Giiv yang merubah wujudnya membuat Beatrice berfikir ajalnya akan dijemput kali ini.

"Apa yang akan kau lakukan Giiv?! sadarlah, kenapa kau menjadi seperti ini? kumohon, aku takut melihatmu!" Beatrice yang berusaha membuat Giiv sadar, setelah sadar maka Giiv akan berubah seperti semula, pikir Bwatric saat itu. Namun sepertinya usahanya sia-sia, kini Giiv telah mencengkram kuat kaki Beatrice, tepat pada luka yang tersandung batu tadi. "Giiv hentikan!" ronta Beatrice yang merasaakan perih di lukanya. Tentu saja sakit, bagaimana tidak? luka yang masih berlumur darah dicengkram kuat dengan kuku-kuku panjang dan tajam.

Giiv langsung menunjukkan taringnya, ketika melihat luka Beatrice. Berlahan kepala Giiv mendekat pada luka di kaki Beatrice. Sementara Beatrice kesakitan sambil berusaha melepaskan diri dengan tenaga lemahnya.

Dan mata Beatrice tidak bisa melihat apa-apa....

Gelap.

*****

Slimut tebal berwarna abu-abu itu menyelimuti orang yang berbaring lemah, diranjang besar dengan sprei warna putih. Angin yang menerpa korden jendela memberikan rasa segar pada penghuninya, apalagi dibalik jendela itu, ada kebun buah yang luas. Kurang lebih luasnya sekitar 100 hektar. Tidak hanya satu jenis buah saja yang tumbuh dikebun itu, tapi bermacam-macam buah yang tidak pernah mati walau tidak dirawat. Dan cuaca akan selalu bersahabat, tidak pernah buruk, jadi mustahil tanaman yang di tanam akan mati.

Cahaya matahari yang masuk dari jendela, membuat mata gadis itu terbuka kembali. Setelah mengalami kejadian menakutkan kemarin. Sepertinya dia tidak sendiri diruangan itu, ada 3 orang wanita berpakaian sama, layaknya seragam kerja. Tapi gaun itu terlihat mewah dengan gaya kerajaa. Mereka sibuk membereskan ruangan itu. Salah satu dari mereka melihat kearah Beatrice yang baru membuka mata.

"Kalian siapa? ada dimana aku sekarang?" tanya Beatrice kepada wanita yang melihatnya itu. Tapi wanita itu tidak menjawabnya, malah menghampiri wanita lain yang sedang menata baju dilemari. Mereka tidak saling berbicara, mereka hanya menggunakan isyarat mata. Kemudian wanita yang membereskan baju itu pergi, setelah diberi isyarat.

Beatrice terduduk diranjang itu, melihat sekeliling ruangan . Percuma ia bertanya, para wanita itu enggan menjawab. Beatrice melihat di ruangan itu berisi barang-barang berkilau, yang belum Beatrice lihat sebelumnya. Bahkan Glory tidak punya barang sebagus itu. Melihat bentuk dan tampang bendanya pasti harganya sangat mahal. Lalu siapa yang membawanya kesini? siapa pemilik rumah ini?

"Kau sudah sadar?" ucap pria tampan, dengan nada kaku sepertinya tidak cocok di kalimat yang dia tanyakan. Dia melihat Beatrice dengan ekspresi datar, tidak cemas, tidak senang, dan sepertinya tidak peduli. Lalu bagaimana Beatrice ada disini, sepertinya memang pria itu yang membawanya.

"Giiv, apa yang kau lakukan disini?" Beatrice sedikit takut melihat wajah Giiv, setelah apa yang dilakukan Giiv kemarin yang masih teriang dikepalanya. "Apa kau tidak akan mengucapkan trimakasih untukku?" Giiv kembali bertanya, kini dia ada didepan jendela yang mengarah pada kebun buah itu. Dia berbicara pada Beatrice tanpa melihat kearahnya.

"Apa kau yang membawaku kesini? setelah apa yang kau lakukan padaku kemarin!?" Beatrice kembali bertanya heran pada Giiv yang 'berdosa banget itu' sementara Giiv masih terdiam didepan jendela.
"Iya, aku yang membawamu kesini. Jangan berterimakasih padaku, seharusnya aku yang lebih berterimakasih." Jawab Giiv kini dia melihat ke arah Beatrice berada. Tapi ekspresinya masih kaku, hhh sepertinya dia tidak tulus mengucapkan trimakasih. Beatrice juga belum mengerti sekarang.

"Untuk apa kau berterimakasih? setelah kau menggigitku kemarin, maksutmu terimakasih karena telah membiarkan dagingku kau robek dengan ikhlas begitu?" Beatrice yang memberi kesimpulan. Tapi dia baru sadar, tidak ada rasa sakit di tubuhnya. Kemudian dia meraba dan melihat kakinya yang terluka kemarin, luka itu sudah lenyap tidak ada bekas. Ajaib sekali.

"Panjang untuk dijelaskan, karena dirimu, kini aku kembali di Istanaku setelah 101 tahun lamanya." Jawab Giiv, jika kalian pikir Giiv mengatakannya dengan ekspresi tersenyum kemudian dia memegang tangan Beatrice, kalian salah besar. Meski kalimatnya itu sopan dan terdengar manis, dia mengatakannya dengan ekspresi datar, sama sekali tidak cocok dengan perkataannya itu.

"Berarti kau? sudah tua?" Ucapnya terkejut, berarti Giiv berumur lebih dari 101 tahun dan jauh lebih tua dari Beatrice yang berusia 18 tahun itu. Tapi Giiv terlihat sangat tampan dan kulit yang mulus tanpa kerutan seperti idol k-pop berusia 25 tahunan. Bagaimana bisa seperti itu?
"Lalu apa urusanmu dengan usiaku saat ini?" balas ketus seorang Giiv.

Kemudian dia bertepuk tangan dua kali seperti sedang memerintah seseorang.
Tak berselang lama, 3 pelayan telah sampai diruangan itu dengan membawa banyak makanan. Pelayan itu menunduk kepada Giiv terlebih dahulu sebelum meletakkan makanan itu dimeja yang sudah disiapkan. "Makanlah sebelum kau kurus kering!" sambil berjalan keluar. Ya sepertinya dimana pun Beatrice berada, yang ada hanya hinaan orang-orang terhadapnya.

Salah satu pelayan itu membantu Beatrice turun, yang sebenarnya Beatrice bisa turun sendiri. Mereka tidak berkata satu katapun pada Beatrice. Mereka hanya memberi isyarat satu sama lain yang tidak diketahui Beatrice. Mereka melayani Beatrice dengan baik. Menyiapkan peralatan makan, dan menunggu Beatrice makan.

Tapi Beatrice bingung dengan makanan yang disajikan, terlihat aneh dan sepertinya Beatrice tidaka kan doyan memakannya. Beatrice melihat dipiring cantik, terlihat daging yang dipotong dadu kemudian diberi daun sledri dan wijen, entahlah bumbunya apa saja Beatrice tidak tahu, aromanya aneh. Sepertinya makanan itu tidak dimasak melainkan makan mentah saja.

Semua makanan yang disajikan, tidak familyar. Kecuali sekeranjang buah-buahan segar yang menggoda. Tapi Beatrice penasaran dengan rasa daging yang dipotong dadu itu. Ia mengerutkan dahinya, kemudian memakannya dengan ragu. Seketika Beatrice mual, baunya amis, rasanya tidak enak dimulutnya.

Kemudian salah satu wanita itu menuangkan minuman kedalam gelas. Minuman berwarna merah, tidak dingin sepertinya tidak diberi es. Beatrice mencium aroma minuman itu, bisa saja aromanya anyir darah, pikirnya. Setelah di cium tidak ada tanda-tanda seperti darah. Beatrice langsung meminumnya, ternyata itu jus stroberi segar.

Beatrice hanya memakan buah-buah segar saja, daripada nanti dia muntah memakan makanan aneh-aneh itu.






QUEEN FOR ZYTERAVIXOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang