Maaf typo tersebar😁
Beatrice tidak pernah menyangka, mengapa Ia bisa berada di tempat ini, asal usul tidak jelas. Bahkan jika dikatakan di dunia, rasanya terlalu sempurna. Tempat seindah ini, ada di dunia? andai saja, tempat ini di buka untuk umum sebagai objek wisata.
Beatrice selalu kagum atas apa yang ia lihat di sini, seperti yang ia lihat saat ini, dia berada di jendela, melihat pelangi di sana. Pelangi yang seolah selalu tersenyum padanya, memberi energi positif saat melihatnya. Mengingat bahwa, mungkin ini adalah hari terakhir Beatrice tinggal di sini. Jadi ia berniat memberikan salam perpisahan pada pemandangan indah itu. Menyapa kupu-kupu yang menghampirinya, kicauan burung yang terdengar merdu, harum semerbaknya bunga warna warni. Pasti Beatrice akan merindukan tempat ini.
"Apa yang kau lakukan di dalam?! cepatlah keluar," suara dari depan kamar Beatrice. Tentu saja yang memanggilnya itu adalah Giiv, memangnya siapa lagi, yang di izinkan berteriak ngegas se-enaknya sendiri disini.
Beatrice yang tidak ambil pusing segera keluar, ingin sekali rasanya membungkam mulut Giiv itu, selalu saja membuatnya sebal. Untung dia tampan jadi Beatrice masih bisa memakluminya. Ya, seperti banyak orang bilang, ganteng mahh bebas. Beatrice membuka pintu kamarnya dan berkeinginan untuk menyampaikan prakata pedas sepedas sambal indofood, tapi sayangnya ia gagal memenuhi niatnya karena Giiv sudah menghilang. Yang ada hanya Eaton dan Danny. Mereka sepertinya tengah menunggu Beatrice.
"Apakah kita bisa pergi sekarang, Tuan Putri?" Danny yang menanyakan lebih dulu.
"Sebentar, aku teringat sesuatu." Beatrice yang teringat oleh ponsel
Beatrice yang melihat Giiv berjalan ke arah taman, ia melihat punggung Giiv di sana. Sebelum ia melihat sesuatu, kejadian mengerikan didepan mata kepalany sendiri, mengerikan.Terlihat Giiv yang memarahi salah satu prajurit yang nampak ketakutan, sepertinya prajurit itu berbuat kesalahan saat menjalankan tugasnya. Tanpa aba-aba, Giiv langsung merebut pedang dari tangan prajurit itu. Lalu mengibaskan pedang itu ke arah leher prajurit yang tampak pasrah, tidak melawan.
Seketika, darah keluar dengan deras dari luka sayatan, tepatnya dibagian leher. Ia merintih kesakitan sambil memegang lehernya yang tak seperti semula. Kini tubuhnya tidak lagi berdiri, sudah tidak kuat dengan rasa sakit yang ia tahan, sehingga tersungkur di lantai setelah beberapa detik pedang itu mengenainya.
Tangannya berusaha menggapai kaki Giiv. Tapi dengan kejam Giiv menendang kepalanya. Rasanya nyilu melihatnya, Beatrice memegang lehernya sendiri dan membayangkan, bagaimana jika itu trjadi pada dirinya sendiri. Sekarang tidak ada lagi merintih kesakitan, dengan berlahan prajuit itu menutup mata, ajal sudah menjemputnya. Sementara darah segar masih mengalir membanjiri lantai. Membuat orang iba melihatnya. Tapi sepertinya, Giiv tidak iba sama sekali, malah tersenyum. Beatrice fikir, Giiv adalah seorang psikopat.
Beatrice lemas melihatnya, baru pertama kali ini, ia melihat adegan pembunuhan secara langsung. Melihat begitu naas prajurit itu menemui ajalnya hanya dalam hitungan detik, bahkan lehernya hampir sepenuhnya lepas dari kepala. Karena luka yang teramat dalam.
Giiv yang baru sadar akan kedatangan Beatrice, dia langsung menghampiri Beatrice dengan langkah kaki santai, seperti tidak ada hal yang terjadi. Mungkin karena Giiv sudah terbiasa menghantarkan manusia ke akhirat, dengan cara yang sadis.
"Ada apa?"
"Ak- hhh ak-" lidahnya terasa kelu saat ingin mengatakan tujuan ia kemari, Beatrice yang berubah enggan pada Giiv setelah melihat kejadian tadi.
"Kau ingin ku bunuh seperti dia?" sambil melihat kearah mayat prajurit itu, yang masih tergeletak mengenaskan.
"Aku kemari, ingin menanyakan koperku yang tertinggal dihutan. Mungkin kau mengetahuinya? saat itu singa telah mengigit bajuku dan aku pingsan, jadi koperku tertinggal di sana, mungkin kau melihatnya?"
"Iya tapi aku tak mengambilnya, dan tidak peduli." Seperti biasa, Giiv selalu tidak peduli pada orang lain, apa ia tak memiliki rasa empati?
"Disana ada handphone dan pakaianku, bagaimana ini."
"Aku tidak tanya isi koper itu, dan aku tidak pe-"
"Tidak peduli. Kali ini saja tolonglah aku Giiv. handphone itu berisi foto-foto ayah dan ibuku. Hanya itu yang aku miliki hiks,hiks." Beatrice dengan sengaja mengeluarkan air mata sekarang. Berharap Giiv akan menolongnya.
"Ini hand, hand ckk sss pon pon itulah, apa namanya aku tak tau. Cepat ambil sebelum aku berubah pikiran." Giiv sepertinya orang jadul, seperti kakek-kakek kudet yang tidak mengetahui apa itu handphone. Jangan tanya, bagaimana Giiv mendapatkan benda itu? bukan Giiv namanya jika ia tidak bisa melakukan hal-hal kecil semacamnya. Sebut saja memakai ilmu ajaib.
"Hahhahaha, kau tidak bisa menyebutkan nama benda ini?" Sambil mengambil benda itu dari tangan Giiv. "Lucu sekali, sepertinya kau orang jadul yang buta teknologi hahahah ups!" Beatrice segera menutup mulutnya khawatir, sepertinya tertawa adalah kesalahan. Bagaimana jika dia kehilangan giginya? atau bahkan kehilangan nyawanya. Melihat orang yang ada di depannya ini, tak segan membunuh manusia. Seperti membunuh seekor nyamuk hap lalu ditangkap.
"Jangan tertawa, mulutmu bau. Lain kali sebelum tertawa, mengacalah terlebih dahulu, gigimu bersih atau tidak." Bahkan dia mengatakannya tanpa ekspresi. Benar benar mulutnya itu perlu dididik, agar ucapanya berakhlak. Tapi, apa benar mulutku bau? apa ada cabai menyangkut di gigiku? oh iya, aku kan hanya makan buah. Mana mungkin ada cabai, sawi atau suwiran ayam menyangkut di gigiku.
Beatrice lari menuju kamar mandi emm meski tak bisa lari dengan cepat, memastikan bahwa mulutnya bersih, pasti ini hanya akal-akalan Giiv saja kan? sepertinya begitu. Dia didepa cermin sekarang, membuka mulutnya dan mengamati apakah ada sesuwir makanan yang tersangkut. "Padahal aku sudah menyikat gigi tadi, bagaimana bisa ada secuil potongan apel di gigiku, kan aku jadi malu," sambil berusaha membersihkan gigi rapinya. Setelah memastikan mulutnya bersih, dia bergegas keluar menemui Danny. Pasti Danny sudah menunggunya sekarang.
Tapi, apa perlu aku berpamitan kepada Giiv sebelum pergi? walaupun dia orang yang tak ada akhlak, dia sudah sudi menampungku disini. Baiklah, aku akan berpamitan dulu.
"BEATRICE! AWAS!"
"HAAAAAAHHH!"
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN FOR ZYTERAVIXO
Fantasy[Follow sebelum membaca] Beatrice, gadis gemuk yang selalu dibully oleh saudari tirinya Glory bersama teman-temannya. Tentu saja Beatrice tidak terima dengan perlakuan mereka, namun dia tidak mempunyai keberanian yang cukup untuk melawan. Hingga hid...