"Sekarang kau tampak lebih baik, meski banyak buruknya." Melihat Beatrice sekilas, kemudian Giiv yang melipat tangannya sedang duduk dikursi taman, menghadap langsung kearah danau cantik itu. Beatrice heran dengannya, lalu sikap Giiv saat berada di gua kemarin, mengapa manis sekali? memegang pipinya, kemudian mencium tanganya. Dan sekarang dia tidak ada baik-baiknya. Apa dia itu kepribadian ganda? mengerikan."Kenapa kau menyuruhku kemari?" tanya penasaran Beatrice, banyak sekali pertanyaan dikepalanya. Terutama tentang, bagaimana Beatrice ada ditempat ini.
Giiv sepertinya masih memikirkan sesuatu yang akan dia katakan, terdiam benerapa menit. Kemudian dia menyuruh seorang pelayan, untuk memanggil seseorang. "Panggil Eaton dan Dane kemari." Perintah Giiv yang langsung diangguki pelayan itu, sebelum akhirnya pergi. Beatrice sudah menduga bahwa Giiv adalah seorang Raja disini, karena semua yang ia lakukan tidak ada yang melarang, dan semua orang patuh padanya.
Beatrice ingin duduk dikursi panjang yang diduduki Giiv, kakinya terasa pegal setelah berjalan entah berapa ratus meter menuju taman ini, ya maklum Istana ini memang sangat besar. Dan kini ia tidak dipersilahkan untuk duduk.
"Bolehkah aku duduk?" tanya Beatrice ragu. Giiv bangun dari posisinya dan berjalan menuju tepi danau.
"Jangan."
"Tapi kakiku sangat pegal rasanya." Beatrice yang tidak peduli, langsung duduk dikursi panjang itu tanpa ragu, karena pegal dikakinya telah berhasil membujuknya untuk segera duduk.
Baru saja ia mendaratkan tubuhnya
tapi....Brukkk
"Kursi macam apa ini? tidak berguna." Sebal Beatrice yang mendaratkan tubuhnya tanpa aba-aba. Kursi itu terbalik, ketika satu sisinya di duduki Beatrice yang tidak kurus itu. Sementara Giiv sedikit tertawa melihat sesosok gadis gempal itu njengkang dari kursi. Dan Giiv segera mengangkat kursi yang malang itu untuk membuatnya berdiri sempurna. Sementara Beatrice dibiarkan baring dirumput hijau.
"Baru pertama kali ini aku melihat yang mulia tertawa." Bisik seseorang kepada human disebelahnya, yang juga menjadi saksi ekspresi langka seorang Giiv.
"Iya benar sekali, ngomong-ngomong yang mulia terlihat lebih tampan jika tertawa." Jawab sang lawan bicara. Mereka sudah datang satu menit setelah Giiv menyuruh pelayan menanggilnya. Tapi sepertinya Giiv tidak tahu kalau mereka sudah datang."Apa yang kalian lihat?" tanya Giiv yang baru sadar, ada orang lain selain Beatrice. Kini Giiv sudah kembali ke ekspresi semula, yang dingin dan kaku. Terlihat dua orang yang ditanyai sudah memasang ekspresi tegang, mereka saling melirik, seperti mengkode "kita akan jawab apa?" semua tidak akan merasa tenang jika berhadapan Raja Giivril itu.
Mereka segera menunduk hormat pada Giiv. "Maafkan kami yang mulia," dengan bersamaan. Sebenarnya mereka juga tidak sepenuhnya salah, bukankah mereka punya mata untuk melihat? mereka tidak buta Giiv.
"Perkenalkan, dia Beatrice, orang yang telah menyelamatkanku dari kutukan." Giiv yang memperkenalkan Beatrice. Sedangkan Beatrice tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan, dia sibuk membersihkan gaunnya yang indah itu. Sayang saja jika kotor, itu kan mewah.
"Salam hormat dari kami yang mulia." Mereka berdua menunduk beberapa saat sebelum tersenyum tulus pada Beatrice. Mereka sangat terlihat berbeda dari Giiv yang dingin dan kaku itu. Mereka begitu sopan dan ya tampan. Beatrice tidak mengerti sebenarnya dia ini berada di dunia apa? mengapa orang yang ada disekelilingnya sangat tampan dan cantik meskipun seorang pelayan saja.
"Eh emm tidak perlu seperti itu, panggil saja aku Beatrice." Jawabnya canggung karena tidak pernah mendengar kalimat yang mereka ucapkan. Beatrice mengulurkan tangannya untuk salam perkenalan. Baru saja Beatrice mencoba mengulurkan tangan, Giiv langsung mencegahnya. "Tidak perlu!" tegasnya singkat. Beatrice langsung memutar bola matanya sebal. "Apa urusanmu beruang kutub utara!" tentu ucapnya di dalam hati saja.
"Perkenalkan, mereka Dane dan Eaton." Ucap Giiv memperkenalkannya pada Beatrice. "Hallo Dane, hallo Eaton." sapa Beatrice dengan senang hati sambil menunjukkan kedua telapak tangannya. Mereka menunduk hormat. Sementara Giiv, entah mengapa dia terlihat sensi sekali. "Tidak usah banyak tingkah!" hei apakah hak asasi tidak berlaku di sini? mengapa sewot sekali dia.
Dane dan Eaton sekarang tidak berani menatap wajah Rajanya itu. Menunduk menunjukkan kepatuhannya sebagai ksatria. Sementara Giiv dengan ekspresi datar menatap mereka berdua, namun bagi mereka ekspresi datarnya Giiv itu lebih mengerikan daripada saat Giiv menunjukkan kemarahannya dengan kata-kata. "Kenapa kalian tidak berguna?" ucapnya dengan nada sedang, "dasar bodoh!" lanjutnya dengan nada tinggi. Beatrice tidak mengerti apa yang dibicarakan Giiv.
Mereka berdua hanya diam, sebelum Raja mereka menyuruhnya memberi penjelasan. "Sudah berani mengabaikan perintahku? ayo jelaskan!" Giiv semakin mendekati Dane dan Eaton, jaraknya sangat dekat sekitar satu langkah. Eaton menyenggol siku Dane, berharap Dane yang akan mewakili menjawab pertanyaan Giiv. Tapi sayangnya Dane tetap diam saja tidak menggubris.
"Maaf yang mulia, kami waktu itu khawatir dengan keadaan yang mulia. Jadi kami memutuskan untuk menolong yang mulia dan meningggalkan tugas hamba yang kemudian menyuruh prajurit untuk ganti menjaga pintu itu." Jelas Eaton yang kemudian ditambai Dane "iya yang mulia." Apa tidak ada kalimat lain Dane? itu terlalu singkat dan tidak begitu membantu. Eaton sebenarnya sudah berkata banyak-banyak didalam hati atas kelakuan Dane yang tidak membantu menjelaskan.
Kini Giiv menatap Dane, kemudian memegang pundaknya. "Lalu kau pun seperti itu?" Dane seperti anak SD yang dihukum guru karena telat masuk sekolah. Sekarang Eaton pun akan diam dan tidak membantu Dane. "Saya pergi bersama Eaton karena berfikir, nanti Eaton akan kesulitan jika tidak dibantu." Ujarnya dengan kringat dingin, khawatir pundaknya dipatahkan oleh Rajanya itu.
Selama Giiv menjadi putra mahkota sampai ia menjadi Raja, Giiv terkenal kejam dan tidak segan untuk membunuh siapapun yang melanggar perintahnya, apalagi dengan seorang musuh. Maka dari itu semua anggota kerajaan sangat patuh padanya. "Kalian pasti tahu kan, apa akibatnya? ya, ruangan itu berhasil dibuka oleh musuh! tapi, aku tidaklah bodoh. Senjata itu sudah aku lundungi dengan kekuatanku, yang belum dipelajari siapapun di dunia ini."
"Syukurlah kalau begitu." Jawab Dane spontan. Membuat Eaton khawatir dengan keadaan Dane nanti, bisa saja Dane kehilangan lidahnya. "Apakah kau mau kehilangan lidahmu! diam saja kau, Raja sedang marah saat ini." Eaton berbisik pada Dane, sementara Dane baru saja menyadari kesalahannya.
Beatrice masih terlihat bingung, ia tidak tahu apa-apa. Ia hanya mendengarkan percakapan mereka saja, lalu untuk apa Beatrice kemari? hanya menganggur dan mendengarkan ceramah yang disampaikan yang terhormat yang mulia Raja Giiv itu? membosankan.
"Ada tugas penting yang harus kalian kerjakan." Sontak membuat Dane dan Eaton senang dan antusias karena Rajanya masih percaya dengan mereka, makanya mereka diberi tugas. "Jaga Beatrice jangan sampai dia diculik kemudian tewas dibunuh musuh." Beatrice terkejut, mengapa dia jadi terlibat disini.
Sepertinya alur kehidupannya memang banyak masalah, karena Tuhan sayang Beatrice.Beatrice : "Oh ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini. Aku hanya ingin hidup damai,aman dan tentram, bisa tidak?" di dalam hati.
"Baik yang mulia, kami akan menjalankan tugas ini semampu kami, dan tidak membiarkan musuh menyentuh kulitnya." Dane yang membungkuk hormat di ikuti oleh Eaton.
Mereka merasa lega karena tidak dihukum oleh Rajanya. Beatrice jadi malu sekarang, baru kali ini ada orang yang mau menjaganya. Beatrice merasa ia hidup difilm drama romance."Kenapa aku harus dijaga?" Beatrice yang belum mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN FOR ZYTERAVIXO
Fantasía[Follow sebelum membaca] Beatrice, gadis gemuk yang selalu dibully oleh saudari tirinya Glory bersama teman-temannya. Tentu saja Beatrice tidak terima dengan perlakuan mereka, namun dia tidak mempunyai keberanian yang cukup untuk melawan. Hingga hid...