(20) Kabukichō No Ame [3]

3K 83 7
                                    

( Collaboration with XiaoHebi )

The last paaaarrttt🙆🏻‍♀️

⚠️ Top!Gulf x Bottom!Mew

##

Perlahan Gulf menurunkan tubuh Mew, menidurkannya di bawah tatami itu, melepaskan simpul yang tersisa, Gulf memandangi kulit putih susu Mew yang di penuhi bekas tali yang memerah, dilapisi peluh tipis membuatnya terlihat semakin cantik.

Gulf berjalan meninggalkan Mew lalu menarik selimut futon itu asal, menaruhnya didekat teras. Langit malam ini tampak sedikit sendu karena rintikan halus gerimis yang bergemericik diluar menunjukkan kolam kecil yang mengeluarkan suara tiupan bambu khas rumah tradisional jepang.

Gulf menggendong Mew dan menidurkannya diselimut yang ia siapkan, melepaskan yukata Mew yang sedikit basah lalu ia gunakan lapisan luarnya untuk menutupi sebagian tubuh Mew, mendudukkan dirinya dan menaruh kepala Mew diatas pahanya, menyadari kalau Mew sama sekali tidak bergerak.

"Kamu masih sadar?" Tanyanya pelan menatap wajah damai Mew yang terpejam diatas pahanya, memperhatikan fitur sempurna yang terkena cahaya lampu taman berwarna kekuningan menciptakan ilusi seperti tertepa cahaya bulan, tangan Gulf perlahan mengusap kepala Mew, menyingkirkan rambut yang menempel pada keningnya karena keringat.

Menunjukkan keseluruhan wajah Mew yang tampak sangat tentram dan damai, Gulf masih menunggunya, dia yakin Mew belum terlelap, dia menunggu nafas tersengal-sengal Mew kembali normal, memperhatikan pergerakan dadanya yang mulai menghalus.

Perlahan Mew membuka matanya, melihat wajah Gulf yang menatapinya sambil memainkan jarinya diwajah Mew, "daijoubu?" Bisik Gulf ringan membuat Mew tersenyum tipis, yang entah kenapa membuat Gulf tidak suka.

Senyumnya tampak sangat menyakitkan dan terluka, "kamu menyesal?" Tanya Gulf pelan melihat garis yang terasa menyakitkan itu, Mew hanya menggeleng kecil.

"Hanya mengingat masa lalu," bisik Mew parau kembali memejamkan matanya yang terasa mengantuk, "dulu... 15 tahun lalu, saat usiaku 12 tahun. Aku dijual ayah dan ibuku, ditukar dengan sekantung perak." Bisiknya pelan

"Sekantung perak?" Gulf sedikit kaget dengan Mew yang dijual dengan harga yang terlalu murah.

"Iya, aku melayani pria atau wanita tua sejak umurku 14 tahun." Mew terkekeh kecil. "Aku dipakai, dibayar, kemudian ditinggalkan. Siklus hidupku waktu itu seperti itu." Mew hanya tersenyum, tidak ada air mata yang keluar dari matanya membuat Gulf ingin sekali menyuruhnya untuk menangis saja, tapi niatnya dia urungkan.

Saat akhirnya Mew membukakan pintunya untuk Gulf, dia harus mendengarkan semua yang dipendam pria ini selama ini, penyebap wajahnya selalu sedih setiap hujan.

"Semua hal buruk dihidupku terjadi saat hujan, dijual orang tuaku, seks pertamaku, hukuman setiap aku mencoba kabur. Entah kenapa semuanya terjadi saat hujan, aku membencinya... aku sangat membencinya." Bisik Mew, air matanya masih tidak keluar matanya tebuka pelan melirik rintikan hujan disampingnya, kemudian matanya beralih untuk bertemu dengan Gulf.

"Dulu ada yang sepertimu, mendatangiku setiap hari, meniduriku, menciumku membuatku jatuh sampai kedasar. Dia bilang dia akan membawaku pergi... tapi dimalam kelam dihiasi hujan, dia tak kunjung datang waktu itu usiaku 16 tahun." Suara Mew lembut menghiasi ruangan itu, sedikit teredam suara air yang begemericik tapi cukup untuk Gulf mendengarkan dongeng kelamnya.

"Akhirnya saat usiaku, 17 tahun. Waktu itu hujan deras, paman yang kukira jahat itu dengan sengaja aku dorong sampai tergelincir dihamparan bunga peony, karena jantungnya lemah dia langsung meninggal ditempat." Mew berbisik sangat pelan, tangannya ia letakkan di dada.

One shoot story about Mew Suppasit and Gulf KanawutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang