"Selamat datang di Jinhit Entertaiment!" seru salah satu staf senior. Moon Sera, dilihat dari name tag yang wanita cantik itu kenakan.
"Mohon bantuan dan bimbingannya." Jisa membungkuk sopan. Agak canggung karena pertama kalinya ia memasuki gedung terkenal itu setelah resmi diterima bekerja.
Melihat staf lain yang begitu sibuk, Jisa jadi berpikir dengan nasibnya setelah ini. Menjadi asisten pribadi seorang idol sebelumnya tidak pernah terbayang. Jisa bercita-cita bisa bekerja di sebuah kantor sebagai wanita karir pada umumnya.
Namun, mungkin nasibnya sudah ditentukan. Jisa hanya perlu menekuni pekerjaannya sampai merasa nyaman. Sebab di mana pun bekerja, kenyamanan selalu diutamakan.
Kembali lagi pada Sera, wanita itu borju sekali. Jika dibandingkan dengan Jisa, tentu seperti anakan tangga. Posisinya sudah pasti Jisa yang berada di bawah.
Sekali lagi, Jisa membungkuk badan. Kali ini entah untuk tujuan apa, tapi Jisa merasa patut berlaku sopan. Senior-junior, sampai kapan pun sistem strata dalam pekerjaan akan terus dipakai, tapi bukan berarti mengedepankan senioritas. Maksudnya, lingkungan pekerjaan tidak akan nyaman dengan senioritas yang masih dijunjung, seolah karyawan lama mempunyai hak lebih serta merasa superior, tidak peduli dengan kemampuan yang mungkin saja di bawah karyawan baru.
Jadi, rasanya karyawan baru atau karyawan lama derajatnya sama.
"Tidak perlu formal begitu. Maksudku, mari berteman, bekerja sama, jangan terlalu canggung." Sera mendekat. "Baiklah, karena hari ini adalah hari pertamamu, maka aku maafkan. Tapi, mulai besok kau harus bersikap biasa. Lagipula, kita seumuran dan kita bisa berteman 'kan?" Sera memicing, meneliti Jisa keseluruhan. Lalu, tangannya terulur. Sedikit mengangkat dagu sebagai isyarat agar Jisa menerimanya.
Butuh beberapa detik sampai Jisa menjabat tangan Sera, sebagai tanda pertemanan.
Ah, padahal ini hari pertamanya bekerja, tapi sudah mendapat teman baru. Jisa memang agak canggung, tapi itu mungkin kesan pertama saja. Berani menjamin setelah ini Sera akan takjub. Ketika Jisa menunjukkan sifat aslinya, tidak ada yang mengira. Ceroboh, serampangan, bodoh, pelupa, dan sebagian orang yang sudah mengenalnya pasti akan mengatakan bahwa Jisa adalah definisi menjengkelkan yang sesungguhnya.
Baru saja Jisa hendak bertanya tentang pekerjaan, Sera sudah menarik lengannya. Mereka meminggir, sengaja memberi ruang pada segerombolan orang yang sebentar lagi lewat. Jisa belum cukup mengerti. Dia sekadar mengikuti Sera. Bahkan, saat Sera membungkuk badan, Jisa cepat-cepat mengikuti.
Jisa tidak bisa memastikan siapa orang-orang yang lewat, sebab ia benar-benar menunduk.
"Mereka sudah lewat." Sera menepuk pelan punggung Jisa.
Setelah mendengar instruksi Sera, Jisa akhirnya kembali tegak, mengangkat wajah. Lalu, ia memandang punggung para pria dan beberapa staf wanita yang tadi melewatinya, meninggalkan bekas aroma yang membuai. Astaga, wanginya saja sudah mampu membuatnya melayang. Jelas sekali parfum mahal.
"Seperti Bangtan Sonyeondan," Jisa masih memerhatikan mereka, bahkan sampai berbelok ke lorong lain.
Sera terkekeh mendengarnya. "Itu memang mereka. BTS. Kau akan menjadi salah satu asisten dari mereka. Siapa? Jungkook? Atau Jimin? Kudengar mereka memang sedang mencari asisten," cerca Sera.
"Jimin."
"Wah, daebak! Aku selalu bermimpi menjadi asistennya. Tapi, aku cukup bersyukur karena aku mengurus Vee."
"Maksudmu Kim Taehyung?"
Sera mengangguk. "Jangan kaget setelah ini. Aku harap kau juga tidak seperti asisten mereka yang dulu."
Rasa penasaran mendorongnya bertanya. "Memangnya kenapa dengan asisten mereka yang dulu?"
Jisa kira ia harus tahu. Barangkali bisa ia gunakan sebagai bahan evaluasi, perbandingan.
Namun, Sera hanya terdiam, tapi bibirnya tersenyum. Senyum yang justru mengundang pertanyaan.
"Tidak ada. Sebaiknya kau ikut denganku agar kau mengerti apa tugas-tugasmu," ucap Sera. Entah seperti bentuk pengalihan.
– – – –
"Itu jadwal Jimin mulai dari bangun tidur. Kau harus menghafalnya. Baik yang Jimin sukai, maupun yang tidak dia sukai. Jimin itu sebenarnya ramah, sabar, lembut, tapi jangan sekali-kali membuatnya marah. Kau sudah pernah mendengarnya 'kan?"
Jisa menelan ludah payah. Beberapa artikel yang pernah ia baca mengenai Jimin memang sama persis seperti yang dikatakan Sera.
Intinya, Jisa tidak boleh melakukan kesalahan. Sebab Jimin tidak akan marah kalau ia tidak berbuat salah. Kira-kira begitu kesimpulan yang Jisa dapat.
"Dan satu hal lagi yang harus kau ingat." Kali ini raut wajah Sera sangat serius. Jisa memandang lamat dan menunggu apa yang akan Sera katakan. "Jangan jatuh cinta padanya. Yah, meskipun itu sulit. Melihat ketampanan mereka saja sudah akan membuat pingsan. Tapi, seiring berjalannya waktu. Kau akan bosan. Kemudian, rasa menggebu-gebu di awal sedikit demi sedikit akan menghilang." Sera memperingati.
"Kenapa? Karena mereka memiliki kekasih?"
Setidaknya, itu yang ada dipikiran Jisa. Lagi pula, adakah alasan lain selain itu?
Namun, jawaban Sera mematahkan asumsinya. "Bukan. Yang aku tahu mereka tidak memiliki kekasih karena jadwal mereka yang padat. Tapi, sesuai perjanjian awal bahwa tidak boleh terlibat hubungan di antara asisten dan idol."
Jisa mengangguk paham sekarang. Meskipun tak membaca surat kontrak secara keseluruhan, tapi mengenai hal itu memang sudah sewajarnya.
"Lalu, apa idol-idol itu tak ingin berkencan? Di umur mereka, seharusnya seks sudah menjadi kebutuhan."
"Mereka sudah memiliki kita."
"M-maksudmu?"
"Kau tak membaca surat kontraknya? Di sana menjelaskan bahwa pekerjaan kita tidak hanya menjadi asisten."
Jisa sudah salah mengambil keputusan menjadi asisten. Pada kenyataannya, setelah ini hidupnya akan jauh dari kata baik-baik saja. Terlebih, sulit sekali untuk berlari atau sekadar melangkah mundur.
-TBC-
Yang suka boleh vote dan komen agar cepat update. Yang gak suka karena ceritanya sudah terlalu biasa dan lembek karena konfliknya tidak akan menguras tenaga, boleh tinggalkan.
Ini hanya sekadar hiburan semata.
Love you dalam air🏊♀️💜💜💜
From: Ga
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG DEAL (Remake Dari "Shit!")
Fanfiction"Apa idol-idol itu tak ingin berkencan? Di umur mereka, seharusnya seks sudah menjadi kebutuhan." "Mereka sudah memiliki kita." "M-maksudmu?" "Kau tak membaca surat kontraknya? Di sana menjelaskan bahwa pekerjaan kita tidak hanya menjadi asisten." N...