Chapter 4: Berdua Bersamamu

182 45 0
                                    

TW // menusuk, mencekik

==================================
"Gun Atthaphan Phunsawat."

Setelah Off mendengar nama tersebut, tanpa memikir, dia langsung menyuruh laki-laki tersebut pulang, dan jangan kembali lagi. Laki-laki tersebut sendiri, marah karena gagal untuk melukai Gun ini.

Sebaliknya, Off sangat khawatir tentang Gun. Dia berharap Gun kembali ke toko besok siangnya, atau tidak Off yang akan pergi mencari Gun walaupun dia tidak tahu rumah Gun dimana.

Off ingin sekali waktu lebih cepat berputar, ingin siang hari tiba dimana Gun berkunjung ke toko.

Tanpa Off sadar, Gun telah masuk ke toko dan memikir bahwa Off masih marah soal semalam, karena Off membelakangi badannya.

"Off?"

Off berbalik dan melihat Gun berdiri di depan pintu. Tanpa basa basi, Off langsung lari ke tempat Gun, dan memeluk Gun dengan erat. Gun terkejut, dan diam di tempat karena dia tidak tahu harus bagaimana.

"Off..?"

Off melepaskan Gun, tetapi masih memegang bahu Gun.

"Gun, aku minta maaf."

"Iya, tidak apa-apa." senyum Gun.

"Kamu baik-baik aja kan?" kata Off sambil mengecek Gun, dari atas sampai bawah.

"Iya, Gun baik-baik saja. Kalo Off?" tanya Gun.

"Iya. Baik-baik saja."

Off sangat lega melihat Gun sekarang, berdiri di depannya dengan baik-baik saja.

"Emangnya ada apa, Off?" tanya Gun penasaran.

Off ragu, antara mau mengatakannya kepada Gun atau tidak.

"Aku belum siap mengatakannya, Gun. Maaf ya."

Sekarang giliran Gun yang memeluk Off, untuk menandakan bahwa semua akan baik-baik saja, dan Gun akan tetap sabar menunggu Off untuk dia siap.

"Gun, maukah kamu tinggal disini? Bersama Off?" tanya Off seketika.

Gun terkejut, tidak pernah terlintas ke benaknya sama sekali. Tetapi Off melihat Gun penuh dengan harapan, Gun terakhir memutuskan..

"Okay, Off."

Gun menginap ditoko Off sudah cukup lama. Mungkin kata menginap tidak cocok lagi, melainkan tinggal. Dan setiap harinya, Gun selalu ada hal baru yang dipelajari dari Off. Seperti, Off tidak bisa tahan makan pedas. Off tidak bisa minum alkohol. Banyak lagi yang Gun belajar dari Off mulai kebiasaan seharinya. Tetapi, Gun merasa ini tidak cukup hanya untuk mengenal Off keseluruhannya.

Suatu hari, saat Gun keluar berbelanja sebentar, laki-laki tersebut datang kembali lagi ke toko Off.

"Ngapain kamu kembali lagi?" tegas Off, semoga laki-laki ini sempat pergi sebelum bertemu dengan Gun.

"Ya, mau beli hadiah. Untuk Gun. Atthaphan. Phunsawat."

Pas saat itu, Gun sudah selesai berbelanja, dan kembali ke toko Off. Dia melihat seseorang yang dia tidak suka dari dulu.

"Din?"

Off kembali khawatir, karena Gun sudah kembali, dan takut Gun terjadi apa-apa.

Din, yang sendiri terkejut, memikirkan bahwa Gun datang untuk membeli hadiah ke Din, karena Din tidak tahu arti sebenarnya mengapa Gun datang ke toko.

Din yang terlalu paranoid, mengambil pisau dari kantongnya, siap-siap untuk menusuk Gun, karena Din tidak mau mati duluan.

Off yang melihat Din mengeluarkan pisau, segera lari ke tempat Gun, untuk menjaga Gun. Disaat Off berada di depan Gun, saat itu juga Din yang berencana menusuk Gun, menjadi menusuk Off.

Gun khawatir dengan Off, dan segera memegang Off agar tidak terjatuh. Off sendiri, tidak terpengaruh dengan pisaunya itu, dan berbalik badan melihat Din dengan kemarahan dan kedendaman. Off langsung maju, mencekik leher Din, dan hanya harap dia mati karena mau menyakiti Gun.

"Off! Jangan!" kata Gun sambil berusaha menghentikan Off.

"Off! Kalo dia mati, kamu gak dapat apa-apanya Off! Biarin dia aja, agar dia mengingat perbuatannya sendiri. Jangan kejahatan menguasai kamu, Off!" ucap Gun lagi, sambil menangis karena Gun ingin Off tidak menjadi jahat lagi.

Tiba-tiba Off sadar, dan berhenti, pelan-pelan melepaskan leher Din. Lalu Din terpingsan jatuh di lantai.

Off langsung pergi ke lantai atas, karena dia tidak mau Gun melihat Off seperti ini. Off yang pembunuh. Maupun di kehidupan lalu, ataupun di kehidupan sekarang.

Gun mengejar Off, karena tahu Off bakal merasa dia tidak pantas untuk berteman dengan Gun. Gun takut, tetapi Gun akan berani hanya untuk Off.

Sesampainya di atap, Gun hanya terdiam, dan tanpa berbicara banyak, dia duduk di belakang Off. Dengan pelan-pelan, dia mengeluarkan pisau yang tertusuk di belakang Off. Walaupun tidak berdarah, tetapi Gun mengobati Off, seakan-akan Off adalah manusia.

"Gun, kamu ngapain?" pikir Off, yang tahu bahwa pisau tidak mempengaruhinya.

"Mengobati kamu. Ini pisaunya lumayan tajam loh, jangan goyang." kata Gun.

Off tahu bahwa Gun hanya mau mengalihkannya seakan-akan tidak ada hal yang terjadi. Tetapi di dalam hati, Off masih merasa tidak pantas untuk Gun.

"Gun, kamu pulang saja." kata Off.

"Off, hari ini, kamu udah jauh dari baik. Kamu bisa menguasai dirimu, untuk tidak membunuh Din. Off, kenapa kamu terus kepikiran kalo kamu itu jahat? Dan, Gun tidak akan menjauh dari Off lagi. Gun akan tetap berada disini bersama Off."

Off dan Gun menatap sesama, dan Off bisa melihat ketulusan terhadap Gun, begitu pula Gun bisa merasakan betapa Off selalu ingin bersama Gun, dan akan selalu menjaga Gun.

"Gun, aku suka kamu."

Off mengatakannya secara tiba-tiba, tanpa memikirkan konsekuensinya. Selagi bersama Gun, semua hal tiada. Hanya Off dan Gun yang penting disaat ini.

"Gun juga suka Off." jawab Gun, tersenyum malu.

"Gun, maukah jadi pacarku?" kata Off dengan gugup sambil memegang tangan Gun.

"Ya."

Seumur hidup Off, tidak pernah merasa kata 'Ya' sangatlah indah.

Lalu, Off memulai mendekatkan dirinya ke Gun, dan secara otomatis Gun juga mendekatkan dirinya ke Off. Off melihat Gun, dan mulai menutup matanya saat bibir mereka bersentuhan.

Jantung Gun berdebar-debar, serasa ini adalah mimpi. Dia sangat senang dengan semuanya, Off yang siap untuk membuka dengan Gun, dan Off adalah pacar Gun. Pacar. Gun tidak pernah terbayangkan untuk memiliki pacar, dan dia sangat beruntung memiliki Off sebagai pacarnya.

Sedangkan Off, menganggap Gun adalah sebuah cahaya di kehidupannya yang gelap. Gun adalah semuanya untuk Off. Tanpa Gun, Off tidak bisa sampai di titik ini.

Tiba-tiba, kejadian sekilas baru muncul lagi di benak Off.

Off mengecek semua rumah, memastikan bahwa semua kosong, tidak tersisa manusia lagi. Saat Off sampai di depan rumah berlantai 2, Off masuk, dan menemukan bahwa ada seorang perempuan dan bayi yang baru saja lahir. Perempuan tersebut meminta untuk tidak dibunuh, demi anaknya. Perempuan tersebut akan melakukan apapun, selagi anaknya selamat. Off, yang tiba-tiba tidak tega, dan membiarkan perempuan dan bayi itu selamat. Sebelum mereka pergi, Off menggambar sebuah 'petir' di punggung bayinya.

Hope (Not)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang