Chapter 3: Regret

178 44 1
                                    

"Off?"
"Off?"
"Off!"

Off kembali sadar dan melihat mata Gun penuh dengan kekhawatiran. Tiba-tiba Off mengingat bahwa muncul lagi kejadian sekilas itu. Kenapa kejadian sekilas tersebut kembali lagi? Apa penyebabnya?

"Off, kamu kenapa?" tanya Gun penuh kekhawatiran.

"Tidak apa-apa, Gun."

Gun pun hanya diam, karena dia tahu Off belum siap untuk menceritakannya.

"Off, ayo turun. Aku kedinginan." kata Gun, untuk mengalihkan Off tidak memikirkan apa yang terjadi baru saja.

Off dan Gun juga turun, dan kembali ke kamar. Off sedang duduk di kasur, dan Gun sedang membuat teh untuk Off.

"Off, nih, teh buat kamu. Hati-hati panas ya." kata Gun kepada Off, sambil memberikan cangkir tehnya.

"Kamu tahu kan, aku minum teh tidak ada pengaruhnya." canda Off, agar Gun tidak terlalu khawatir.

"Udah, anggap aja lebih bisa menenangkan dirimu." balas Gun.

Pada akhirnya, Off juga meminum teh yang dibuat Gun. Sedangkan Gun, memiliki banyak pertanyaan kepada Off. Apa yang terjadi dengan Off?

Gun berusaha untuk tidak memikirkan tentang Off, karena suatu hari Gun yakin, Off akan cerita semua kepada Gun. Dengan itu, Gun berusaha tidur dengan Off yang duduk disampingnya.

Off, yang mengira Gun sudah tidur, mengelus kembali rambut Gun.

"Gun, terima kasih."

Off turun, dan menulis lagi apa yang dia alamin tadi. Dia terus berpikir, siapa laki-laki tersebut? Apakah itu Gun? Kenapa aku melihat Gun?

Off, mencoba memikir ulang kejadian sekilas lagi, dan mencoba menggambarnya. Mungkin saja lebih mudah untuk dia tebak siapa laki-laki ini.

Setelah Off selesai menggambar, Off terkejut dengan hasil gambarnya. Laki-laki tinggi dan memiliki mata sipit, ini terlihat seperti dia sendiri. Apakah Gun membuat dia melihat kehidupan lalu Off?

Off bisa merasakan sakit, setelah kejadian sekilas terlintas ulang di benaknya. Sakit ini menunjukkan kekesalan, bahwa dia sangat bodoh untuk melakukan hal tersebut.

Sebaliknya, pagi itu Gun sudah kembali pulang, dan siangnya Gun hendak berkunjung dengan membeli makanan manis, karena semua orang memakan makanan manis untuk kesenangan.

"Off, aku ada bawa makanan!" seru Gun saat masuk ke toko.

"Gun, pulang saja." usir Off, karena Off masih kepikiran kehidupan lalunya, dia tidak ingin Gun tahu bahwa Off sejahat itu.

"Off, kamu kenapa? Kamu bisa menceritakan ke aku semuanya kok. Aku gak akan pergi." jawab Gun, berusaha menenangkan Off.

"Gun, pulang saja!" tegas Off, tanpa melihat Gun. Off tahu jika dia melihat Gun, dia tidak akan tega, tetapi semua harus dilakukan, demi Gun.

Gun segera pulang. Dalam perjalanan pulang, Gun menangis, tidak menyangka kenapa Off tiba-tiba seperti begini. Tetapi sisi lain Gun, percaya bahwa Off ada alasannya untuk mengusir Gun.

Setelah Gun pulang, Off melanjutkan pekerjaannya seperti biasa. Off berusaha untuk memikirkan Gun, apakah dia sudah sampai rumah? Apakah dia selamat? Semua pertanyaan tentang Gun mengelilingi pikiran Off. Hanya Gun yang bisa membuat Off seperti ini, memikirkannya setiap waktu seakan-akan Gun sangat berharga.

Tiba-tiba, pintu toko terbuka, dan seorang laki-laki seusia Gun masuk.

"Selamat datang di Toko 'A Gift for Someone You Hate'. Apakah ada hadiah yang kamu mau belikan kepada seseorang?" tanya Off, berusaha untuk mengalihkan diri sendiri agar tidak berpikir tentang Gun.

"Ya. Saya mau level 4." kata laki-laki tersebut, tanpa banyak tanya.

"Okay. Pilihan bagus. Kamu bisa memilih barang yang cocok untuk memberikan ke temanmu ini." kata Off, sambil siap menyediakan scanner.

"Ini barang bagus. Pasti dia menikmatinya." ucap laki-laki tersebut, sambil memegang sebuah gelas.

"Pilihan yang tepat. Untuk siapa ya?"

"Gun Atthaphan Phunsawat."

Hope (Not)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang